Chapter 16

8.5K 308 13
                                    

Next? 75 votes! ~^^~

***

Hari ini Devan dan Anna berencana untuk memilih cincin untuk pernikahan mereka. Seharusnya Anna sudah bangun dan bersiap-siap, tetapi nyatanya ia masih berada di alam mimpi.

"Pagi Om, Tante," sapa Devan ketika masuk ke dalam kediaman keluarga Harris.

Luis dan Cathleen yang sedang sarapan, lantas menyambut Devan dengan senang hati. Mereka sudah menawarkan Devan untuk sarapan bersama, tetapi Devan menolak karena ia baru saja sarapan di rumahnya.

"Oh iya, tante lupa kalau hari ini kamu dan Anna berencana untuk membeli cincin. Tante belum membangunkan Anna, sepertinya ia masih tertidur di kamarnya. Bangunkan saja, tetapi hati-hati kalau ia mengamuk."

"Baiklah."

Devan naik ke lantai dua dan mencari letak kamar Anna. Ia sempat bingung saat mencarinya, terlalu banyak ruangan dan kamar di lantai dua. Akhirnya, ia menemukan kamar dengan huruf A pada pintunya.

Ia yakin kalau itu adalah kamar gadisnya. Ia lantas membuka pintunya dan isinya terlihat gelap. Seorang gadis sedang tertidur dengan wajah yang sangat damai.

Devan tak dapat menahan senyumnya. Ia juga tak dapat berbohong kalau calon istrinya itu sangat cantik. Baknya bidadari yang entah datang dari mana.

Perlahan, ia duduk di pinggir ranjang dan mengelus rambut hitam pekat Anna. Sesekali ia mencium kening, mata dan bibir Anna lembut. Ia tidak dapat menahan hasrat laki-lakinya.

Devan tidak tega untuk membangunkan gadisnya itu, ia memutuskan akan menunggunya sampai terbangun. Dengan sangat hati-hati ia menidurkan badannya di sebelah Anna dan memeluknya dari belakang.

Sudah berjam-jam mereka tertidur dengan posisi yang masih sama. Devan yang tadinya ingin membangunkan Anna jadi tertidur pula.

Cathleen sudah masuk untuk mengecek anak dan calon menantunya itu. Ia sangat bahagia saat melihat keduanya tertidur pulas. Ia yakin kalau Devan dapat menjaga dan membahagiakan anak kesayangannya dengan baik.

***

Anna terbangun dari mimpinya yang indah. Ia geli saat merasakan hembusan nafas pada pucuk kepalanya. Ia terkejut saat melihat lingkaran tangan kekar pada perutnya.

"Devan?" Desisnya.

Anna berbalik menghadap Devan dan memperhatikan wajahnya. Ia memegang rahang tegas milik pria itu dan sesekali membelainya lembut. Ia tersentak kaget saat Devan membuka matanya dan menatapnya aneh.

"Mengagumiku, heh?"

Blush

Pipi Anna memanas. Ia bahkan tak dapat mengendalikan tangannya yang masih memegang rahang Devan. Saat ia ingin menjauhkan tangannya, tiba-tiba Devan menahannya.

Tangan Devan menuntun Anna untuk terus membelai rahang dan dagunya. Seperti biasa, jantung Anna tidak dapat diajak berkompromi. Jantungnya terus berdetak dengan cepat.

Anna tersadar dan langsung melepaskan tangannya yang tadi ditahan Devan.

"A-apa yang kau lakukan?" Tanya Anna dengan gugup.

"Kau tak perlu malu atau segan untuk membelaiku lain kali. Kau bisa melakukannya kapan saja, tak usah menungguku tertidur dulu. Bahkan, kalau kau ingin membelai di bagian lainnya pun tak apa."

Anna memelototi Devan dengan tatapan tajamnya dan mengumpat, "dasar laki-laki mesum!"

Devan justru terkekeh saat mendengar umpatan Anna. Hanya digoda sedikit saja, ia langsung bereaksi seperti itu. Tatapannya seakan-akan ingin membunuh Devan saat itu juga.

"Cepat mandi! Kita akan pergi ke toko cincin setelah ini. Atau... perlu kumandikan?"

"Dasar mata keranjang!" Umpat Anna untuk yang kedua kalinya.

Devan terkekeh lagi, sedangkan Anna langsung bangun dan masuk kedalam kamar mandi.

"Aku berlapang dada memandikanmu kalau kau mau," seru Devan yang dibalas dengan decakkan sebal Anna.

***

Hai semua, apa kabar? Sorry kalau ceritanya sedikit, otak author lagi mampet nih 😂

Tapi makasih banyak buat votes dan comments dari kalian yang buat author jadi semangat untuk lanjutin cerita ini 😋

Bad CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang