Bitch, I Love U! (part 12)

2.9K 93 9
                                    


.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

"Eh ngapain bawa-bawa boneka gede banget kayak gitu? Kayak cewek aja." Umpat mas Fajar saat aku tiba dirumah.

Aku mengangkat bahuku cuek dan berjalan melewatinya yang sedang asyik menonton TV bersama Rajar.

*****

"Ya Tuhan terimakasih karena tahap demi tahap semuanya membuahkan hasil." Ucapku senang.

Aku meletakan boneka kudanil pemberian mas Damar diatas kasur dan berbaring memandanginya.

"Kenapa kamu?" Tanya mas Fajar yang tiba-tiba saja masuk ke dalam kamar.

"Gapapa." Jawabku menoleh cepat kearahnya.

Mas Fajar duduk disampingku dan sedikit menyenderkan badannya.

"Terus gimana? Urusan kamu udah selesai sama Damar? Apa malah kamu justru pacaran sama dia?" Tanya mas Fajar kepo menghujani ku dengan pertanyaan-pertanyaan.

Aku memutar bola mataku.
"Ishhh mas ini kayak intel ya! Nanyaaaa mulu!" Omelku sedikit menjauhkan badanku.

Mas Fajar menepuk pipiku pelan.
"Gimana gak tanya mulu! Kamunya di tanya malah kayak gitu!" Ucapnya.

Aku mengusap pipiku perlahan, tersenyum dan kemudian mencubit kedua pipi mas Fajar gemas.

"Iya iya mas! Berhasil kok!!" Kata ku manja.

Mas Fajar membulatkan matanya.
"Berhasil? Serius?" Tanya mas Fajar dengan raut wajah yang kurang meyakinkan.

Aku melirik dan kemudian mengangguk.

"Iya serius... Kenapa sih?" Tanyaku heran.

"Lah itu boneka segede itu dari mana?" Tanya mas Fajar kemudian.

"Ohh ini dari mas Damar! Sebagai tanda perpisahan gitcuuu dech." Kata ku centil sembari memeluk boneka empuk tersebut.

Mas Fajar memutar bola matanya dan menghela nafas pendek.

"Eh Lajal puna mainan balu loh!" Ucapnya kemudian meletakan Rajar tepat diatas boneka ku.

"Aahh Jangan dong! Nanti di cakar-cakarin tau!" Omelku mengambil Rajar dan memberikannya kembali kepada mas Fajar.

Mas Fajar tertawa, dia sangat usil dan sama sekali ngga bisa melihatku bahagia sedikit saja.

"Oh iya! Karena aku berhasil nyelesein masalah sendiri... So aku akan nraktir mas Fajar! Yeay!" Ucapku heboh.

Ia melirik ku dan kemudian mendengus.
"Alaah palingan juga nraktir cireng." Ledeknya.

Aku mencubit lengannya kencang dan membuang muka kesal.

"Sakit eh!" Ucapnya mengusap-usap lengan.

"Bodo!" Ucapku berbaring dan menutup seluruh tubuhku dengan selimut.

****

Suara gema langkah kaki ku terdengar jelas di basement parkiran mobil.

'Crack'

Tanpa sengaja aku menjatuhkan kunci mobil yang akan ku masukan kedalam tas selempang.

"Ailahh.." Umpatku mengambil kunci dan kembali berjalan meninggalkan basement.

"Yahh kok di konci sih!" Umpatku kesal saat pintu masuk apartement dari basement tertutup rapat.

Aku melihat sekitar yang amat gelap, hanya ada beberapa lampu redup sebagai penerang jalan.

Perlahan suara langkah kaki terdengar jelas mendekat kearahku.

Aku mengangkat kedua alisku.

"Mau masuk juga ya mas? Pintu nya di konci, kita harus lewat pintu basement atas buat masuk. Mau bareng?" Tanyaku.

[BL] Bitch, I Love U! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang