"Lo homo?" Tanya Cindy santai.
"Bukan." Jawab gue lebih santai, mengambil posisi duduk diatas balkon sekolah, kedua mata gue memandang indahnya kota Jakarta dari atas balkon, meski yang paling dominan gue lihat gak ubahnya dari jalan, kendaraan dan gedung pencakar langit. "Cuma, Gay."
Saat gue menoleh, gue lihat Cindy memutar bola matanya ketika mendengar perkataan terakhir gue. Sekarang Cindy mulai berjalan mendekat dan duduk di sebelah gue. Mata gue kembali melihat pemandangan didepan.
"Sama aja keleus." Ucap Cindy, tangannya bergerak membenarkan posisi BH-nya yang mungkin sedikit miring. Cindy memang seperti itu orangnya, seakan tanpa malu mengingat ada seorang pria disampingnya saat dia membenarkan bagian tertentu wanita yang tabu dilihat sembarang pria. "Tapi, gue gak pernah nyangka, kalo cowo macho bin polos kaya lo bisa homo juga. Lo udah punya BF tah?"
"Sekarang gue jomblo."
Cindy menaikan sebelah alisnya sambil menatap gue, seolah berkata 'Wow, jomblo angetan.'
"Ekhm."
Cindy berdehem untuk menetralkan suasana, emang ya kalo nanyain hubungan orang terus tau udah putus, bawaannya gak enak sendiri. Gue paham kok, meski yang jadi gue nya mah ya~biasa aja."Tapi kenapa, kalo didepan temen lainnya pandangan lo ke gue kok kayanya penuh damba ya? Bukan maksud kepedean atau apa sih, tapi gue kiranya lo suka sama gue tau..."
"Justru itu cara gue buat nutupin diri gue yang sebenarnya, Sorry ya Cin. Gue gak ada rasa apapun ke elo."
Cindy kembali mencubit lengan gue, yang gue tanggapi dengan tertawa. "Sialan lo." Ucapnya. "Tapi gak papa deh, gue rela kok main drama picisan sama gay kaya elo." Tambah Cindy. "Tapi kalo boleh tau, kenapa sih lo bisa putus sama BF lo?"
Pertanyaan Cindy barusan kembali mengingatkan gue sama kelakuan DIA yang kaya bajingan. BF gue emang bajingan, makanya gue panggil dia 'BAJINGAN' sebagai panggilan kesayangan.
Gue menghembuskan nafas lelah, lelah yang benar-benar lelah.
"Kenapa?" Tanya Cindy ketika melihat gue yang kurang nyaman, "Berat ya?" tambahnya, kini tangan kanannya memijat bahu kiri gue bermaksud menenangkan. "Gue siap kok dengerin keluh kesah lo. Gue, Madam Cindy, sang pakar curhat kaum pelangi."Gue terkikik mendengar ucapan absurd Fujoshi sableng ini, ah-untung cantik.
"Apa'an sih lo." Kata gue sambil menepis tangan Cindy. "Udah ah, gue gak mau bahas masalah ini lagi."
Entah mungkin kesal karna tak mau dikorek lebih dalam hubungan antara Gue dan BF, Cindy mencubit pelan lengan bagian atas , membuat gue mengaduh sakit.
"Ah elah, timbang gue cubit dikit udah aduh-aduhan. Pasti lo bottom deh, ya ampun De~badan lo boleh kekeur nan macho. Tapi, lo beneran bottom??" Ucap Cindy yang cuma gue tanggapi dengan menggaruk tengkuk bagian belakang, sebenarnya gak gatal sih. Gue cuma bingung mau ngeles alesan apa. Sebab tebakannya benar kalo gue ini Bottom.
"Hehe, hari gini. Bottom kekeur laku dicari tau..." Jawabku
"Hah. Jadi lo beneran bottom De? Ampun dah ah, padahal gue harap tebakan gue salah. Taunya bener." Ucap Cindy lagi dan lagi membuatku tersenyum malu.
"De?"
"Hmmm?"
"Gue masih belum percaya kalo lo homo." Ucap Cindy yang gue rasa sedang mengutarakan isi hatinya.
"Gue emang gak ada ngasih tau ke siapa-siapa, cuma lo satu-satunya temen gue yang gue kasih tau."
"Ah, terharu bagai orang spesial deh." Ucap Cindy, "Tapi De, gue gak pernah nyangka aja. Lo gak ada masuk daftar cowo homo di draf gue."
![](https://img.wattpad.com/cover/107917898-288-k468988.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted(Hombreng).
Short Storyoneshoot HOMBRENG 18+ 😁jangan tertipu sama cover tercipta karna tekanan kerja dan ujian yang membuat pusing kepala.