Anak Baru

19 4 2
                                    


Rena tetap seperti biasa menjalankan tugas rumahnya, dengan alasan bahwa dia memang ingin melakukannya.

"Masak apa lo?" tanya seseorang yang berjalan mendekati Rena.

Rena menatapnya datar dan tersenyum sinis "pete, jengkol, sama bihun" jawabnya melanjutkan masaknya.

"What? Ta, lo bener masak makanan itu semua? Kok gak ada makanan lain, lo kan tahu gue gak suka semua makanan itu" kesalnya menatap Rena jengkel.

Rena terkekeh geli melihat ekspresi sahabatnya yang bernama Zain Maulvin, dia berasal dari Malaysia.

Ada yang inget oma Rena berasal darimana?

Dia lebih sering di panggil Alvin oleh Rena, karena menurutnya nama Zain itu tidak pantas untuk Alvin yang pecicilan dan genit.

"Sengaja, biar lo gak makan" timpal Rena dengan tawa yang sudah menggelegar.

Rena merasa sangat bahagia, tawanya kini terasa lebih tulus, setelah sekian lama ia tertawa dalam kepalsuan, sahabatnya ini memang yang paling bisa di andalkan.

"Suka hati lah" kesalnya dengan logat Malaysia.

Rena menghentikan tawanya dan kembali menggoda Alvin "marah yah?"

Alvin memutar bola matanya malas dan segera menggelitiki Rena, membuat Rena lari menjauhi Alvin.

"Kalau sampe lo deketin gue, siap-siap aja spatula ini kena ke kepala bulat lo" ancam Rena mengacungkan spatulanya tinggi-tinggi.

Alvin tertawa meremehkan dan kembali melangkah mendekati Rena "kalau gue gak takut gimana?" jawabnya terdengar mengejek.

Rena menggeram kesal dan menegakkan badannya "Oke, kalau itu mau lo" timpal Rena yang juga ikut berjalan mendekati Alvin.

Alvin memberhentikan langkahnya dan menampilkan cengiran lebar kearah Rena, tak lama setelah itu ia mengendus-endus seperti kucing. Rena yang melihat kelakuan Alvin pun merasa heran.

"Kenapa lo?"

"Lo nyium sesuatu gak, kayak bau masakan gosong" jawab Alvin, kembali mengendus.

Rena menepuk jidatnya, ia ingat bahwa tadi dirinya sedang memasak, mungkin yang terendus oleh Alvin adalah bau masakan yang ia tinggalkan.

Dengan cepat kilat Rena menuju dapurnya dan mematikan kompor yang sudah ia tinggalkan beberapa menit tadi.

"Mati gue, bisa kelar deh hidup gue kalau ketahuan main-main pas lagi masak" gerutu Rena berjalan mondar mandir seperti sedang mencari sesuatu.

Alvin menghentikan pergerakan Rena yang terlihat panik, membuat Rena menatapnya tajam.

"ALVIN!"

:::::

Rena patut bersyukur pagi ini, karena Alvin mengakui bahwa dia yang bersalah, jadi dia tidak di marahi oleh ibunya.

"Lo takut amat sama ibu lo? sampe segitunya tadi" tanya Alvin yang berjalan beriringan dengan Rena.

"Yah, gue cuma takut di marahin aja, gak lebih" jawab Rena berusaha sesantai mungkin.

"Udah sana, lo ke ruang Kepala Sekolah!" suruh Rena ketika tepat di depan pintu kelasnya.

"Lo di kelas apa?" tanya Alvin menaikan sebelah alisnya.

"Jangan deh, lo gak boleh sekelas sama gue, ntar yang ada kita ribut mulu!" elak Rena dengan nada menolak.

Alvin mendengus dan mengacak rambut Rena pelan "kita lihat saja nanti lah" ucapnya dan pergi meninggalkan Rena.

Rena menggeleng-gelengkan kepalanya sembari tersenyum, tingkah sahabatnya tidak pernah berubah.

TATATempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang