╰Part 21 ~~

150 24 23
                                    

Jiyeon POV

Weekend yang Indah. Dimana semua teman baikmu menghabiskan waktu bersama, menginap dirumahmu. Ini seharusnya akan menciptakan kesan yang hangat, tapi tidak dengan weekend ku dan teman-teman.

Mereka memang menginap, dua malam, tapi tidak melakukan hal selayaknya untuk bersenang-senang. Saling diam mengurung diri di kamar masing-masing dalam rumahku, kesan dingin lah yang ku dapat.

Seperti saat ini, aku hanya duduk diam sendiri menerawang di sofa ruang tamu. Matahari mulai meninggi, ku yakin semua sudah bangun. Semua pasti merasa sulit untuk saling bertemu setelah kejadian kemarin, pertengkaran Hwayoung dan Yuta di meja makan.

Aku sendiri sebagai tuan rumah merasa tidak enak. Apalagi kita belum sarapan, padahal Soyeon eonni sudah menyiapkannya sedari pagi. Aku tidak mempermasalahkan mereka yang belum ingin keluar kamar, tapi itu sama saja bertindak tidak sopan kan?

Herin duduk tak jauh dari samping kananku, dan aku tidak mempedulikan nya. Begitu pula dia.

Kami duduk dalam diam. Sibuk dengan pikiran masing-masing. Aku sendiri ingin memulai pembicaraan tapi tak bisa.

"Eonni," panggil Herin, oh syukurlah dia mengerti aku.

"Masih ingat tetangga baru kita? Kris Wu? Dia pria yang baik," tutur Herin datar, aku mendengarnya namun tidak menatapnya.

"Tapi entahlah, aku tak bisa menerima kehadirannya disana. Tidak karena pribadinya, tidak karena caranya bicara. Aku... Tidak ingin kita berteman dengannya lagi." kali ini ku lihat dari ekor mata, Herin menatapku.

Aku tidak bisa melakukan hal yang sama sepertinya saat ini. "Kita? Kau tak perlu ikut melakukan itu. Kau tidak ada urusan mencampuri pertemananku."

"Bukan maksudku melarangmu. Aku hanya... Takut." terdengar lirih dari mulut kecilnya.

"Apa yang perlu kau takutkan?"

"Dirimu." kata nya singkat berhasil membuatku menoleh. Aku menatapnya tidak mengerti.

Dia menghela nafas singkat. "Dia bisa mengubahmu menjadi orang lain."

Aku memicingkan mata. Berusaha mencerna semua yang dia katakan. Dia menatapku penuh keyakinan dan harapan seolah aku ini benda berharga yang rawan hancur.

"Hi tuan rumah, selamat pagi." sapa Ren mengagetkanku yang sedari tadi berkutik dengan pikiranku sendiri.

Ren turun dari tangga bersama Minhyun dan Yuta. Mereka tersenyum lembut padaku, tidak pada Herin karena mereka tidak bisa melihatnya. Aku suruh mereka segera ke meja makan karena sarapan hampir dingin, itupun jika mereka masih lapar.

Tak lama setelah mereka tak terlihat lagi ㅡkarena sudah ada di ruang makanㅡ, Hwayoung, Taeyong, dan Jeonghan menyusul. Senyum lembut juga terlukis di bibir mereka yang ditujukan untukku. Syukurlah, meski aku tau dihati mereka masih tersimpan perasaan canggung akibat tadi malam tapi, mereka mau menghormati tuan rumah. Kami pergi ke ruang makan bersama. Kurasakan Herin memperhatikan kami dari belakang.

Selang beberapa detik, Hina sudah duduk manis disebelah kanan Herin lalu menggandeng tangannya. Kemudian saling tersenyum satu sama lain.

~~'MOL'~~

"Jiyeon, ada temanmu diluar."

"Nugu?"

"Entahlah, ada tiga orang pria disana. Salah satunya dibopong dan sepertinya terluka."

Minute Of Life [HIATUS!]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang