"Gue menyukai cowo. Dan cowo itu adalah elo, Ndri."
Perkataan Gaza malam ini membuatku syok, seolah ada beribu-ribu Watt listrik yang langsung menyetrum jantungku. Sulit dipercaya, jika Gaza yang selama ini aku kenal sebagai sahabat yang baik dan selalu ada menemani suka dan duka, ternyata menyukaiku.
Yang jadi permasalah dan membuatku bungkam cukup lama adalah, aku dan Gaza berjenis kelamin lelaki. Bagaimana bisa Gaza menyukaiku yang juga seorang lelaki. Gay? seumur hidup, baru kali ini ada gay yang menyukaiku.
Ketika malam semakin kelam, aku malah terjebak didalam kamar bersama Gaza yang menyatakan cintanya padaku, meski sedikit takut aku berusaha menutupinya. Kuberanikan menatap mata Gaza, mencari kebohongan dalam siluet mata tajamnya yang kini balik menatapku.
Nihil, aku tak menemukan kebohongan disana. Itu berarti Gaza serius dalam ucapannya, padahal aku berharap Gaza akan tertawa dan bilang kalau dia hanya sedang bergurau.
"Za, bercandanya jangan kaya gitu ah. Gak lucu..."
Kini Gaza malah makin berjalan mendekat kearahku, aku jelas mundur beberapa langkah. Bawaanya parno sendiri takut diapa-apain. Maaf aja ya, sebelumnya aku ini cowo tulen yang suka sama cewe. Gak ada pikiran bakal dicintai gay. Aku kira hal semacam itu hanya ada di luar negri.
Sampai punggung ku menubruk dingding dibelakang, yang artinya aku tak bisa mundur lagi. Sedangkan didepanku, Gaza masih terus melangkah, sampai badannya menghimpitku.
Aku berupaya mendorong tubuh Gaza, nihil. Gaza tak bergeming sedikitpun dari tempatnya berdiri.
Aku mendongak menatapnya, "Za, lo mau apa?! Lepasin gue Za!" , bukannya menuruti perkataanku, Gaza malah menyapu bibir bawahnya seolah aku ini bagai hidangan lezat, jelas hal ini membuatku ketakutan.
Kedua tangan Gaza mulai menggerayangi tubuhku, dari pundak sampai kepinggang dengan gerakan mengelus membuatku meremang, ditambah lagi dengan wajah Gaza yang sekarang ditempat diceruk leherku, nafas Gaza yang berhembus di leherku sungguh sangat menggoda.
Aku masih terus berupaya mendorong tubuh Gaza.
Duk!!!
Dengan tambahan sedikit tenaga, aku berhasil mendorong Gaza sampai terjatuh, bokongnya lebih dulu mencium lantai. Tanpa buang waktu lagi, aku langsung berlari ke arah pintu.
Arg! Sial. Pintunya terkunci lagi. Aku terus saja menekan gagang pintu dengan terburu-buru, sesekali menggedor pintunya berharap seseorang bisa menolongku dari Gaza yang malam ini sangat bernafsu sekali.
"Kamu nyari ini, sayang?"
Saat aku berbalik, kulihat Gaza sudah bangun dari jatuhnya. Tangan kanannya bergerak memamerkan kunci kamar yang dia pegang.
"Za, lepasin gue Za. Please jangan lakuin ini ke gue, lo pasti mabuk Za. Sadar Za, sadar." Aku berusaha menyadarkan Gaza yang memang sebelumnya dipengaruhi alkohol.
Tanpa diduga, Gaza malah membuka satu persatu pakaiannya hingga dia naked di depan ku. Setelahnya kembali berjalan ke arahku dengan penis yang sedikit tegak, menggantung kekanan dan kekiri.
Aku meneguk ludah dengan susah payah, jelas gelagapan. Aku melempari Gaza dengan apapun yang bisa ku gapai. Tapi hal itu membuat Gaza geram, dan dia berhasil mencekal kedua tanganku.
Bibirnya mencium bibirku paksa, menyedot bibir bawahku sekuat tenaga, menyesap rasa manis yang ada. Merasa dilecehkan, aku berontak menyerangnya dengan kakiku yang bebas. Dengan sengaja, aku menendang penisnya. Membuatnya mengaduh kesakitan dan meringis di ranjang. Aku harus bergerak cepat keluar dari sini, dan hal pertama yang harus aku lakukan adalah mengambil kunci dari tangan Gaza.
Aku berusaha merebut kunci itu, tanpa diduga, Gaza langsung membalikkan tubuh ku hingga aku berada di bawah kungkungannya, tangannya sigap berusaha melucuti pakaianku. Aku menonjok wajahnya dengan satu tanganku sekuat tenaga. Gaza kembali tersungkur kesamping, dan aku langsung berlari ke pintu dengan kunci ditangan.
Aku sedang fokus membuka kunci, terlalu terburu-buru. Tanpa tau, Gaza kini sudah berada di belakanganku.
Belum sempat aku berhasil membuka pintu, Gaza sudah lebih dulu membanting tubuhku ke ranjang. Perlahan dirinya
Merangkak menindihiku, mulutku dicekok dengan minuman yang aku sendiri tak tau itu apa. Yang pasti setelah aku meminum itu, seluruh tubuhku mendadak panas dan gerah. Nafsu ku pun bergejolak, ingin sebuah sentuhan lebih. Aku mendadak sange banget, deru nafasku pun berubah menjadi berat.Aku sadar saat Gaza mulai melucuti pakaianku, hingga kita sama-sama naked sekarang. Tapi herannya kali ini aku tak berontak dan membiarkan Gaza melakukan apapun padaku, karna tubuhku juga seolah mengingkan sentuhan Gaza.
Aku lemas, aku sudah kalah.
Perlahan air mataku mengalir, meski yang keluar dari mulutku hanya sebuah desahan.
"Arkk!!!Sakit Z..euhhh...arggg sakit Za sakit, lepas Za..ahh!!" Aku berteriak keras saat milik Gaza kini membobol lubangku. Rasanya sakit dan panas perih, lubangku seperti disobek saat penis gemuk panjang milik Gaza menerobos masuk tanpa pelumas. Aku bisa merasakan milik Gaza menembus habis sampai pusar.
"Arggg sakit Za ahhh, pelan-pelan Za."
"Tenang aja sayang, sebentar lagi juga bakal enak kok. Eummhhh..."
Sekujur tubuhku sudah dipenuhi banyak tanda merah karya milik Gaza, mengklaim kepemilikan atas tubuhku.
Aku tak bisa mengendalikan pikiran lagi, aku sangat bernasfu sekarang. Perlahan ikut menggenjot dan menggerakan pantatku kesamping, memilin penis Gaza yang berad didalamku.
Desahanku jelas lebih keras memenuhi ruangan itu, setelah 15 menit lamanya aku baru bisa menikmati rasa Sex ini.
Sekarang aku puas mendesah-desah, saling bersahutan dengan Gaza. Bahkan sampai puncak kenikamatan, kami berdua kompak berteriak menyambut orgasme.
Crott...crot...crot...
Pejuh yang ku keluarkan lumayan banyak, begitupun pejuh Gaza yang kini memenuhi diriku.
Tak hanya puas dengan satu ronde, kami melakukanya hingga subuh menjelang. Aku pun tanpa berfikir lagi, ikut bermain mengimbangi Gaza. Melumat, menjilat, menggenjot dengan lihay. Tak lupa berciuman intens dan dahsyat, aku yang kadang masih suka berontak mewarnai ke intens-an cumbuan Gaza.
Tak pernah terfikir jika partner sex pertamaku adalah seorang lelaki. Terlebih Gaza adalah teman karibku sejak SD.
Malam itu menjadi saksi pergumulanku dengan Gaza. Aku tak akan pernah melupakan kejadian ini seumur hidupku.
Sinar matahari yang melewati celah gorden, menyilaukan mata. Memaksaku bangun dari alam mimpi.
Aku meringis sakit saat mencoba mengambil posisi duduk, memaksa punggungku bersender pada kepala ranjang. Bagian bawahku terasa sangat sakit dan linu, membuatku sedikit bingung dengan kondisi yang ada.
Namun, ketika menoleh kesamping dan melihat wajah damai Gaza yang masih pulas, ditambah keadaanku dan dia yang sama-sama naked, kembali mengingatkanku dengan adegan panas yang telah kami lakukan.
Aku menggertakkan gigi, menatap benci Gaza yang sudah memperkosaku tadi malam. Tapi, tanganku tiba-tiba berhenti diudara saat hendak menonjok wajahnya.
Aku kembali melihat wajahnya, meski kelakuannya kurang ajar. Perlahan mulai tumbuh rasa dihatiku untuknya. Bagaimanapun kami sudah melakukan 'itu' dan semuanya sudah terjadi.
Aku memutuskan kembali berbaring, tepat saat itu juga Gaza berbalik dan memeluk tubuhku erat. Lagi dan lagi aku hanya diam membiarkannya Gaza masih terlelap memeluk ku.
Selesai--
KAMU SEDANG MEMBACA
Addicted(Hombreng).
Short Storyoneshoot HOMBRENG 18+ 😁jangan tertipu sama cover tercipta karna tekanan kerja dan ujian yang membuat pusing kepala.