Bitch, I Love U! (part 2)

4.8K 119 0
                                    

.
.
.
.
.
.
.
.
.
.

Tuhan..
Semoga ini memang awal yang baik untuk aku memulai kehidupan yang baru.

*****

Decit ayunan yang berayun berirama menyambut petang.
Dimana sang surya menyembunyikan kebahagiaan dan larut dalam kesedihan.

Aku berpangku tangan, memperhatikan kedua keponakanku yang bersenang ria bersama.

"Pasti bakalan kangen banget sama Arsyad dan Dinda.. Duhh jadi ragu mau pindah juga." Ucapku lesu.

'Bug!'

Sebuah bola membentur dinding keras, hampir saja menerjangku yang sedang terdiam melamun.

"Astaga!" Pekikku sembari mengusap dadaku terkejut.

"Maaf! Gak sengaja." Ucap seseorang mengambil bola sepak yang di gulingkannya.

"Loh Radju?" Ucapnya.

"Eh mas Damar!" Pekik ku terkejut dan refleks berdiri.

"Ka..kamu gapapa?" Tanyanya.

Aku tersenyum simpul, membersihkan belakang celanaku dari pasir yang menempel.

"Enggak kok mas, lagian gak kena kok." Jelasku.

"Ahh sukur deh. Maaf, emang Kevin suka gak kira-kira kalo main bola." Jelasnya.

Aku tersenyum dan mengangguk.
Kevin adalah anak mas Damar yang berusia 5 tahun.

"Hahah Kevin percis papa nya ya, kuat!" Ledekku.

Mas Damar menggaruk kepalanya salting.

"Oh iya mas, sabtu aku mau pindah ke jakarta. Mau lanjut kuliah sambil kerja disana." Jelasku.

Mas Damar menatapku.
"Kamu pindah?" Tanyanya sedikit terkejut.

Aku mengangguk mantap.
"Aku mau ngejar cita-citaku mas..." Jawabku.

Mas Damar terdiam sesaat, raut wajahnya berubah menjadi sedikit muram.

Aku menyenggol lengan mas Damar, membuyarkan lamunannya yang entah apa di fikirkan.

"Gimana mas? Gamau cobain lubang aku dulu kah? Itung itung perpisahan gitu hehe." Rayu ku.

Kebetulan uang simpananku sudah hampir habis, dan sudah 3 hari ini aku tidak menjajahkan diriku. Dan lagi, melihat mas Damar yang berkeringat sehingga kaos tipisnya basah membuatku sedikit horny.

"Ma..mau sih.. Aku kira km cuma main-main." Jawabnya menyeka keringat di dahinya kaku.

Aku melihat gelagap mas Damar yang panas dingin, hahaha aku sukses merayunya. Terbukti dengan gundukan dicelana nya yang mulai membesar.

"Om ayo pulang! Udah sore, nanti mama nyariin!" Ajak Dinda menarik tanganku.

"Eh iya! Arsyad ayo pulang!" Ajak ku.

Mas Damar menarik tanganku saat aku hendak berbalik.
"Nanti malam mas telpon kamu ya." Ucapnya.

Aku mengangguk sembari tersenyum, dan bergegas pulang karena hari sudah hampir gelap

***

Aku bersantai ria di kasur, membaca beberapa novel yang belum rampung ku selesaikan.

'Ting!'

Sebuah notifikasi masuk melalui handphone ku.

"Kamu dimana? Sini kerumah."

Ternyata sebuah pesan dari mas Damar yang memintaku kerumahnya.

[BL] Bitch, I Love U! Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang