Chapter 9 : Again?

10.1K 309 0
                                    

Mereka pun berangkat menuju Daimler Corp untuk mengikuti meeting dengan beberapa perusahaan lain.

"Apa kamu sudah membawa berkas-berkas yang diperlukan?"

"Sudah, Sir"

Kami pun berjalan masuk ke dalam kantor mewah ini dan semua mata menatap kami, lebih tepatnya Pak Devan.

'Ahh, tampannya'

'Senyumnya mengalihkan duniaku..'

'Apakah dia Devan Alexander Lexus? Wah, lebih tampan dari yang kulihat di televisi!'

Dan masih banyak bisikkan-bisikkan lainnya. Aku memutar kedua bola mataku dan berjalan mengikuti Pak Devan dari belakang.

"Mari, ikuti saya," Ajak seorang perempuan yang kelihatan umurnya tidak jauh berbeda dariku. Dia menatapku seolah-olah tak suka denganku.

Kami berjalan masuk ke dalam lift menuju ke lantai 18. Si perempuan itu tak henti-hentinya menatap Pak Devan dengan mata yang berbinar sambil senyum-senyum genit. Kami masuk ke sebuah ruangan yang tertulis Meeting room itu, ternyata sudah banyak orang disana. But wait, kurasa aku mengenal salah satu orang disana. BRYAN VAN HASSEL!! Mantan sialanku itu!

'Sial,' Gerutuku dalam hati. Aku berasa ingin mengeluarkan isi perutku saat Bryan menunjukkan senyum smirknya itu.

"Morning all! maaf atas keterlambatan saya. Perkenalkan sekretaris saya, Anna Xavier Harris."

Aku membungkuk memberi salam dan tersenyum ramah ke arah mereka. Aku pun duduk di sebelah Pak Devan, and you know what? Bryan duduk tepat di depanku. Dia menatapku dan tersenyum smirk ke arahku seolah-olah berkata 'hei, akhirnya kita bertemu lagi'. Aku hanya bersikap acuh tak acuh kepadanya.

Meeting pun dimulai, aku hanya bisa duduk manis bosan.

"Jadi, pembangunan hotel ini sudah berjalan sekitar 60% dan kami sudah mencari beberapa staff yang akan kami pekerjakan di hotel ini. bla bla bla..."

Membosankan. Aku menatap seorang laki-laki paruh baya yang kuyakini bernama Mr. John.

Selagi Mr. John menjelaskan tentang pembangunan proyek baru kami, aku hanya melamun dan menatap kosong. Seketika, aku teringat dengan mama dan papa. Aku merindukan mereka, sangat!

'Ahh.. nanti aku akan membeli oleh oleh untuk mereka,' Batinku.

"Okey, thats all for today. Thank you so much to all of you for joining this meeting, and have a great day!"

Semua orang bertepuk tangan dan saling berjabat tangan satu dengan yang lainnya. Bryan pun mengulurkan tangannya kepadaku tapi aku membalasnya dengan bersikap acuh tak acuh. Aku berusaha menunjukkan wajah sedatar dan secool mungkin. You know lah, gengsi. Kulihat Pak Devan sedang berbincang-bincang dengan kolega-koleganya itu.

"Eh, by the way, bagaimana kamu bisa mendapatkan sekretaris secantik Anna? bukankah dia adalah putri dari Luis Xavier Harris? sang raja bisnis?" Aku yang sedang membereskan berkas-berkas, samar-samar mendengar salah satu temannya itu sedang membicarakanku.

Aku menghela nafas kasar, ingin sekali rasanya aku menjawab pertanyaan-pertanyaannya itu dengan lancang. Setelah membereskan berkas, aku berjalan dan berdiri di belakang Pak Devan seperti biasa.

"Hai Anna, senang bertemu denganmu. namaku Gary!" Sapa seorang laki-laki yang hmm.. tampan?

"Hai Gary!" Balasku dan tersenyum.

"Baiklah, kita akhiri acara perkenalannya," Cetus Pak Devan dan langsung pergi begitu saja.

Look, betapa tidak sopannya dia! aku mendengus kasar.

"Emm- Gary, sepertinya aku harus mengejar Pak Devan."

Dia tersenyum ramah kepadaku. Uhhh, betapa manis dan tampannya dia. Aku harap bosku adalah Gary, kupastikan aku akan betah menjadi sekretarisnya.

"Baiklah, sampai bertemu lagi, Anna!" Serunya sembari melambaikan tangannya ke arahku yang sedang berjalan keluar dari ruangan ini. Aku berlari kecil mencari keberadaan Pak Devan yang entah di mana. Berapa kagetnya aku saat menemukan Pak Devan yang sedang berbincang-bincang dengan mantan sialanku itu, pasti kalian tahu siapa dia.

Perlahan, aku berjalan ke arah mereka dengan santai. Aku berjalan baknya putri solo, you know lah, agar terlihat cool.

Sesampainya, aku hanya berdiri di belakang Pak Devan dan dua pasang mata pun kini sedang menatapku.

"Hay, tak kusangka kita bertemu lagi, Annie.." Ucap Bryan dengan senyuman khasnya. Annie, itulah panggilan sayang yang biasanya Bryan ucapkan padaku dulu.

Pak Devan berdehem.

"Anna," Koreksi Pak Devan pada Bryan.

Untuk yang kesekian kalinya, dia menunjukkan senyum khasnya itu. Seriously, senyuman sialannya itu membuatku ingin muntah. Aku menghela nafasku pelan dan berusaha sekuat mungkin untuk membalas senyumnya.

"Hmm, entah kenapa saya lebih suka memanggilmu Annie."

*****
Howdy ho hi!
Mau cerita singkat nih, aku buat chapter yang ke-9 ini sampai 2 kali. Karena, waktu aku selesai buat chapter ini taunya enggak kesave. Mungkin aku terlalu ceroboh xdxdxd

And a big thank you to all of you for all of your support! Im so freaking happy because of you guys! Don't forget the Vomments yaa!>^^<

Bad CEOTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang