╰Part 28.B LOST ~Number Five~

210 22 22
                                    

Tak! Tak! Tak! Tak!...

Jiyeon membawa Myungsoo ke sebuah taman sekolah yang letaknya berada di belakang gedung belajar. Tempat dimana ia dan para sahabatnya pernah berkumpul bersama membahas tentang kematian salah satu murid kelas 10 disini. Yang sebab nyatanya juga masih menjadi sebuah misteri.

Namun, pihak sekolah telah membeberkan bahwa kejadian tersebut adalah peristiwa bunuh diri karena depresi. Keluarga korban tentu saja sangat terpukul dan meminta pertanggungjawaban dari pihak sekolah. Pihak berwajib tidak sepenuhnya menyalahkan sekolah. Meski kasus ini telah surut sejak beberapa hari ke belakang, tetap saja misteri nya masih melekat di setiap dinding sekolah.

Mereka berdua berhenti tepat di titik tengah lingkaran yang pernah di buat oleh para sahabat Jiyeon. Jemari Jiyeon melepaskan pergelangan tangan Myungsoo, melangkah maju.

Mata mereka tidak lagi saling menatap. Karena rerumputan hijau taman ini lah yang menjadi magnet kuat yang menarik perhatian bola mata keduanya.

Awan tampak begitu kelabu di langit bahkan setitik sinar matahari siang pun tidak dapat menembusnya, semilir angin berhembus kencang nan lembut membawa udara dingin yang sedikit menusuk kulit, menandakan akan turunnya rintik hujan, tidak lama lagi. Sangat berbeda dengan cuaca di pagi hari tadi yang begitu cerah dan menyenangkan. Dengan tiba-tiba nya, cuaca dingin mengambil alih wilayah mereka. Cuaca dingin yang biasanya akan menjadi cuaca buruk, menyebarkan aura kehampaan berbisik pada setiap jiwa yang berada di ruang cakupannya.

Helaian rambut Jiyeon yang terurai berterbangan seperti selembar daun yang dibawa angin. Sama hal nya dengan rambut Myungsoo yang bergoyang oleh hembusan angin dingin. Sayangnya meski tubuh atas Jiyeon terselimuti jas seragam sekolah, tapi tidak dengan bagian paha serta betisnya yang terbuka karena memakai rok seragam pendek. Outfit seragam pun tidak bisa diandalkan terus menerus jika hawa semakin dingin diluar. Mereka harus segera memakai pakaian tebal atau masuk ke dalam kelas untuk menghangatkan diri.

"Disini tempat kalian berkumpul..." gumam Myungsoo lirih menatap rumput yang bergoyang tenang seperti aliran sungai.

Terlalu terbawa suasana, Jiyeon melupakan tujuannya datang kemari. Suara Myungsoo yang berat meski hanya bergumam dapat terdengar oleh telinga Jiyeon.

Jiyeon tersenyum lirih kepada rerumputan, "Huh, siapa yang kau maksud 'kalian'?"

"...Kau, Minhyun, Ren, Hansol, Yuta, Taeyong, Jeonghan, Hwayoung..."

"Kau... Menguntit kami?" tanya Jiyeon ragu tanpa terkejut sedikitpun. Dan Myungsoo menjawab dengan anggukan kepala serta senyum simpul sesudahnya.

Senyum itu tidak bertahan lama setelah perasaan hampa itu datang lagi. Myungsoo jadi teringat seseorang yang menjadi bagian dalam kehidupannya. Yang hari ini tiba-tiba menghilang.

Yeoja dihadapannya sedikit memicing untuknya. "Chakkaman!... Kau menyebut semuanya... Dan..."

Kresek. kresek.

Jiyeon meremas kertas yang sedari tadi digenggamnya di tangan satunya sebelum ditunjukkan kepada Myungsoo. Sorot mata Jiyeon meminta penjelasan tentang selembar kertas yang berisikan nama-nama sahabat mereka.

Myungsoo melirik kertas yang diacungkan Jiyeon sekilas sebelum menghela nafas. "Jangan salah sangka. Saat insiden mu dengan para sahabatmu di kantin waktu itu aku tidak tahu apa-apa. Semua nama yang kau sebutkan juga tidak pernah ku dengar... Tapi malam nya, nama-nama itu tiba-tiba melekat kembali di benakkuㅡ"

"Melekat kembali?" Jiyeon memotong dengan rasa penasarannya.

"Yaaa, bagian dari diriku yakin sebelumnya pernah mengenal mereka semua. Dan sebelum ingatan itu pergi lagi, segera ku tulis di kertas memo," Myungsoo menunjuk lipatan kertas di tangan Jiyeon, "Yang ku pikir akan berharga untukmu."

Minute Of Life [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang