╰Part 25 LOST ~Number Two~

104 17 9
                                    

"Maaf sayang, ini baru awal. Bersihkan dulu otak mu."

~~'MOL'~~

Jiyeon POV

"Jiyeon-aㅡ"

"Aku ga mau sekolah."

"...baiklah, ku taruh sarapan nya di meja belajar..."

Aku tak mau ke sekolah.

Aku tidak mau bertemu mereka.

Aku tidak mau melihat mereka.

Aku tidak mau mendengar mereka.

Aku benci mereka.

Terbaring di tempat tidur sendiri, memiringkan tubuh membelakangi pintu kamar, ditutupi selimut tebal sampai pundak, mata sembap dan rambut berantakan. Semalaman aku tidak bisa tidur karena menangis tanpa henti. Terlalu lemahnya diriku dalam menghadapi masalah ini. Pengecut.

Stres mungkin sedang melandaku sekarang. Ketakutan mungkin sedang menguasaiku juga. Mungkin aku harus mengambil homeschooling.

Grrkk...

Seseorang baru saja duduk di salah satu sisi ranjangku. Aku tidak bisa melihatnya dengan pasti. Tidak mungkin Soyeon eonni.

"Pergilah sekolah." perintahku dingin. Aku tahu ini pasti Jaehyun setelah terdiam menebak-nebak. Sikapnya masih sama seperti sebelumnya, tapi aku yakin hubungan kami sudah cukup dekat.

Tak ada jawaban darinya. Mataku menerawang ke lantai keramik putih bermotif garis lengkung merah jambu samar-samar.

"..."

Kami terdiam cukup lama. Aku sedang tak ingin bicara apalagi membahas kejadian kemarin. Jaehyun juga sekolah di sana tentu dia juga menyaksikan kejadian itu. Ditambah semakin bertambahnya murid di kantin waktu itu selagi aku berjalan ke meja Minhyun dkk.

Bahkan perutku mual menyindir sedikit dari nama mereka.

Jaehyun mungkin khawatir padaku, aku bisa rasakan. Semacam hubungan batin saudara kandung. Tapi dia bukan seseorang yang dengan mudah menunjukkan perasaannya. Aku mengerti.

Aku ingin sendiri.

Grrkk...

...Kriett...

Dia mungkin sudah keluar dari kamarku. Terima kasih sudah mengerti aku. Maaf Jaehyun-ah.

~~'MOL'~~

...

"Aku tidak mengerti."

"Aku juga..."

"Yakin kamu tidak mengenalnya?"

"Aku sangat yakin."

"Mungkin dia berhalusinasi?"

Aku terbangun mendengar pembicaraan dari arah belakangku. Posisiku masih miring membelakangi pintu kamar. Dari suara lembut nya itu pasti Herin, dan satu lagi suara berat milik lawan bicaranya.

"Aku pikir tidak, Jeno-ya. Jiyeon eonni begitu yakin, dan mendengar kejadian detailnya dari Jaehyun..."

"Kau mengawasi tuanmu kan?"

Suara seorang namja yang sepertinya seumuran dengan Herin, mengingat baru saja memanggil sebuah nama tanpa embel-embel tingkatan di belakangnya. Jeno? Nugu?

Minute Of Life [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang