19). Luky X Abil (2)

1.6K 114 4
                                    

Luky bisa jadi orang yang paling aneh yang pernah Abil temui selama 16 tahun ia hidup didunia.

Ingatannya kembali pada saat mereka kelas X, memasuki fase Hari Pertama masuk kelas. Setelah melihat nama-nama yang terpapar pada secarik kertas yang menempel dijendela, Abil menyadari sesuatu. Gak ada satupun teman lama satu SMP yang sekelas sama gue. Abil meratap, mengejang, lupa cara bernafas, lalu mati. Gak gitu juga sih.

Tapi mengetahui fakta bahwa dirinya sebatang kara dikelas baru, mau gak mau membuatnya menyiapkan mental untuk SKSD dengan kawan-kawan baru nantinya, satu orang rasanya cukup untuk jadi teman ngobrol. Lagian ini kelas bro, dimana gak mungkin banget kalo lu gak memperkenalkan diri kesesama anak baru yang kedepannya bakal jadi temen sekelas.

Maka dari itu, ketika kakinya melangkah memasuki kelas yang diatasnya bertulis X-C pada papan kecil, Abil menghembuskan nafas ringan, dia benar-benar berharap calon temannya akan menyenangkan sampai satu tahun kedepan.

Matanya menelisik, menerawang, men-scan setiap penghuni baru yang kebanyakan sudah memiliki chairmate, beberapa diantaranya saling mengobrol dan bersenda gurau. Gawat, pikir Abil. Gue harus cepet-cepet dapet temen, ini. Biar gak diem aja kaya patung, Batin Abil penuh ambisi. Tapi, Abil gak mau sembarangan memilih chairmate, dia memiliki standar yang lumayan tinggi untuk hal satu itu, seperti:

1). Pinter, biar gue bisa nyontek kalo ulangan.
2). Cinta kebersamaan, kalau nanti nilai gue anjlok, kasarnya:jelek. Nilai chairmate gue juga gak boleh lebih dari nilai gue. Biar kalo pun di remedial, ya remedial bareng-bareng.
3). Jomblo, iya, chairmate gue harus jomblo, karna gue juga jomblo, ini salah satu penerapan syarat ke 2. Ingat.

Abil mengecek arloji ditangan. Jarum pendek menunjuk diantara angka enam dan tujuh. Jarum panjang menunjuk angka sembilan. 06:45.

Ah, masih ada 15 menit lagi sebelum bel berbunyi.

Dilihatnya tersisa 5 meja yang masing-masing sudah ditempati satu orang. Abil langsung meng-cancel 2 meja lain karna pernghuninya cewek, masa gue duduk ama cewek sih?!

Tersisa tiga meja. Meja satu, penghuninya adalah cowok putih berkacamata kuda, dengan balutan seragam lengan panjang yang kayaknya bikin sendiri, secara sekolah menetapkan lengan pendek untuk laki-laki. Heum, dilihat dari penampilannya, kesan yang didapat dari Abil adalah pinter, alim dan kalem. Syarat 1, cek. Syarat 2, apa tipe kayak gini bisa diajak kerja sama? Abil ragu, kayaknya gak deh. Cancel.

Lalu matanya berpindah pada penghuni meja dua, cowok itu punya badan yang lumayan kekar, seperti badan om-om instruktur fitnes yang biasa dijumpai di tempat-tempat gym. Wajahnya keras dan sangar, dan--Mata Abil membulat saat cowok itu menaruh bekas permen karet yang baru saja dikunyahnya ke bangku samping yang masih kosong. Cancel. Cancel. Ini hari pertama masuk sekolah, gue harus menyelamatkan celana baru gue dari bekas permen karet itu. Kesan Abil tentang cowok itu. JOROK!!!!

Meja tiga, Abil seolah bisa bernafas lega karna penghuni meja tiga terlihat lebih normal dari 2 penghuni lainnya. Cowok itu memiliki wajah yang lumayan ganteng, meski masih gantengan gue sih, gumamnya. Dilihatnya cowok itu sibuk menggoreskan tinta pada buku dihadapannya, keliatannya sih kaya anak pinter dan rajin belajar. Cek. Penampilan, minus dasi, minus seragam rapih, malah kayaknya sengaja dikeluarin. Kesannya bad ass banget tapi cocok sama mukanya yang lumayan.
Syarat satu, cek. Syarat dua, cek. Syarat tiga...Masa iya orang ganteng kaya dia gak punya cewek? Ah, gue juga ganteng, tapi jomblo tuh. Oke, cek.

Jadilah sambil cengar-cengir Abil berjalan kearah meja tiga, menempatkan pantatnya pada kursi kosong membuat penghuni pertama mengalihkan mata padanya. Senyum Abil seolah gak bisa luntur dari bibir, si Cowok bad ass meliriknya sebentar lalu kembali menekuni kegiatannya.

"Hai, gue Abil. Gue lulusan dari SMP 212. Kalo elu sih namanya siapa?!" Ucap Abil dengan nada 'Halo kawan baru, aku anak baik-baik. Mari berteman' meski kesannya kok maksa banget.

Cowok bad ass itu kembali mengalihkan pandangannya ke Abil, matanya menatap Abil lumayan lama dengan gerakan menilai, lalu tersenyum.

"Luky." Ucap cowok badd ass yang mari kita sebut dengan nama, Luky.

Abil membentuk mulutnya menyerupai huruf O.

"Lu bisa main S.O.S gak?" Tanya Luky tiba-tiba, meski heran, Abil tetap ngangguk-ngangguk kaya boneka dashboard.

"Main yuk, nih gue udah bikin kotak-kotaknya, Ayok suit dulu buat nentuin pemain pertama." Ajak Luky sambil menyodorkan buku yang tadi di tulis-tulisnya, ternyata sedari tadi dia sibuk bikin kotak-kotak. Meski mulut masih nyengir, mata Abil jelalatan kemana-mana. Gue harus pindah, harus! Meja pertama juga gak masalah.

Tau chairmatenya jauh dari ekspektasinya, Pantat Abil ingin segera terangkat dari sana. Tapi bunyi bel nista membuatnya harus bertahan dengan cowok bad ass tapi sukanya main S.O.S selama satu tahun kedepan, lagian udah terlambat untuk pindah karna semua kursi sudah terisi penuh begitu bel berbunyi.

"Giliran lo." Ucap Luky menarik kesadaran Abil.

"Eh, iya. Haha."

Suasanya mendadak awkward, Abil sih berharap Walas segera masuk untuk menghentikan Luky memaksanya terus main S.O.S.

"Gimana kalo kita sekarang main ABC lima dasar nama-nama artis Indonesia?"

Abil facepalm.

Bersambung~

Addicted(Hombreng).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang