28. Small Gap

541 74 3
                                    

Hari ini jadwal terakhir fansign Twice yang harus dijalani Nayeon di quarter awal tahun 2018. Setelah ini akan ada beberapa minggu untuk beristirahat sejenak dari kesibukan yang hampir setahun ini datang silih berganti.

Jadi, Nayeon sudah memutuskan. Liburan singkat ini akan dihabiskannya untuk kembali ke rumah orang tuanya yang sudah lama sekali tidak Ia dan Jiyeon tempati. Sejak akhir tahun kemarin Ia selalu ingin kemari--bersembunyi dari hari-hari kerjanya yang hectic, namun baru dapat terlaksana sekarang.

Ia tiba pukul 17:25 sore di depan halaman rumahnya dengan di antar sebuah van milik agensi bersamaan dengan Jungyeon yang juga berencana kembali ke rumah orang tuanya di Suwon.

"Beristirahatlah dengan benar Im Nayeon."
Pesan Jungyeon sembari membantu Nayeon menurunkan kopernya dari bagasi.

"Ng. Kau juga."

"Telepon aku kalau kau berubah pikiran."

"Berubah pikiran apanya."
Nayeon tertawa mengejek.

Jungyeon memutar irisnya jengkel.
"Kau itu dibilangi tidak pernah mendengar, ya."

"Iya, iya. Aku tahu. Jangan khawatir, makanya."
Nayeon kemudian menarik pegangan kopernya. Menggeret benda itu untuk segera mengikuti langkahnya.

"Dah. Selamat liburan!"
Ia tak lupa melambaikan tangan pada Jungyeon yang masih berdiri di samping pintu mobil.

"Kau juga. Aku pergi ya!"
Kemudian gadis berambut pendek itu masuk ke van lalu mesin menyala diikuti oleh roda-roda yang mulai berputar hingga van berwarna chrome itu menghilang dari pandangan.

Nayeon membalikkan badan sembari melanjutkan menggeret kopernya. Ia memperhatikan halaman rumahnya sejenak. Rumput-rumput masih belum tumbuh terlalu tinggi. Dedaunannya pun tidak berserakan. Meski ada saja beberapa daun maple berwarna kecokelatan yang turun di sekitar pohon, halaman itu terlihat cukup rapi untuk sebuah rumah yang ditinggali pemiliknya berbulan-bulan. Tentu karena Nayeon menyewa tukang kebun yang bekerja disini setiap satu minggu sekali.

Ia kembali melanjutkan langkah menuju pintu besar berwarna putih gading lalu memasukkan kunci di gagangnya. Tipikal rumah 90-an, memang. Rumah itu tidak pernah benar-benar di renovasi semenjak Ayah Ibu kandungnya pindah kesana. Nayeon selalu menyukai nuansa rumah tua itu.

Begitu pintu terbuka Ia lalu meletakkan koper di sisi ruang tengah lalu mendaratkan bokongnya di atas sofa empuk berwarna merah marun. Dikeluarkannya benda persegi panjang dari saku jaketnya lalu Ia men-dial sederet nomer di daftar kontak ponselnya.

"Nomer yang Anda hubungi sedang tidak aktif atau berada di luar jangkauan.."

Ini sudah hampir dua minggu nomer ponsel milik kakaknya tidak bisa dihubungi--kurang lebih semenjak skandal itu. Nayeon menghela napas pelan lalu menyenderkan punggungnya di sofa sambil merenggangkan otot-otot tangannya yang pegal.

Ia mengecek akun sosial media Kyungsoo namun hasilnya juga nihil. Laki-laki itu kemungkinan masih dilarang mengaktifkan ponselnya entah hingga berapa waktu. Chanyeol yang terakhir mengabarinya tentang itu. Pernah sekali, hanya saat waktu luang, D.o menyempatkan diri menghubungi Nayeon melalui ponsel Chanyeol, namun setelah itu tidak pernah lagi. Mereka bahkan masih belum membicarakan apapun tentang skandal itu. Seolah itu bukan hal besar bagi keduanya.

Tapi Nayeon bisa apa. Ia tidak mungkin tiba-tiba menelepon nomer Chanyeol untuk lalu meminta D.o untuk mengakhiri hubungan mereka. Tanpa mendengarkan penjelasan apapun. Nayeon bukan gadis SMA yang akan seenaknya memutuskan sepihak begitu. Dan terlebih lagi, Ia menyayangi laki-laki itu. Mana sanggup Ia meminta hal yang tidak di inginkan hatinya. Atau mungkin belum--belum sanggup.

Just A Fangirl?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang