[19] Still Remember

111 8 0
                                    

"Nyatanya, sampai saat ini. Kamu masih menjadi seseorang yang aku cintai dengan amat dan rindui tanpa bosan."

A six year later, at Seattle..

Pagi itu, kota Seattle yang selalu diguyur hujan memberikan pagi yang sejuk untuk seorang gadis yang sedang duduk di bawah pohon itu.

Semilir angin dengan nakal meniup anak rambut gadis yang terjatuh dari ikatannya. Orang-orang berjalan dengan sangat cepat dengan koper di tangan kanan atau membawa berkas-berkas penting.

"Shiland, kamu mau kopi hangat atau dingin" ucap laki-laki berkacamata tersebut.

"Hangat saja.." jawab Shiland lalu melempar senyum padanya.

Ini adalah tahun ke 6 Shiland tinggal di kota Seattle. Dan pria yang barusan bertanya pada Shiland adalah Brandon. Teman dekat Shiland yang beberapa tahun lalu mengungkapkan perasaan pada Shiland dan mengatakan akan menunggu Shiland hingga Shiland membuka hatinya untuk Brandon.

Shiland menatap punggung Brandon yang semakin jauh tak terlihat. Sejujurnya, Shiland merasa sangat sedih. Mengapa ia tidak bisa membalas perasaan orang yang mencintai Shiland?

Ada salah satu quotes mengatakan "lebih baik dicintai"

Ya, itu lebih baik. Namun, rasanya tetap menyakitkan mengingat kita tidak dapat membalas perasaan seseorang itu.

Dan parahnya, alasan Shiland tidak dapat membalas perasaan Brandon karena hatinya masih terikat dengan seseorang yang saat ini entah dimana dan sedang apa.

*****

Jakarta, 20.00 PM

Setelah pria berdasi biru itu turun dari podium. Suara tepuk tangan menggema sangat nyaring dari setiap orang yang berada di dalam ruang meeting tersebut. Terlihat pula, orang yang berbisik-bisik karena merasa sangat puas dengan hasil dari persentase pria yang kini sedang mengelap keringatnya.

"Kerja bagus, Sam..." ucap lembut gadis disamping Samantha. Sambil menepuk bahu Samantha pelan dan tersenyum. Samantha pun membalas senyumannya. Karena gadis itu, Viona, rekan kerja yang sudah banyak membantunya hingga Samantha dapat berada di titik ini.

"Vin, aku traktir kamu kopi hangat ya udah ini.." ucap Samantha menghentikan jalan Viona yang hendak keluar dari ruangan.

"Oke.." ucap Viona dengan senyuman lebar di wajahnya.

Namun, ketika Samantha akan mengambil tasnya seorang pria tua yang ditaksir kira-kira berumur 50 tahun memangil Samantha.

"Samantha Siregar...?" Ucapnya dengan aksen Inggris yang sangat kental.

"Saya sangat suka dengan hasil persentase kamu. Boleh saya mengajak kamu minum terlebih dahulu?" Tanya pak tua itu.

Samantha dengan berat hati pun mengiyakan ajakan pak tua itu. Di sepanjang perjalanan menuju ruangan Samantha mengirim pesan pada Viona.

Kayaknya, gak jadi vin. Sorry~ (20.20 WIB)

Setelah itu, Samantha duduk didalam ruangan private yang sengaja di pesan oleh pak tua ini. Lalu ia membuka obrolan dengan memberikan pertanyaan pada Samantha.

"Perkenalkan, nama saya Abbey. Saya asli inggris. Kau bisa memakluminya kan? Sam, bisakah kau buatkan sketsa rumah untukku? Aku bisa bayar seberapa besar kau mau" ucapnya masih dengan aksen inggris yang kental.

Samantha terkejut atas pertanyaan yang terdengar seperti permintaan tersebut. Dan dengan senang hati, Samantha menjawab "Iya, Pak. Saya bisa membuatkannya"

"Dan aku ingin kau nanti terjun ke lapangan langsung, Sam? Bisakah? Aku akan membiayai  semua pemberangkatannya"

"Memangnya dimana lokasinya pak?"

"Seattle.."

Detak jantung Samantha berhenti sejenak. Mendengar nama kota yang baru saja Pak Abbey katakan.

Dan dengan sekuat tenaga Samantha menjawab "Ya, pak. Saya bisa.."

Setelah itu, Samantha mengakhiri pertemuannya untuk menyiapkan semuanya. Karena, waktu Samantha pergi ke Seattle tinggal 1 minggu lagi.

Di sepanjang perjalanan, Samantha teringat akan seseorang yang sudah lama pergi. Ia pergi tapi tidak dengan kenangannya. Ia pergi, meninggalkan Samantha bersama beribu kenangan yang mencekiknya hingga sekarat.

Shiland

Satu nama yang sampai saat ini masih membuat detak jantung Samantha berhenti untuk beberapa detik. Satu nama yang sampai saat ini masih membuat Samantha tidak berkedip dalam waktu yang lama.

Samantha berpikir, sebenarnya apa yang sedang tuhan rencanakan? Apa nanti di Seattle Samantha akan bertemu kembali dengan Shiland? Dan akankah semuanya masih sama?

Hanya waktu yang bisa menjawab..






Author's Note

Haii, ya ampun maaf, maaf, maaf banget! Aku baru update lagi:(
Sumpah, aku lagi banyak banget pikiran sampai-sampai rambut rontok:(
Wattpad juga tadinya aku uninstall. Jadi, baru sempet buka lagi!

Maaf ya..
Aku bakal berusaha lebih keras lagi karena cerita ini sebentar lagi bakal ending. Butuh persiapan yang amat matang wkwk. Biar endingnya ngena..

I hope you like it gais :))

Samantha dan Shiland [COMPLETE]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang