"Sayang aku jemputnya agak telat hari ini. Kerjaan aku belum selesai. Kamu tunggu aku atau pulang duluan naik taksi?" Tanya Suho dari ujung telepon.
"Hmm aku tunggu kamu aja."
"Yaudah, nanti aku hubungi ya. Paling sejam lagi selesai."
"Oke." Seru Irene yang dilanjutkan dengan memutus sambungan telepon dari Suho.
Daripada nungguin Suho sendirian di depan kantor, Irene memutuskan untuk ngopi di cafe deket sana. Irene juga udah send location sama Suho biar Suho gampang nyarinya nanti.
Lagi asik ngopi, tiba-tiba ada yang nepuk bahu Irene.
Irene noleh, "Changsub?"
Ternyata yang nepuk bahu Irene tadi Changsub, pacar Chorong.
Changsub cuma nyengir sambil duduk di hadapan Irene.
"Sendirian aja?" Tanya Changsub.
"Iya. Lagi nungguin Suho nih." Jawab Irene. "L-lo kerja disini?" Tanya Irene penasaran apakah Changsub bekerja disana, karena Changsub make baju samaan sama pegawai cafe sana.
"Bisa dibilang gitu." Jawab Changsub. "Cafe ini peninggalan orang tua gue." Lanjutnya.
"Oh." Irene ngangguk-ngangguk.
"Baru pulang kerja apa gimana nih?" Tanya Changsub.
"Baru pulang kerja sih." Jawab Irene. Kantor gue deket sini loh, dari sini keliatan tuh." Lanjut Irene sambil menunjuk kantornya.
"Wah, deket banget berarti. Kenapa nggak pernah ketemu ya?" Ujar Changsub.
"Ya gue nggak pernah kesini, lo nggak pernah ke kantor gue." Jawab Irene.
"Bener juga." Balas Changsub sambil ketawa.
Akhirnya Irene ngobrol-ngobrol sama Changsub selama nungguin Suho. Changsub orangnya asik, jadi Irene nyaman ngobrol sama dia.
"Lo udah berapa lama nikah sama Suho?" Tanya Changsub pada Irene.
"Udah sekitar 4 tahun." Jawab Irene. "Lo udah berapa lama pacaran sama Chorong?" Tanya Irene balik.
"Sekitar 3 tahun lah." Jawab Changsub.
Irene ngangguk-ngangguk, lalu muncul pertanyaan yang Irene tidak sukai dari Changsub, "Udah punya anak Rin?"
Irene cuma senyum miris, "Lagi usaha nih."
Changsub ngangguk-ngangguk, nyesel udah nanyain hal sesensitif itu sama Irene.
"Ya sebenernya akhir-akhir ini gue tuh pusing mikirin masalah anak." Ujar Irene.
Entah apa yang merasuki Irene. Irene yang bahkan pada teman dekatnya seperti Nana tidak pernah menceritakan masalah rumah tangganya, malah menceritakan masalahnya itu pada Changsub.
"Kok bisa?" Tanya Changsub.
"Mama mertua gue pengen cepet-cepet punya cucu." Jawab Irene. "Sampe setiap hari gue dikirimin tauge sama jamu coba." Lanjut Irene.
Tawa Changsub meledak, tapi Irene nggak marah.
"Malah ketawa lo." Sungut Irene. Percakapan yang tercipta beberapa menit lalu sudah membuat keduanya seakrab ini.
"Sorry sorry." Seru Changsub. "Suami lo kurang jatah kali. Tambahin lah jatahnya." Lanjut Changsub.
"Kurang gimana lagi? Tiap hari- ah udahlah, malah bahas itu." Ujar Irene.
Changsub ketawa makin keras.
"Lo sendiri kenapa belum nikah sama Chorong?" Tanya Irene.
Raut wajah Changsub tiba-tiba berubah serius, "Gue sih sekarang juga siap nikahin Chorong. Masalahnya orang tua dia nggak setuju sama gue." Lanjutnya.
"Kalian udah pacaran 3 tahun, gimana ceritanya orang tua Chorong nggak setuju? Selama ini backstreet?" Tanya Irene.
"Tahun lalu gue masih kaya raya. Bisnis bokap gue dimana-mana. Tapi, tiba-tiba bisnis bokap gue bangkrut. Itu ngebuat bokap sakit-sakitan dan akhirnya meninggal. Sekarang nyokap gue tinggal sama kakak, dan gue cuma bisa ngelanjutin usaha cafe ini sekarang. Orang tua Chorong yang awalnya setuju sama gue, sekarang udah nggak lagi. Makanya gue nggak bisa nikahin Chorong." Jelas Changsub panjang lebar.
Irene mendengarkan cerita Changsub dengan seksama. Irene baru tahu, ternyata dibalik pribadinya yang ceria, Changsub juga menyimpan luka.
"Setiap orang punya ujiannya sendiri-sendiri. Gue diuji begini, lo diuji begitu." Ujar Irene. "Ya kita berusaha aja buat nyelesaian ujian ini sebaik mungkin." Lanjut Irene yang diangguki oleh Changsub.
Diakhir percakapan, Irene dan Changsub saling memberikan saran mengenai bagaimana cara menghadapi masalah yang sedang menghadang mereka berdua.
🐰🐰🐰
Sementara itu di tempat lain Suho yang sedang menyelesaikan pekerjaannya harus bertemu dengan Chorong yang diutus oleh perusahaannya untuk mengerjakan proyek kerjasama dengan perusahaan Suho.
Pertemuannya udah selesai sih, jadi sekarang ini mereka lagi jalan bareng menuju arah parkiran.
"Gue nggak nyangka dapet proyek bareng lo." Seru Chorong pada Suho.
"Gue juga nggak nyangka." Balas Suho. "Semoga kedepannya proyek kita ini lancar ya."
"Amin." Seru Chorong. "Eh, lo udah berapa lama nikah Ho?" Tanyanya.
"4 tahunan lah. Kenapa?" Tanya Suho balik.
"Ya nggak papa sih, penasaran aja." Jawab Chorong, mengingat memang sudah beberapa tahun belakangan ini dia tidak bertemu Suho.
"Lo sendiri kenapa belum nikah?" Tanya Suho. "Inget umur, udah bukan waktunya lagi pacar-pacaran macem anak muda."
"Lo mah, omongannya nggak enak." Sungut Chorong.
"Kan bukan makanan, ya nggak enak." Balas Suho, nyoba ngelawak.
"Iya in deh." Seru Chorong yang nggak tertarik sama lawakan Suho.
Suho cuma ketawa.
"Aturan gue jangan putusin lo ya dulu. Paling sekarang gue udah jadi istri lo." Ujar Chorong.
"Sembarangan!" Seru Suho. "Lo masih punya perasaan ya sama gue?" Lanjut Suho dengan niat bercanda.
"Iya nih." Balas Chorong. "Buka lowongan posisi istri nggak lo?" Tanya Chorong.
"Udah ada yang ngisi posisinya." Jawab Suho.
"Jadi yang kedua nggak masalah gue Ho." Seru Chorong.
"Sembarangan banget ngomong, gue cuma cinta my one and only, Irene." Balas Suho. "Minta nikahin pacar lo sono."
"Haha bercanda, elah." Kata Chorong cekikikan.
TBC