╰Part 24 LOST ~Number One~

144 21 14
                                    

Jiyeon POV

Kuedarkan bola mataku ke semua sudut ruangan tersebut dari sisi pintu masuk. Tentu jika aku berdiri di tengah pintu akan menghalangi orang lain masuk atau keluar. Riuh ramai suara, hentakan kaki, ataupun anggota tubuh murid kelas terdengar seperti di pasar. Dan hanya beberapa kursi kosong disana yang belum ditempati si pengklaim. Bisa kuhitung menggunakan jari telunjuk.

Mengacungkan jari telunjuk kanan di bawah daguku, menggerakannya ke atas dan ke bawah selaras dengan hitungan kecil yang mulutku gumamkan. Ada empat kursi yang masih kosong disana, seharusnya semua kursi di setiap kelas terisi penuh oleh masing-masing murid. Salah satu pemilik kursi kosong adalah orang yang sedang ku cari. Mungkin dia terlambat, tapi gerbang sekolah sudah ditutup sekarang, tinggal menunggu waktu lima menit sebelum guru masuk kelas. Jika dia terlambat pasti akan dihukum terlebih dahulu oleh satpam sekolah yang bertugas.

Aku membalikkan badan dan melangkah ke depan, beberapa langkah untuk sampai di seberang jajaran kelas 11, yang dimana terdapat jajaran jendela yang mengarah langsung ke gerbang depan sekolah. Dua pos satpam di kanan kiri gerbang berhadapan satu sama lain, lebih efektif memantau siapapun yang masuk atau keluar gerbang. Biasanya tepat di salah satu pos itu tempat menghukum murid yang datang terlambat.

Tapi yang kulihat tak satupun murid disana yang dihukum. Hanya ada dua orang satpam yang berjaga di dekat gerbang, dan dua satpam lainnya sedang berkeliling disekitar gerbang. Memang jarang sekali ada murid yang terlambat datang akhir-akhir ini, mungkin mereka semua sudah diberikan pencerahan oleh para satpam dan guru-guru. Itu merupakan awal yang baik.

"Noona!" seseorang berteriak dan refleks wajahku menengok. Padahal belum tentu yang dia panggil adalah aku.

Tapi ternyata itu memang aku.

"Pinjami aku handphonemu sampai jam istirahat pertama, boleh tidak? Aku sangat membutuhkannya untuk pelajaranku." Ren baru saja sampai, langsung mengutarakan keinginannya.

Well, Ren salah satu dari teman baikkuㅡsahabatku, dan aku mempercayai mereka. Meskipun di awal sangat sulit, sampai sekarangpun masih terasa sedikit enggan tapi aku harus berusaha. Aku mengeluarkan benda yang diminta dari saku jas seragam dan memberikannya pada Ren. Dia menerima dengan wajah sumringah menatap handphone ku.

Aku sedikit kepikiran sesuatu. "Hmm, tau dimana Hwayoung? Kenapa tidak pinjam padanya?"

Ren menatapku sambil menaruh handphone ku di saku jas seragamnya. "Hah? Oh aku duluan ya, gomawo noona."

Pertanyaanku tidak di jawab, dia pergi berlari begitu saja. Aku tahu jam pelajaran sebentar lagi, tapi setidaknya jawab dulu dengan pasti pertanyaanku. Apalagi aku kan seniornya.

Ahh sudahlah, nanti ku tanyakan lagi saat jam istirahat pertama.

~~'MOL'~~

"Seungho-shi, ini tugasku." aku menyerahkan tugas yang baru saja selesai ku kerjakan. Yoo seonsaengnim yang ada kepentingan lain tidak bisa hadir dan mengajar di kelas hari ini jadi beliau memberikan tugas.

Seungho berdiri dari kursi nya lalu menerima buku yang mau ku serahkan. "Kita bukan orang asing yang harus se-formal itu."

"Ahh..." ucapannya sedikit menyindirku dan membuatku kikuk.

Kami memang bukan orang asing, tapi bukan berarti kami dekat ataupun saling mengenal. Karena sangat jarang berkomunikasi? Ya itu sebabnya. Ditambah lagi ia salah satu murid yang di segani di sekolah ini, termasuk oleh beberapa guru pula.

Minute Of Life [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang