Chapter 12

9 1 0
                                    

Taeyong menggeliat di kasurnya, matanya sedikit terbuka,di liriknya jam "nanti saja lah" batinnya malas bangun, kemudian suara jam beker terdengar dari meja sebelah kasurnya siapa lagi yang menyimpan jam itu kalau bukan kakaknya hansol, yang sekaligus menggunakan fotonya yang tersenyum untuk hiasan jam beker itu
"Ck" taeyong mendecak jengkel dan nasib naas yang di terima jam beker pagi itu, taeyong melemparnya ke dinding dan jam itu pun mati.Taeyong lalu menggeliat lagi dan menarik selimutnya
"Taeyong sudah bangun belum ?"
Selesai suara jam beker sekarang suara kakaknya, dan suara kakaknya ini permanen tidak bisa di lempar seperti beker malang tadi, mungkin hansol akan melemparnya balik jika dia berani melempar hansol
"Sebentar lagi" gerutu taeyong malas
"Sekarang atau kau akan terlambat" kata hansol dan tidak ada jawaban
"TAEYONGGG" teriak hansol dari luar kamar sambil menggedor pintu
"Ck,iya iya aku bangun" gerutu taeyong lalu bangun. Awalnya dia kira akan bebas kalau dengan kakaknya ternyata salah, kenyataannya, hansol malah lebih bawel dari pada ibunya. Dalam hati taeyong bertanya tanya "sebenarnya hansol ini kakaknya atau ibunya sih"

Tidak lama taeyong turun ke bawah dengan seragam sekolahnya, aroma parfum menguar dari tubuhnya. Dengan suara malas ia mengucapkan selamat pagi pada si kakak dan mendudukkan diri di meja makan di sebrang hansol.

"Rapikan rambut mu, taeyong" tegur hansol melihat rambut taeyong yang biasanya rapi tapi sekarang malah berantakan, "tumben sekali" batinnya
Taeyong kemudian menyisir rambutnya asal kebelakang dengan jari jarinya dan melanjutkan sarapan
"Kau tau ? Penelitian amerika baru saja menemukan sebuah alat baru yang bernama sisir yang bisa-...."
"Tidak ada yang peduli dengan rambut ku, hansol" potong taeyong jengkel sambil membeliak ke hansol
Hansol menahan tawa sambil menatap si adik "tentu saja banyak yang peduli dengan rambut cowok tampan dengan sederet penggemar wanitanya, yongie ku" taeyong hanya mendelik mendengar kakaknya yang memanggilnya seperti itu yang tidak di pedulikan oleh sang kakak
"Oh ya, kemaren aku berbelanja dan bertemu teman mu, dia menanyakan keadaan mu dan titip salam padamu, dia juga meminta contact mu, namanya yeon ji, siapa itu ? Pacar baru mu, eh?" Tanya hansol dengan senyum menggoda, taeyong hanya mendenguskan nafas lalu menggigit rotinya geram
"Sial, ternyata cewek cewek di sini lebih agresif !" Batinnya sebal, pantas saja semalam hp nya sangat ribut dengan beberapa notifikasi yang masuk dan entah apa lagi yang ia dapat di lokernya nanti, hampir setiap pagi ia mendapat surat cinta dan bunga, di laci mejanya. Mereka bahkan lebih menjengkelkan dari yuta dan eun ra jika di gabungkan.

"Lalu bagaimana dengan eun ra dan yuta ?" Kata hansol,taeyong sedikit kaget mendengarnya seingatnya ia tidak pernah memberi tahu kakaknya tentang dua makhluk itu.
"Kau tau mereka ? Tau dari mana?" Tanya taeyong heran
"Yahh, seperti yang kau tau, gosip bisa lebih cepat menyebar dari wabah penyakit, taeyong" kata hansol dengan tawa kecil, ia sudah menyelesaikan makannya
"Aku tidak tau kau suka bergosip" cemooh taeyong
Hansol hanya tertawa mendengar adiknya, "jadi...?" Tanya hansol lagi, taeyong hanya mengangkat bahu cuek
"Aku tidak peduli" lanjut taeyong
"Yahh itulah dirimu, lee taeyong" kata hansol sambil menggelengkan kepalanya
"Cepatlah selesaikan makan mu lalu kita berangkat" lanjut hansol sambil memperbaiki bentuk dasinya lalu mengambil jasnya

-SKIP TIME-
Setelah pelajaran berakhir seperti biasa mereka taeyong dan eun ra menemani yuta latihan. Taeyong tetap tenggelam dengan bukunya, eun ra yang sibuk memilih lagu lagu untuk audisi minggu depan, setelah menemukan beberapa lagu yang cocok ia melepas earphonenya "tinggal di edit" batinnya
Tepat saat itu latihan yuta sudah selesai dan beberapa teman yuta melewati mereka "aku tidak menyangka yuta akan di pindahkan menjadi pemain cadangan" eun ra mengerutkan kening mendengar kalimat  yang di katakan teman satu klub yuta, eun ra mencari cari sosok yuta di lapangan dan ternyata yuta masih tetap latihan meskipun semua sudah pulang, selalu seperti itu besoknya, besoknya dan besoknya lagi, awalnya taeyong dan eun ra sabar dan mengikuti yuta tapi lama kelamaan mereka jengkel juga.
"Yuta ayo kita pulang" ajak eun ra pelan sambil mendatangi yuta ke tengah lapangan di ikuti taeyong
"Aku belum lelah eun ra" balas yuta
"Hei, istirahatlah, kau akan sakit jika kau terus memaksakan seperti ini" kata eun ra sambil memberikan air mineral ke yuta
"Aku tidak apa, eun ra, kau tidak perlu khawatir, aku hanya ingin memperbaiki permainan ku, pelatih terus saja memarahi ku, aku tidak tau kenapa permainan ku jadi buruk seperti ini" keluh yuta
"Memang permainan mu pernah bagus ?" Kata taeyong,ia memang sudah jengkel dengan kelakuan yuta yang seenaknya ini.
"Jika tidak pernah bagus aku tidak akan di masukkan ke inti kemaren" balas yuta sambil mendelik taeyong agak tidak suka dengan nada bicaranya
"tapi bagaimana yang sekarang ? ku beri tahu kau, semua ini percuma dan sia sia saja, dasar bodoh" kata taeyong lagi mencemooh
"Ini tidak akan percuma, sialan" balas yuta jengkel
"Oh ya ? Aku jadi penasaran ingin melihat seperti apa permainan payah mu itu kedepannya" cemooh taeyong
"Kalau kau di sini hanya untuk menghinaku lebih baik kau pergi !!" Sahut yuta geram, mukanya menunjukkan kalau dia sangat emosi
"Cih, asal kau tahu saja, kalau aku tidak ada dalam hukuman sialan ini aku tidak akan pernah ada di sini" jawab taeyong lagi tidak kalah berangnya dengan yuta
"Ohh, memangnya karna siapa kita di hukum, eh, ini semua karna mulut sialan mu itu" Kata yuta makin emosi sambil menunjuk mulut taeyong, adu mulut mereka terus berlanjut,sedangkan eun ra hanya memijat pelipisnya mendengar pertengkaran dua cowok itu, dia sudah bosan mendengar dan menyaksikan pertengkaran mereka
"Brengsek !!" geram taeyong
"Keparat !!"
"Idiot !!"
"Bangs-"
"Sudah cukup !!! Tolong berhenti kalian berdua " kata eun ra berteriak
"Yuta, ayolahh, latihan sudah berakhir dari tadi" kata eun ra memohon
"Aku masih mau latihan eun ra, kalian pulang saja duluan" kata yuta
"Kau ingat hukuman ini kan ? Kalau memang bisa pulang duluan aku sudah pulang dari tadi, atau jangan jangan otak mu memang rusak ?" Kata taeyong
"Kau-..."
"SUDAH CUKUP KATAKU !! BERHENTI BERKELAHI ATAU KALIAN MEMANG TULI, HAH ?" Kali ini eun ra benar benar emosi melihat mereka, ia menoleh ke yuta
"Yuta tolong pikirkan tindakan mu ini, kami juga memiliki kesibukan sendiri, jika kami pulang duluan, bagaimana dengan hukuman kita ? Apa kau mau hukuman kita di tambah ?" Kata eun ra
"Jadi tolong sekarang ambil barang barang mu dan kita pulang, kau harus istirahat, bagaimana bisa permainan mu meningkat kalau kondisi mu tidak fit" lanjutnya lagi kali ini lebih tegas
Dengan tampang jengkel dan memberi tatapan mendelik pada taeyong,yuta berbalik mengambil barangnya.
"Dan kau taeyong, aku tidak mengerti kau memang tidak punya otak atau tidak punya hati atau kau memang tuli ? Baru beberapa hari yang lalu kan aku kasih tau, aku tidak bermaksud membela yuta atau apa tapi jaga ucapan mu, tolong taeyong, yuta tidak akan emosi kalau kau bisa menjaga mulut mu" kata eun ra dingin lalu berbalik meninggalkan taeyong
"Cih"
Ketika hendak mengambil tas,eun ra melihat sebuah notebook kecil tidak jauh dari tempat duduknya "punya siapa ? Rasanya hanya tinggal kami di sini" eun ra pun memutuskan untuk mengambil buku itu dan akan mengembalikannya besok

-winwin POV-
"Aku tidak mengerti dok, semua orang menjauhi ku, apa salah ku ?" Keluh winwin pada dokter psikiaternya, jae jin
"Apa kau sudah melakukan yang aku minta, menuangkan perasaan mu dalam buku ?" Tanya jae jin,  winwin mengangguk
"Aku benar benar kehilangan jiwa ku dok, kakak ku selalu ada di pikiran ku, aku merindukannya" kata winwin lagi kali ini air matanya ke luar, jae jin mengulurkan tangan menepuk bahu winwin
"Baiklah,sekarang tenangkan pikiran mu, tarik nafas dalam dalam lalu keluarkan pelan pelan" dan winwin mengikuti kata kata dokter pribadinya itu dan dokter itu berdiri mengambil sebuah buku
"Coba kau baca ini dan lakukan hal seperti tadi kalau kau merasa kacau" kata dokternya yang memang sudah mengetahui permasalahan winwin.Winwin memperhatikan buku itu "cara berkomunikasi" katanya sambil membaca buku itu, setelah melakukan beberapa perbincangan,winwin pamit pulang,
Dan ketika sampai rumah dia kembali teringat kakaknya,dadanya kembali sesak kemudian ia menerapkan saran dokternya tadi tarik nafas dan buang, setelah tenang ia ingin menulis, ia mencari buku yang biasa di pakainya, di tas,di jacket,di kamar,lemari,dan nihil, buku itu tidak ada.
"AAKKHH"teriaknya frustasi,kemudian ia mencoba mengingat di mana dia mengeluarkan buku itu tapi percuma,karna lelah ia berniat untuk membeli buku yang baru,ia tidak peduli dengan buku itu intinya ia ingin menulis.
Winwin berjalan keluar rumah mendatangi toko di sebrang jalan yang memang tidak jauh dari rumahnya. Ketika ia menyebrang ia tidak memperhatikan sekitar, tanpa ia sadari sebuah mobil melaju dari arah kanan
"TTTTIIIIIITTT" suara klakson mobil terdengar keras di ikutin rem mendadak menghiasi jalanan itu, winwin menengok tapi naas saat itu winwin tidak sempat menghindar
"BUG" mobil itu menghantamnya dan kepala winwin terbentur ke jalan lalu terguling di tengah jalan itu sedangkan mobil yang menabraknya menghantam pohon di pinggir jalan,orang orang langsung berlarian ke arah winwin.Terlihat memar di kepala winwin,kepalanya pusing, ia mencoba membuka matanya, samar samar di lihatnya banyak orang di sekelilingnya
"Nak, kau masih sadar kan ?" winwin mendengar suara panik seorang laki laki dan ia tidak menyahutnya,kemudian perlahan suara orang orang itu mengecil sampai tidak lagi terdengar olehnya
"Kakak"gumamnya pelan lalu matanya tertutup

Musuh, Sahabat dan CintaTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang