"RENA"Teriakan itu berhasil membuat Rena dan Vino mengalihkan tatapannya kearah sumber suara.
"Yaampun Ren, kenapa lo bisa pingsan kayak tadi sih, tau gak kita panik mikirin lo terus pas jam pelajaran" seru Ani menghampiri Rena dan Vino, yang diikuti oleh Dea.
Rena menatap Vino canggung, berharap dia mengerti situasi sekarang.
Vino tersenyum tipis dan melangkahkan kakinya keluar "gue permisi dulu!"
Ani dan Dea menyerbu Rena dengan berbagai pertanyaan, membuat Rena semakin lelah dan menghembuskan napas kasar.
"Gue baik-baik aja DEA, ANI" geram Rena penuh penekanan.
Ani dan Dea menghentikan ocehannya dan menatap Rena dengan cengiran khas mereka "biasa aja kali Ren, udah kayak singa kelaparan lo."
"Iya, kan Dedek jadi takut" tambah Dea dengan nada lebaynya, membuat Ani dan Rena menatapnya jijik.
"Bisa biasa aja gak, gue lagi sakit nih, di tambah harus dengerin ocehan lebay lo, nambah mual nih" cibir Rena memutar bola matanya malas.
Dea terkekeh melihat ekspresi kedua temennya, menurutnya mereka sangat lucu kalau sedang kesal, maka dari itu Dea sering membuat mereka kesal.
"Eh Ren, tadi lo abis ngomong apaan sama si Curut?" tanya Ani mengalihkan kekesalannya.
Rena tertawa kecil dan menatap kedua sahabatnya berbinar "gue mau putusin Vino" ucapnya tanpa beban, namun di dalam hatinya, euh jangan di tanya. Sakit.
"Lo serius?" tanya Dea histeris.
Rena mengangguk mantap dan tersenyum senang.
Dea dan Ani bertatapan tak percaya, mana mungkin Rena dengan santainya mengatakan kata putus, sedangkan yang mereka tau Rena sudah mulai menyukai Vino. Dari cara khawatirnya, waktu Vino menjauhinya.
"Ren, lo gak bercandakan?" tanya Dea dengan tatapan cengonya.
Rena menatap kedua sahabatnya bingung "kalian kenapa? kok kayak gak seneng gitu, gue mau putus sama Vino?" tanya Rena dengan sebelah alis berkerut.
"Lo seneng mau putus sama Vino? Lo gak ngerasa sedih gitu?" tanya Ani masih dengan tatapan tak percayanya.
Rena mengerutkan dahinya bingung, kenapa kedua sahabatnya seperti tak percaya dengan ucapannya. "Buat apa gue sedih, toh ini yang gue mau, putus sama si Curut Bawel" jawabnya meyakinkan.
"Lo gak ngerasa bakal kehilangan?" tanya Ani hati-hati.
Rena terkekeh dan menggelengkan kepalanya "buat apa? ini kan yang selama ini gue mau, jadi buat apa merasa kehilangan" jawab Rena dengan senyuman kecut yang ia buat sesantai mungkin.
"Lo gak mikirin perasaan Vino, Ren?" tanya Dea pelan.
Rena tersenyum samar dan menatap kedua sahabatnya dengan tatapan tak bisa di artikan.
Tanpa mereka sadari, orang yang sedari tadi sedang mereka bicarakan berada di balik pintu, mendengarkan semua pembicaraan mereka.
Hatinya mencelos sakit, saat tahu orang yang mulai di cintainya tidak mempunyai rasa yang sama terhadapnya.
'Gue keliru mencintai lo Ren' batin Vino menjerit sakit, dan melangkah meninggalkan tempat yang membuatnya sangat sakit.
"Ini emang isi perjanjiannya" jawab Rena pelan serta menunduk lemah.
Ani dan Dea mengerutkan dahinya bingung dan menatap Rena penuh tanya.
"Sesuai perjanjian, kalau Vino suka gue duluan, gue bakalan minta putus sama dia, dan sekarang, dia yang suka gue duluan. Jadi gue harus mutusin dia" jelas Rena menatap keduan sahabatnya dengan senyuman kecutnya.

KAMU SEDANG MEMBACA
TATA
Novela JuvenilKalau aku bisa memutar kembali waktu, aku ingin melakukan apapun yang ibu katakan padaku. Aku minta maaf atas segala kesalahan dan ke egoisan yang selalu aku utamakan. "Lo gak boleh ninggalin mereka gitu aja, gue tahu mereka pasti masih sayang sama...