satu

1.9K 182 2
                                    

Hidup mempunyai alurnya sendiri. Tidak ada yang tahu kapan sebuah perjumpaan terjadi dan kapan perpisahan merenggut. Tidak ada yang tahu apa yang akan terjadi, bahkan ketika masa itu telah berlalu, sangat lama.

Setiap hal mempunyai dampak tersendiri. Semuanya bisa menjadi positiv dan bisa menjadi negativ. Busurnya punya dua mata yang sama tajam dan mematikan. Sekali tembak, dia akan bermanfaat di satu sisi dan mengoyak satu sisi lainnya.

"Bibi Chun, apa kau sudah menyiapkan semua keperluan sekolah putra ku? "

Seorang wanita paruh baya dengan pakaian kerjanya yang berwarna biru muda terlihat sedang mengoleskan mentega pada roti untuk sarapan paginya hari ini, mengintruksikan sesuatu pada perempuan paruh baya lainnya yang terlihat sibuk menyiapkan makanan di meja persegi panjang gang penuh dengan makanan lezat.
"Aku sudah menyiapkan pakaian Baekhyun dan aku juga sudah menyuruh saebyul untuk mencuci sepeda Kyung-"

"Bagaimana dengan bekal untuk Baekhyun?

"Oh... Tentu saja sudah. Aku juga-"

"Aku harus segera ke kantor. Aku pergi dulu. "

Chunyang terhenyak menatap kepergian wanita yang dari ujung rambut sampai kaki itu begitu rapi. Wanita itu Kim Jena, usianya hampir 45 tahun tapi lihatlah dia masih terlihat muda. Jiwa muda dan keras kepalanya bisa dilihat dari betapa kerasnya tulang rahangnya.

Chunyang tidak tahu apa yang membuat keluarga yang ia tinggali ini begitu rumit. Hubungan ibu dan anak tanpa ada sosok suami dan ayah disini. Chunyang hanya tahu, Jena sangat menyayangi Baekhyun tapi tidak dengan-

"Bibi! "

Chunyang melonjak kaget dan hampir menumpahkan susu yang sedang diraciknya begitu sebuah suara menggema dari belakangnya. Matanya membulat kesal melihat cengiran anak laki-laki tanpa dosa.

"Baekhyun, apa kau tak ingat jika bibimu sudah tidak muda lagi?" tanyanya kesal pada pemuda yang ia panggil Baekhyun. "Bagaimana jika bibi serangan jantung lalu pinsan lalu-"

"Aku tidak akan membiarkan bibi ku yang cantik mengalami itu semua. "

Keduanya tertawa dan Chunyang mengelus sayang pada pipi pemuda tampan itu. Ia mengenakan seragam sekolah dengan badge Hanyang High School yang khas didominasi warna biru langit dan emas.

"Ini bekal makan siang mu. Ingat, jangan makan sembarangan selain buatan bibi! "

Baekhyun tertawa melihat bibinya yang begitu amat menyayanginya terus mengoceh. Memperingatkannya untuk tidak makan sembarangan, pulang tepat waktu, jangan bertengkar dan-

"Jangan bermain perempuan! "

Tawa Baekhyun semakin pecah sampai-sampai roti selai yang ada di mulutnya akan menyembur ke luar. Bibinya ini, amat memperhatikan keponakan-keponakannya. Kim Chunyang, wanita ini adalah kakak dari ibunya, Jena.

"Bibi, apa kau juga sudah menyiapkan bekal untuk Kyungsoo. "

Chunyang terhenyak menghentikan tawanya mendengar ucapan Baekhyun yang terdengar sederhana itu. Tapi kondisi yang menyebabkan permintaan sederhana itu menjadi terlihat besar.

"Tentu saja." jawab Chunyang dengan senyum simpulnya. Ia tatap Baekhyun yang lahap memakan rotinya. Lalu matanya beralih pada kotak nasi berwarna biru tua yang sudah disiapkannya. Lalu bibirnya tersenyum kecil.

.....

Seorang gadis terlihat begitu lues dan lincah meliuk-liukan badannya diatas sebuah panggung mini di aula besar yang ada di gedung A Hanyang High School. Sekolah yang memiliki tiga gedung utama dengan masing-masing gedung memiliki dua belas tingkat. Disinilah pangkat menentukan di gedung manakah mereka akan belajar menjadi siswa dari sekolah terbaik se asia itu.

You Know His NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang