22. Statement

888 96 21
                                    

"Annyeonghaseyo!"
Jisoo memberi salam 90 derajat pada Jiyeon yang sedang berdiri menutup pintu rumahnya.

"Oh, wasseo? Urin maniya Kim Jisoo!" (Sudah datang? Long time no see)
Jiyeon memeluk Jisoo erat setelah meletakkan carryall bag-nya di lantai.

Jisoo hanya tersenyum lalu memberi jalan bagi Nayeon yang sedang berlarian menghampiri Jiyeon. Ia mengira Nayeon berlari untuk segera memeluk kakaknya namun gadis itu hanya berdiri canggung sambil menatap Jiyeon sebal.

"Ya, Im Nayeon! Kau tidak ingin memelukku? Jinjja?!"

"Shireo!" (Tidak mau)
Jawabnya ketus sambil merapikan surai hitamnya.

Jiyeon tertawa pelan, Ia paham betul gengsinya seorang Im Nayeon.

"Kemarilah!"
Panggil Jiyeon dengan alis yang terangkat sebelah.

"Shiltago!" (Aku bilang tidak mau)

Jiyeon tertawa pelan lalu menghapus jarak di tengah mereka untuk bisa menarik Nayeon erat dalam pelukannya.

Nayeon tidak berniat menolak. Diam-diam bibirnya menarik senyum simpul tanpa sepengetahuan Jiyeon.
Setelah hampir tiga tahun tidak bertemu kerinduan yang selama ini terbendung terhapus sudah berkat pelukan ini.

"Aku membencimu,"
Ujar Nayeon di sela pelukan mereka.

"Jangan bohong, bodoh. Aku tau kau merindukanku. Kau menangis saat aku pertama meneleponmu kan?"
Jawab Jiyeon santai.

"Menangis, kepalamu."
Nayeon mempoutkan bibirnya namun tetap berdiam menikmati pelukan.

"Apa kalian sudah selesai? Kita akan berangkat satu jam lagi, kalau kalian lupa."
Ujar Jisoo mengusik adegan drama di hadapannya.

Jiyeon mengurai pelukan.
"Ah, mianhae. Ayo kita pergi sekarang!"
Jiyeon meraih kopernya lalu berjalan mendahului.

"Maaf aku mengganggu kalian. Dasar pasangan LDR yang baru bertemu,"
Cibir Jisoo pada Nayeon yang sedang mengulum senyum tipis.

"Berhentilah mengusikku, Kim Jisoo."
Nayeon memutar bola mata sebal lalu berjalan mengikuti Jiyeon.

"Kau kenapa makin gendut sekarang? Apa karena sudah debut kau bisa makan sepuasnya sekarang?"
Jiyeon menggoda Nayeon begitu mereka sudah di perjalanan.

"Apa kau bilang? Aku tidak gendut! Pipiku saja yang sepertinya makin chubby," Jawab Nayeon kesal.

"Kau naik 5 kilo sejak debut Im Nayeon, kau akan dapat peringatan sebentar lagi,"
Jisoo yang duduk di dekat jendela sengaja ikut-ikutan menggodanya.

"Yaa, Kim Jisoo! Kau bercanda? Aku tidak naik seberat itu! Ah, sudahlah, aku tidak ingin marah-marah hari ini."
Nayeon menghela napas sambil mengipasi wajahnya yang panas.

"Apa menjadi idol itu menyenangkan?"
Tanya Jiyeon begitu keadaan sudah kembali tenang.

Nayeon bergeming. Ada nada khawatir dari perkataan Jiyeon barusan.

"Rasanya jauh lebih melelahkan dari sebelum debut,"
Jisoo menanggapi.

Nayeon merasakan mata Jiyeon berpindah menelisiknya dengan tatapan khawatir. Sementara Ia hanya mencoba fokus pada jalanan dari jendela di sampingnya.

"Tapi, Jisoo-yah, aku dengar grupmu sukses besar tahun ini. Grup kalian berdua sepertinya akan bersaing di acara award tahun ini,"
Jiyeon mencoba mengalihkan pembicaraaan.

"Aniyo, eonni. Kami belum sejauh itu, grupnya Nana sudah debut lebih dulu dan meraih lebih banyak penghargaan."

"Begitu ya? Sejujurnya sejak awal aku berharap kalian berada di satu grup, tapi segala sesuatunya tidak harus sesuai rencana, kan?"

Just A Fangirl?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang