28: Busan (2)

85 22 2
                                    


Ljoe merasa lega karena Nyonya Jung menyambut mereka berdua dengan ramah. Sementara Tuan Jung belum pulang dari kantornya.


Mereka berlimaㅡLjoe, Eunji, Minki dan Ibunyaㅡberbincang menghabiskan waktu hingga hari mulai semakin gelap.

"Ah, iya, eomma belum menyiapkan kamar untuk Ljoe." Nyonya Jung berdiri dari duduknya.

Eunji langsung menghentikan gerak ibunya sambil berkata, "Biar aku saja,"

"Oh, benar, Ljoe kan bisa tidur di kamarmu, ya?"

Ljoe dan Eunji seketika terbatuk bersamaan. Minki yang juga sedang berada disitu langsung terlihat kaget.

"Kamar Minki ranjangnya single sedangkan di kamar Eunji ranjangnya lebar jadi cukup untuk dua orang," Nyonya Jung menjelaskan maksudnya.

Ya, memang benar kamar Eunji di rumah ini memakai ranjang yang lebar. Kalian pasti tau alasannya kan? Eunji tidak bisa tidur dengan tenang dan damai hingga ia sangat membutuhkan kasur ekstra.

Dan lagi. Kenapa ibunya tidak takut menyatukan Eunji dan Ljoe dalam satu kamar? Bagaimana pun juga Eunji kan tetap anak gadis. Masa sih ibunya tidak peduli anak perawan satu-satunya tidur sekamar dengan seorang pria? Kalau ada hal yang tidak diinginkan terjadi bagaimana?

Apa itu sebenarnya tujuan ibunya menyatukan mereka? Agar Eunji bisa memberinya cucu secepat mungkin?

Astaga. Tidak mungkin. Eomma pasti hanya asal bicara tanpa berpikir kesitu. Dasar. Otakmu terlalu liar, Jung Eunji. ㅡEunji.

"Eomma...," Eunji mengerutkan dahinya sebal. "Appa tidak akan membolehkan aku tidur sekamar dengan pria....,"

Tuan Jung memang seorang ayah yang cukup keras dan tegas. Terutama masalah tentang kedua anaknya.

Saat mengetahui Eunji kedapatan kiss scene dengan pemain pria di sebuah drama saja beliau sudah marah besar. Apalagi kalau sampai tau ibunya justru mengikhlaskan putrinya itu sekamar dengan Ljoe. Bisa mati nanti.

"Lagi pula kan masih ada kamar tamu...," Eunji melanjutkan.

Wajah ibunya berseri. "Benar juga. Eomma sampai lupa," beliau tertawa garing. "Kalau begitu sekarang kau bersihkan kamar tamu agar bisa dipakai. Kasian Ljoe, barangkali dia ingin cepat istirahat."

Akhirnya Eunji dan Ljoe pun langsung bergegas menuju kamar tamu yang berada di dekat ruang tengah. Tidak jauh dari kamar Eunji.

Dan sekarang Eunji sedang membereskan kamar tamu itu. Di dalam tidak terlalu berantakan karena memang sering dipakai oleh saudara Eunji yang datang tiap liburan. Jadi Eunji hanya perlu mengganti spreinya saja.

"Sudah selesai," Eunji berseru hingga mengejutkan Ljoe yang dari tadi menyandar pada pintu kamar. "Nah, sekarang kau bisa istirahat, Joe."

Ljoe mendekat dan ikut duduk di tepi ranjang sebelah Eunji.

"Kau melupakan sesuatu," Ljoe memutar tubuh Eunji agar gadis itu menghadap ke arahnya.

"Apa?" Eunji memasang wajah bingung. Seingatnya ia sudah sempat memijit bahu Ljoe sesuai janjinya tadi. Terus apa lagi?

"Kau melupakan dirimu,"

"Apa?" Eunji mengulang kata tanyanya. Ia semakin bingung.

"Ish," Ljoe kesal juga Eunji tak kunjung mengerti maksudnya. "Maksudku, ini belum bisa dibilang selesai kalau tidak ada kau. Jadi, kau harus tetap disini menemaniku tidur."

Eunji menelan air liurnya salah tingkah. Ia merasa Ljoe semakin menakutkan kalau berada di situasi seperti ini.

"Ya! Berhentilah main-main!" Eunji memukul kepala Ljoe dengan kemoceng yang dari tadi stand by di tangan kanannya.

"Aduh," Ljoe merintih kesakitan. Pukulan Eunji keras juga, untung saja kepalanya tidak pecah.

Eunji tidak meladeni Ljoe dan langsung berdiri. "Sudah ya, anggap saja itu balasanmu karna sudah bersikap aneh. Daaah, selamat tidur!"

Brak.

Ljoe langsung merebahkan dirinya di atas kasur begitu Eunji menutup pintu kamar. Dan perlahan ia tertidur.



***



Eunji terpaksa membuka matanya ketika mendengar gedoran heboh yang berasal dari pintu kamarnya.

"Siapa sih, menganggu saja,"

Gadis itu menyeret kakinya menuju pintu untuk mengetahui siapa dalang yang sudah berani membangunkan waktu tidurnya.

"Nuna, aku lapar."

Eunji mengerjapkan matanya berulang kali. Ia membalikan tubuhnya begitu tau ternyata Minki lah orang yang sedang berdiri di ambang pintu. "Kenapa harus aku? Kan ada eomma,"

"Eomma sudah pergi dari tadi,"

"Kemana?" Eunji duduk di pinggir ranjang, hendak melanjutkan tidurnya.

"Arisan."

"Sepagi ini?" Eunji terheran. Nah, sekarang tubuhnya sudah menyatu kembali pada kasur. Yang perlu dilakukan selanjutnya adalah menutup mata.

"Ini sudah jam sepuluh, Nuna."

"Apa?!" Eunji langsung terloncat kaget dan menoleh ke arah jam dinding di kamarnya. "Ya ampun!"

Tanpa babibu lagi Eunji langsung melesat ke arah dapur untuk membuat sesuatu yang bisa dimakan. Ia menggulung rambutnya sembari melangkah cepat.

"Selamat pagi," Ljoe menyambut Eunji yang baru selangkah menginjak dapur. Pria itu sedang duduk di meja makan dengan secangkir minuman. Entah apa isinya.

Baju Ljoe sudah ganti, itu tandanya dia sudah mandi. Saat ini penampilan Ljoe pun lebih rapih dibandingkan Eunji yang masih acak-acakan. Perbedaan yang amat jelas bagai bumi dan langit.

"Pagi, Joe." Eunji membalas sapaan Ljoe tanpa berniat untuk menatap wajah pria itu. "kau sudah makan?"

"Belum," Ljoe kembali menyeruput minumannya.

Setelah mengekori Eunji dari kamar, Minki akhirnya duduk di meja makan bersama Ljoe.

"Astaga," Eunji kewalahan begitu melihat isi kulkas yang nyaris bersih. "Kurasa aku harus belanja dulu,"




***




Vote & comment for next chapter!♡

Miss Right // Ljoe × EunjiTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang