sepuluh

1K 152 7
                                    

Malam itu ketika Soojung sudah pulang ke apartemennya, sebuah dering telpon berkali-kali terdengar. Soojung memang memutuskan untuk tinggal di apartemen seorang diri semenjak sekolah di Hanyang, apalagi dengan jarak antara ia dan sang ibu.

Soojung mengambil ponselnya dan melihat delapan panggilan tak terjawab dari Jongin. Soojung sedikit gelisah, pasalnya Jongin tidak pernah menghubunginya lagi semenjak mereka putus.

Hatinya mengatakan mungkin ada sesuatu yang ingin dikatakan Jongin jadi dia menelepon. Dia mengangkatnya,

"Halo-"

"Soojung-" Soojung tercekat mendengar suara isakan di balik telpon Jongin.

"Jongin kau baik-baik saja?" tanyanya kawatir.

"Soojung, sakiit..."

"Kau dimana?"

"Soojung-"

"Jongin tetaplah disitu, aku akan datang." Soojung segera mematikan handphone, mengambil hoodie dan kunci mobilnya kemudian pergi.

Dia masih ingat, tempat Jongin biasa menghabiskan waktu sendiri. Dulu, dia selalu menemani Jongin dikala laki-laki itu merasa lelah dengan kehidupannya.

Soojung sampai dan berlari menuju apartemen Jongin. Soojung sempat ragu menekan tombol sandi pintu apartemen Jongin. Kemudian dia mencoba, sandi yang sama, tanggal ulang tahunnya.

Klik. Terbuka. Jongin tidak mengubah kata sandinya.

Soojung segera masuk dan matanya membola melihat Jongin sudah terduduk lemah dilantai dengan baju berantakan, rambut berantakan, dan beberapa butir obat penenang disampingnya.

"Jongin, kau kenapa?"

Jongin langsung memeluk Soojung saat Soojung mendekatinya. Pelukan erat Jongin dan isakannya mulai terdengar. Soojung hanya diam tidak membalas pelukan Jongin.

"Aku kesepian. Kau meninggalkanku disaat semua orang menekanku." ucap Jongin lirih. "Aku merindukanmu."

Jongin mendekatkan wajahnya pada Soojung dan belum sempat menghindar, Jongin sudah melumat bibir Soojung. Soojung langsung mendorong Jongin hingga laki-laki tergeletak di lantai, lalu menangis.

"Kenapa kau seperti ini jongin?" Soojung tak pernah melihat Jongin se-menyedihkan ini. Dulu, saat mereka masih berpacaran mereka selalu menghabiskan waktu bersama, menari bersama dan sosok Jongin yang dikenal Soojung adalah laki-laki yang kuat dan tidak lemah seperti ini.

Soojung menggiring tangan Jongin, diajaknya laki-laki itu untuk naik ke kasurnya lalu diselimutinya.

"Kau, disinikan?" ucap Jongin parau, terlihat sisa-sisa air masih diujung pelupuk matanya. Soojung hanya mengangguk lalu duduk di sofa, melihat Jongin yang perlahan-lahan tertidur, begitupun ia.

Disisi lain, Kyungsoo pulang kerumah setelah menghabiskan waktu belajar bersama Sehun di sebuah perpustakaan. Kyungsoo memaksa Sehun untuk mengajarinya karena Kyungsoo mulai merasa, seandainya suatu saat ibu memanggilku, memperkenalkannya dihadapam semua teman bisnisnya, ibu tidak akan malu punya anak seperti Kyungsoo. Dia memang berpikir terlalu jauh, tapi seandainya waktu itu tidak datang, tidak ada salahnya kan untuk jadi orang pintar, sedikit saja.

"Kyungsoo."

Kyungsoo berhenti dari langkahnya mendengar suara selain Chunyang memanggilnya melalui pintu ini. Ya, rumah ini memang memiliki dua pintu, pintu depan dan pintu belakang. Kyungsoo selalu menggunakan pintu belakang sebagai aktivitasnya.

"Baekhyun." suara itu dari Baekhyun yang entah kenapa dia duduk di sofa belakang, menunggunya sampai malam.

"Bisakah kau tidak mengganggu seorangpun."

You Know His NameTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang