.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.
.Angin bertiup kencang, awan menggumpal hitam mengeluarkan suara yang sangat menggelegar.
Langit sore tampak menghitam pekat, membuat jalan yang biasanya padat sesak merambah menjadi sunyi.
"Udah jam 5, mas Fajar mana sih katanya sebelum jam 5 udh balik ke kantor." Umpatku sendirian.
Aku menunggu mas Fajar yang sedang bertemu klien sejak siang tadi di halte tepat di depan kantor.
"Udah mau ujan, mending jalan aja deh." Umpatku kesal.
Aku mulai menapakan kakiku berjalan dipinggir trotoar, sebentar lagi hujan akan turun melihat langit yang semakin gelap dan gemuruh petir bersautan.
'Ces.. Ces'
Belum lama aku membayangkan, hujan sudah mulai turun rintik sedikit lebat. Membuat ku gelagapan mencari tempat untuk berteduh.
"Yahhh gak bawa payung!!! Aduhhh mana tetep kena lagi disini!!!" Omelku.
Aku berlindung dibawah pohon yang cukup rindang, setidaknya air hujan yang membasahiku tidak sederas di jalan.
Suasana hawa semakin dingin dan masuk melesak menusuk tulangku.
Aku menyatukan kedua telapak tangan dan menggesekannya bergantian."Kamu bisa sakit keujanan."
Sebuah payung besar tiba-tiba melindungiku dari tetesan hujan yang lumayan deras.
"Nicko?" Ucapku terkejut mendapati Nicko berdiri di sampingku.
"Kamu kenapa hujan-hujanan?" Tanya nya dengan wajah sendu.
Aku menggaruk kepalaku bingung, dan sesekali tersipu menatapnya.
"Taksi!" Teriak Nicko menghentikan sebuah taksi yang melaju sedikit kencang.
"Ayo pulang." Ajaknya menarik tanganku masuk ke dalam taksi.
.
.
.Aku terdiam dan terus mengepalkan tanganku, baju ku yang basah dan ditambah dinginnya Ac yang keluar dari dalam taksi membuat bibirku bergetar hebat.
Nicko melepaskan jaket yang dikenakannya dan menutupi tubuhku.
"Pak tolong matikan Ac nya." Pinta Nicko kepada sang supir.
Aku menoleh, Nicko tampak fokus dengan tatapannya ke arah depan.
"Kapan kamu pulang Nick?" Tanyaku.
"Emm? Oh aku pulang tadi siang." Jawabnya menoleh kepadaku.
"Masih kedinginan?" Tanyanya.
Aku menggelengkan kepala beberapa kali.
"Engga kok, udah mendingan." Jawabku.Nicko tersenyum, ya Tuhan aku sangat merindukannya.
"Gi..gimana kamu bisa ada di depan kantor tadi?" Tanyaku heran.
"Entah.. Tadi tiba-tiba aja aku pengen kesitu, dan ternyata bener... Hehehe apa kata hatiku bener." Jawabnya.
Aku sedikit merasakan sesak karena malu mendengar jawabannya, membuatku salah tingkah dan mengalihkan pandanganku keluar jendela.
"Dia sangat mengerti diriku..."
****
"Ada apa?" Tanya Nicko yang menatapku bingung berdiri di depan pintu.
Ia berjalan menghampiriku.
"Jangan bilang lagi kalau kamu gak pegang kunci apartement." Ucapnya.Aku sedikit menatapnya dan kemudian merunduk sembari mengangguk.
KAMU SEDANG MEMBACA
[BL] Bitch, I Love U!
RomanceRate: 18+ Like dan coment abis baca, hargai tulisan admin ya! Masukan dan kesan sangat berarti untuk admin dlm membuat cerita ini! Menceritakan tentang seorang pelacur gay yang mencoba merubah dirinya, dengan bantuan Fajar (tetangga dan kakak kelas)...