Duapuluhtiga

1.2K 174 45
                                    

Kyungsoo pergi,

Dengan air mata yang di sembunyikannya. Dengan rasa sakit di hatinya. Walaupun dia mungkin tahu, ini salah satu cara ibunya menjatuhkannya. Menyingkirkannya, dan membunuhnya perlahan-lahan.

Kyungsoo tahu, dan dia ingin menyerah saja.

Mengakui jika ia bersalah, berdamai dengan ketidakadilan yang didapatnya, menerima nasipnya saat ini.

Kyungsoo menatap langit biru yang menaunginya tanpa lelah. Angin yang berhembus pelan, juga suara burung yang bersiulan seolah menghiburnya dalam perjalanan pulang.

Hari ini, ia resmi bukan siswa Hanyang.

"Ada apa?"

Kyungsoo Hanya menggeleng ketika Chunyang berhasil menangkap raut wajah suramnya. Bagaimana tidak, Kyungsoo juga tak bisa pura-pura bahagia.

"Bibi, hari ini aku ingin ke makam Ayah."

Kyungsoo berlalu begitu saja, dan itu semakin membuat Chunyang bertanya-tanya. Apa terjadi sesuatu dengan Kyungsoo atau ada sesuatu yang tak diketahuinya. Sejak kemarin, Kyungsoo Hanya masuk kamar dan tak keluar jika bukan karena pagi ini ia harus sekolah, tapi Chunyang ingat jika baru sekitar dua jam yang lalu Kyungsoo berangkat dan sekarang ia sudah pulang lagi. Chunyang tahu, jangan harap ada jam kosong atau pulang cepat di Hanyang kecuali jika anak itu di pulangkan.

Chunyang beranjak mengikuti Kyungsoo ke kamar dan betapa terkejutnya, Kyungsoo mengunci kamarnya.

"Kyungsoo, kau baik-baik saja?"

Tak ada jawaban. Chunyang menempelkan telinganya ke pintu dan yang ia dengar isakan pelan yang bersamaan dengan nafas berat.

"Bibi tahu sesuatu telah terjadi. Katakan pada Bibi atau aku akan menganggapmu tak peduli padaku."

Kyungsoo beranjak dari kasurnya dengan mata nya yang memerah dan sembab, ia hanya duduk dengan memeluk benda persegi yang sedari tadi di dekapnya lekat-lekat.

"Kyung-"

"Apa aku boleh, sekali saja menjadi Baekhyun."

Chunyang tercekat. Kyungsoo tak pernah mengatakan hal-hal lemah seperti itu walaupun seberapa terpampang nyata ketidak-pedulian Jena padanya. Bahkan ketika terang-terangan mengatakan jika ia hanya punya satu putra dan tak menyebutkan namanya.

Tapi saat ini, Chunyang yakin laki-laki itu sedang menangis.

"Bibi, aku ingin terlahir tidak menyusahkan ibu."

"Siapa yang mengatakannya, katakan pada Bibi, Bibi akan memberinya pelajaran."

Kyungsoo masih tak membuka pintunya, ia hanya berdialog di balik pintu itu.

"Tidak ada."

Kyungsoo selalu seperti itu. Ia tak pernah mengatakan jika Jena menyakitinya, Jena tidak adil padanya, dan tak pernah membantah Jena sedikit pun. Chunyang tahu dan dia ingin menyelamatkan Kyungsoo dari Jena yang sudah keterlaluan.

"Bibi, aku yang membuat Ayah meninggal kan?"

"Tidak Kyungsoo,"

"Bibi, aku yang membuat Baekhyun cacat,"

Chunyang meremas dadanya kuat, menahan suara tangisannya sambil menggeleng, ingin mengatakan apa yang Kyungsoo ocehkan sama sekali tak benar,

"Aku yang membuat ibu menderita."

"Tidak Kyungsoo, jangan dengarkan perkataan Jena, dia tidak benar."

Kyungsoo mengangguk, mendengarkan setiap isakan Chunyang yang di dengar telinganya. Setelah ketiadaan Ayahnya, Chunyang yang seharusnya kembali ke Jepang memutuskan untuk tinggal di Korea menemani Kyungsoo, karena Chunyang tahu kondisi dimana Jena tak bisa menjadi ibu bagi Kyungsoo.

You Know His NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang