25. Something just like this

918 83 19
                                    

Nayeon merapatkan mantel cokelat yang membungkus tubuhnya malam ini. Hawa dingin menderu sekujur tubuhnya sejak dua jam yang lalu. Ia mengetuk-ngetukkan sepatunya di tanah lalu menghembuskan napas hangat di telapak tangan di detik selanjutnya.

Jarum pendek di jam tangannya sudah hampir menuju ke angka tiga namun belum juga ada pertanda bahwa orang yang ditunggunya akan muncul. Ia menyesali keteledorannya meninggalkan ponselnya di kamar saat keluar hotel dua jam yang lalu.

"Kau menunggu lama?"

Bisik suara yang begitu dikenalnya terdengar dari belakang.

Nayeon menoleh dan mendapati mata bulat yang dirindukannya menatapnya sendu dengan senyum yang terukir tipis.

"Mian.." (maaf)
Ujarnya lagi.

Nayeon bangun dari duduknya dan melangkah mendekat. Melihat wajah D.o yang begitu pucat Ia mengabaikan tubuhnya yang terasa membeku karena diterpa angin malam sejak berjam-jam lalu.

"Oppa, kau sakit? Kau tidak seperti baik-baik saja. Aku akan memarahimu lain kali,"

D.o menggeleng masih dengan senyum tipis saat kedua telapak tangan Nayeon yang dingin menyentuh pipinya. Gadis ini pasti lama menunggu, pikirnya merasa bersalah.

"Mianhada, Im Nayeon."

Nayeon melihat ada banyak hal yang ingin dikatakan mata kekasihnya itu. Tapi telinganya belum mendengar apapun yang diinginkannya.

"Ada apa, hm? Apa ada yang kau khawatirkan?"

Ia memeluk erat D.o meskipun laki-laki itu tidak balas memeluk.

"Maaf.."

Hanya itu yang berkali-kali diucapkan D.o hingga Nayeon menghela napas dalam.

"Eum, baiklah. Sekarang lupakan, ayo bicarakan tentang kita saja. Mengerti?"
Balasnya merapatkan telapak tangannya pada tangan D.o untuk saling menghangatkan.

Nayeon pov

Sudah hampir sepuluh menit aku dan D.o berjalan bersisian dengan tangan yang bertaut di dinginnya udara pagi. Aku yakin sekarang waktu sudah hampir mengarah pada pukul empat karena kicauan burung mulai terdengar di sekeliling kami.

Kami tidak bicara banyak dan rasanya aku sedikit frustasi. Aku jadi bertanya-tanya apa dia berubah pikiran mengenai hubungan kami. Entahlah. Aku merasa seperti aku satu-satunya yang menikmati kebersamaan kami malam ini karena sejak tadi selalu aku yang mengajaknya bicara.

"Aku akan mempersiapkan konser sepulang dari sini. Dan aku tidak tahu apa kita masih punya waktu untuk bertemu di jam-jam seperti ini nanti. Bagaimana denganmu?"

"Kami akan melanjutkan fansign di luar kota."

Aku menghela napas, jujur saja aku sedikit kecewa karena D.o tidak menyebutkan apapun tentang rencana pertemuan kami selanjutnya.

"Apa Oppa punya hal-hal yang ingin dilakukan saat kencan?"

"Tidak ada."
Jawabnya datar. Pandangannya masih lurus ke depan dengan langkah kaki yang bergerak konstan. Apa dia mengabaikanku?

"Kau punya?"
Tanyanya saat beberapa sekon aku tidak menjawab.

"Aku juga tidak."
Jawabku singkat. D.o berhasil merusak mood-ku pagi ini.

D.o menggaruk tengkuknya, yah, setidaknya dia bisa merasakan kecanggunganku sekarang.

"Aku tidak masalah melakukan apapun asal bersama gadis yang kusayangi, bagiku itu sudah spesial."

Just A Fangirl?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang