╰Part 19 ~Hwayoung-ah~

164 29 6
                                    

...

"Ren-ah, aku rasa ada yang janggal disini." ujar Jeonghan yang sedikit merasakan tubuhnya merinding.

Ren melirik sekilas Jeonghan yang berbaring di kasur sebelah kanan kasurnya. "Efek kebiasaanmu membaca novel fantasi."

"Tidak, bukan itu," Jeonghan membantah kuat, "Hanya perasaanku saja atau memang banyak macam energi lain berkeliaran disekitar rumah ini?"

"Ya tentu saja karena disini banyak orang yang menginap." Ren terus berkomentar rasional demi menenangkan perasaan Jeonghan.

Merasa jengkel akhirnya Jeonghan menatap Ren datar. "Kau benar-benar tidak bisa diajak serius."

Ren yang merasa ditatap malah balas menatap. "Tau begitu seharusnya tidur, lagian ini sudah jam nya anak kecil tidur,"

"Sudah ah." Ren membalikkan tubuhnya membelakangi Jeonghan yang masih sibuk dengan pikiran liarnya.

Ren juga merasakan apa yang dirasakan Jeonghan, hanya saja dia tidak mau sahabatnya kehilangan akal sehat jika perasaan negatif menguasainya.

Lebih baik tidak terlalu mengkhawatirkan ini, pikir Ren sebelum terlelap dalam mimpi.

Yuta yang tadinya terlihat sudah tidur nyenyak, membuka matanya. Ia mendengar semua percakapan singkat Jeonghan dan Ren. Merasakan kecemasan disetiap nada suara Jeonghan, begitu pula Ren yang berusaha mencoba terus tenang. Yuta sendiri tidak mengerti betul apa yang sedang terjadi.

Lebih tepatnya, apa yang akan menanti mereka?

~~'MOL'~~

Jiyeon membuka matanya paksa. Jam dinding kamar menunjukkan pukul 10 malam. Gadis satu ini tidak bisa tidur dengan segala kepanikan dalam hatinya. Sejak acara melihat 'Black shadow' bersama 'Blackman' di luar jendela kamarnya, perasaan tidak karuan muncul dihati Jiyeon.

'Blackman... Tinggi besar. Black shadow... Tinggi besar. Hah! mereka cocok dijadikan duo.' batin Jiyeon seraya tersenyum geli.

Merubah posisi tidur yang awalnya miring ke kanan menjadi miring ke kiri. Menerawang ke satu titik sudut di gelapnya kamar, yang hanya diterangi lampu tidur sebelah ranjang.

Mencoba untuk tertidur, terus mengubah posisi tidur tapi hasilnya tetap terjaga. Tak sedikitpun rasa kantuk yang biasa menggerayanginya ada.

"Perlukah obat tidur? Atau menghitung domba? Kenapa tidak sekalian saja menghitung helai rambut?" gumam Jiyeon sedikit kesal pada dirinya sendiri.

Hingga akhirnya ia memutuskan keluar kamar dan berjalan menuju lantai dasar ruang tamu.

Mungkin semua sudah di alam mimpi masing-masing. Jiyeon membuka knop pintu depan rumah dan tak lupa menutupnya kembali. Berjalan santai ke pekarangan depan yang di setiap sisi nya ditumbuhi berbagai bunga warna-warni, favorite Soyeon. Pekarangan yang cukup memuat 4 buah mobil, tak kalah luas dari pekarangan rumah Suzy.

Jiyeon berjalan kecil memeluk kedua tangannya dibawah dada, meminimalisir kedinginan malam yang menyentuh tubuhnya. Meskipun Jiyeon memakai kaos lengan panjang serta celana tidur panjang bermotif beruang cokelat, tetap saja udara malam hari di Seoul seperti pecahan es menusuk kulit. Ditambah angin malam yang cukup kencang membuat rambut panjangnya yang tergerai berterbangan mengikuti arah tujuan angin.

"Kuharap, Taeyong dan Hansol ada disini..." gumam Jiyeon lirih memandang rerumputan yang diinjak kaki telanjangnya.

"Aku memang ada disini."

"Ha!! Astaga!!"

Jiyeon terperanjat kaget mendengar sebuah suara khas namja terdengar di telinga kanannya, sampai ia mundur beberapa langkah dan menemukan Taeyong berdiri di belakangnya. Namja itu hanya mengeluarkan cengiran tidak berdosa nya pada salah satu sunbaenim. Jiyeon masih menstabilkan detak jantungnya sambil menatap Taeyong tajam.

Minute Of Life [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang