5). Adnan X Zen (2)

12.1K 495 121
                                    

Jadi anggota Osis itu seperti mimpi yang gak pernah gue bayangin sebelumnya.

Karna gue dulu bukanlah murid yang patuh pada tata tertib sekolah, tipe pembangkang itu baru gaya gue. Bagi gue peraturan dibuat hanya untuk dilanggar, pikiran picik bocah SMP yang sebenarnya salah kaprah dan butuh di rukyah. Maklum aja, masa SMP gue ini masih tahap nakal-nakalnya pubertas yang suka banget bolos KBM dan lebih milih ngelayab ke warnet main PB atau pacaran dipojok warung.
Bader banget ya. Ember. Gak heran kalo ruang BK adalah tempat yang sering gue kunjungi ketimbang kelas gue sendiri.

Tapi itu DULU. Waktu putih biru sudah berlalu, sekarang memasuki babak baru ke putih abu-abu.

Seenggaknya yang perlu gue syukuri, gue masih bisa lulus sesuai tingkat angkatan gue.

Masa SMA, pribadi gue berubah 180 derajat menjadi lebih baik dari sebelumnya, bahkan sekarang menjabat sebagai anggota OSIS. Gue suka ketawa kalau ngebandingin masa SMP sama sekarang, temen SMP gue aja banyak yang terheran dibuatnya, bisa-bisanya si biang kerok sekarang ikut menegakkan tata tertib sekolah--seenggaknya begitulah pikiran mereka.

Setiap ditanya, gue akan selalu ngeles dengan kalimat 'Dunia bergulir sesuai masanya, bro. Pejabat aja bisa jadi penjahat, lah kenapa lo heran kalau penjahat juga biasa bertobat.'

Saat mereka bungkam, gue tertawa puas dalam hati.

Yang perlu diingat, setiap perubahan pasti adalah penyebabnya, seperti kata pepatah 'tak mungkin ada asap kalau tak ada api'.

Gue masuk OSIS sebenarnya punya maksud ganda, dan alasan paling logis adalah gue ingin selalu dekat dan semakin akrab dengan Adnan.

Jabatan Adnan adalah ketos, dan hanya dengan masuk organisasi inilah gue bisa berinteraksi langsung dengan si doi, mengingat Adnan bukan teman seangkatan gue, melainkan kakak kelas yang pasti selalu sibuk tak ada waktu bermain bersama, OSIS itu hanya perantara supaya gue bisa kenal si doi lebih jauh.

"Dek, lu udah ngedata kadidat perkelas yang bakal tampil besok?" Tanya Adnan, saat kita sedang mempersiapkan panggung untuk acara kartinian.

Hanya dia-Adnan- yang manggil gue dengan sebutan 'dedek' dan itu adalah kebahagiaan kecil tersendiri bagi gue, berhubung gue ini anak pertama jadi seumur-umur baru kali ini dipanggil dedek. Papa Mama manggil gue 'Abil', adik gue Zahra manggil gue 'Abang', teman dan semua orang kebanyakan manggil gue 'Zen'.

Gue berasa itu adalah panggilan kesayangan, karna Adnan juga gak pernah manggil 'dedek' ke selain gue.

"Udah kak. Datanya udah gue kasih ke kak Fera." Jawab gue kala itu.

Karna sering bertemu dan berinteraksi. Kian hari, hubungan gue dengan Adnan juga semakin dekat-Meski hanya sebatas hubungan persahabatan.

Adnan straight.

Meh! Hubungan apalagi yang bisa gue harapkan agar lebih dekat dengan pujaan hati gue selain menjadi sahabatnya, meski gue ingin tapi nyatanya gue gak bisa. Adnan terlalu berharga untuk gue rusak, dan mustahil untuk gue miliki seutuhnya.

Mencintai seseorang dari dunia straight itu banyak sakit hatinya!!
Gue sering banget jadi tempat curhatnya Adnan setiap kali dia suka atau ada masalah sama cewenya. Kuping gue selalu panas setiap dia memuji kecantikann cewenya, dan mata gue selalu perih setiap kali dia mem-posting foto kemesraannya dengan cewenya di medsos.

Gue juga baru sadar sekarang, dulu kok gue goblok dan tolol banget ya! Udah tau si doi itu penyuka pepek cewe, masih aja dibawa baper dan ng'stalk medsosnya yang berakhir dengan gue uring-uringan karna kesal sendiri.

Gak kerasa satu tahun terlewat dengan cepatnya, perasaan baru kemarin gue jadi peserta MOS dan sekarang gue bertanggung jadi panitia MOS.

Tahun kedua di bangku es em a, gue disibukkan dengan segala persiapan tetek bengek MOS bersama anggota OSIS lainnya. Panitia cowo malah yang lebih sibuk merencanakan semuanya, sering kumpul dan begadang sampai larut bahkan sering kali kita menginap dirumah kawan lainnya, panitia perempuan tak diikut serta dan hanya meng-handle bagian lapangan.

Addicted(Hombreng).Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang