Setelah sampai di rumahnya, Rena bergegas mandi, agar ia bisa cepat-cepat melakukan aktivitas yang sering ia lakukan di rumahnya."Rena, ibu sama kakak-kakak mau pergi ke acara perusahaannya temen Zaky, tolong bereskan rumah, cuci piring, baju, sama yang lainnya pokoknya harus beres!" suruh Gina berdiri di hadapan Rena.
Rena mengangguk lemah, walau hatinya sakit. Dia juga ingin ikut bersama mereka, dia juga keluarga mereka, lalu mengapa dia tidak di ajak?
Rena menatap kepergian kakak dan ibunya sendu, dan mulai memejamkan matanya yang sudah menjatuhkan cairan bening.
"Tata anak ayah bukan sih?" lirih Rena menatap poto ayahnya sendu.
Rena mengusap sisa air matanya dan pergi ke dapur untuk mengerjakan pejerjaannya.
Selesai melakukan pekerjaan Rena memasuki kamarnya dan menduduki tempat belajarnya, dia akan mengerjakan tugas sekolah terlebih dahulu, baru setelah itu ia tidur.
Rena kembali menatap poto sang ayah yang memang sengaja ia taruh di atas meja belajarnya.
Air matanya mulai berdesakkan ingin keluar saat ia kembali mengingat kejadian yang lalu, membuat ia semakin sesak dan susah untuk bernapas.
"RENA" teriakan itu membuat Rena segera menghapus air matanya dan berjalan keluar kamar untuk menemui si punya suara.
Gina menatap Rena sinis dan berkacak pinggang "semua pekerjaan udah selesai?" tanyanya dingin.
Rena mengangguk ragu "iya bu, tadi udah Rena kerjain semuanya" jawab Rena pelan.
Gina tahu, bahwa anaknya habis menangis, terdengar dari suaranya yang serak dan mata yang memerah.
"Kamu nangis?" tanya Gina datar.
Rena menggeleng cepat dan tersenyum kecil kearah ibunya "gak kok, aku gak nangis."
Gina tersenyum sinis dan menggeleng-gelengkan kepalanya pelan "kamu memang pandai berbohong, tapi sayangnya saya tidak bisa di bohongi" balasnya pergi meninggalkan Rena.
Rena menundukan kepalanya dan berbalik arah, bermaksud kembali kekamarnya, namun pada saat itu juga Gina kembali bersuara.
"Jangan pernah kamu tanya kenapa saya berlaku seperti ini terhadap kamu, karena semuanya kamu yang awali!" ucapnya sarkastik.
Rena tidak dapat menahan air matanya, ia menangis dan langsung pergi menuju kamarnya.
'Sesalah apakah aku, sehingga ibu tidak mau memaafkanku?'
'Aku ingin seperti orang lain bu, selalu mendapat perhatian dari orang tuanya'
'Aku benci hidupku, kenapa kau berikan aku takdir semacam ini tuhan? aku lebih memilih tak punya keluarga, daripada punya tapi, tak pernah dianggapnya!' batin Rena berteriak kesakitan, dia sudah lelah dengan semua ini.
:::::
Rena terbangun dari tidurnya, ia langsung beranjak ke kamar mandi dan menyegarkan badannya.
Selesai mandi Rena mengganti bajunya dan menatap pantulan dirinya di cermin.
Pertama melihat dirinya, ia sedikit terkejut dengan kantung matanya yang besar, sangat terlihat bahwa ia telah menangis semalaman.
Kedua, tak ada gairah yang ia pancarkan, karena memang dia sedang tidak bergairah, apalagi kalau bukan karena kejadian semalam.
Rena memasak dengan cepat, karena hari ini dia ingin pergi ke sekolah lebih awal, ia hanya ingin menghindari ibu dan kakak-kakaknya di saat kondisi sekarang.
![](https://img.wattpad.com/cover/114405771-288-k632361.jpg)
KAMU SEDANG MEMBACA
TATA
Teen FictionKalau aku bisa memutar kembali waktu, aku ingin melakukan apapun yang ibu katakan padaku. Aku minta maaf atas segala kesalahan dan ke egoisan yang selalu aku utamakan. "Lo gak boleh ninggalin mereka gitu aja, gue tahu mereka pasti masih sayang sama...