Happy Reading ^^
"Kenapa ke sini?" Tanyaku akhirnya, saat melihat Aldrich tidak mengantarkanku pulang ke rumah melainkan ke salah satu taman.
"Gue enggak mungkin nganterin lo pulang dengan mata yang masih bengkak begitu. Bisa-bisa gue dituduh berbuat yang enggak-enggak sama lo! Elo mau turun enggak?" Jawabnya.
Aku sedikit berfikir sebelum menerima ajakannya untuk turun dari mobil, karena ini tempat umum walaupun saat ini kondisi taman tidak ramai. Aku hanya tidak ingin beredar berita tentang aku dan Aldrich. Apalagi kami berdua saat ini tidak memiliki hubungan apapun.
"Ini.."
Aku menoleh pada Aldrich, ia menyerahkan sebuah topi hitam yang baru saja dia ambil dari kursi di belakang.
"Setidaknya ini bisa sedikit menutupi wajah elo. Gue enggak bawa kaca mata, jadi pakai topi ini aja. Nanti kalau ada yang ngenalin elo, kita langsung balik.." Tambah Aldrich, aku menerima topi itu dan mengangguk.
Sebelum turun dari mobil, aku mengambil sehelai tissu dan menghapus sisa-sisa air mataku. Aldrich terlihat setia menungguku untuk membereskan wajahku yang sangat kacau ini.
-
"Nih eskrim elo.." Kata Aldrich sambil menyerahkan eskrim coklat, sedangkan dia menikmati eskrim vanilla di tangan kirinya.
"Kok coklat?" Tanyaku saat menerima eskrim itu.
"Kenapa? Bukannya elo suka coklat?"
"Iya, gue suka coklat. Gue cuman heran aja lo bisa tau itu.."
Aldrich terdiam sejenak, "Dari nyokap lo. Udah makan aja, nanti mencair.."
Aku memutuskan untuk menikmati eskrim itu tanpa bertanya lagi, padahal aku masih penasaran kenapa mama menceritakan apa kesukaanku pada Aldrich.
"Dia.. Mantan gue." Kataku sambil masih menatap lurus ke depan, aku merasakan pergerakan badan Aldrich yang menghentikan aktivitas menikmati eskrim miliknya. Ia menoleh padaku, tapi aku memutuskan untuk tidak menatapnya.
"Refandy.. Pacar pertama gue, yang paling berkesan di hidupku. Usianya lebih besar dua tahun dari gue, dia sangat dewasa. Saat kami pacaran, dia selalu mengalah dengan sikap gue yang masih kekanak-kanakan. Dia sangat baik, sempurna dan selalu ada buat gue. Di saat gue selalu berfikiran untuk terjun ke dunia entertainment, dia orang pertama yang selalu mendukung gue untuk mewujudkan mimpi itu. "
"Tiga tahun.." Aku menolehkan kepalaku menghadap Aldrich yang masih menunggu kelanjutan ceritaku.
"Tiga tahun kami pacaran. Selama itu dia pernah meninggalkan gue selama empat bulan untuk mengejar impiannya di Paris. Dia meninggalkan pendidikannya di sini, meninggalkan keluarganya dan meninggalkan gue untuk bisa mengembangkan bakat fotografernya. Ditambah lagi saat ini juga ada beberapa perlombaan fotografer yang cukup bergengsi diadakan di sana. Kami putus waktu itu dan saat dia kembali, dia meminta balikan dan gue langsung mengiyakan hal itu. Gue selalu setia menunggunya untuk kembali.. Kenapa?? Karena cinta, itulah jawaban gue setiap ada orang yang bertanya. Gue bodoh karena cinta! Setahun lalu dia kembali meninggalkan gue lagi, dia pergi ke Australia setelah mendapatkan kesempatan bekerja di salah satu kantor majalah terkenal. Dia memutuskan gue sehari sebelum keberangkatannya, tepatnya dihari ulangtahun gue. Dia bilang dia mendapatkan kesempatan besar, dia enggak mungkin melepaskan itu. Jadi dia..."
"Memilih impiannya daripada elo??" Aldrich memotong perkataanku.
Aku terdiam, Aldrich menghapus air mataku yang entah sejak kapan sudah turun membasahi kedua pipiku.
Aku menyingkirkan tangan kanan Aldrich yang berada dipipiku, aku menundukkan wajahku melihat eskrim coklatku yang kini semakin mencair.
Aldrich menarik daguku ke atas, sehingga wajah kami saling berhadapan.
"Cowok yang hanya memikirkan dirinya sendiri, bukanlah cowok yang pantas untuk elo tunggu, Allena.."
Aku menatap manik-manik mata Aldrich, ia menatapku dengan intens. Tak lama ia melepaskan topi yang ada di kepalaku dan..........
Cuppp....
Aldrich mencium bibirku, membuat aku menjatuhkan eskrimku ke atas rerumputan hijau.
Aku menutup kedua mataku, menikmati setiap sentuhan dari bibirnya..
Manis.. Itulah yang aku rasakan...
Aldrich melumat bibirku, dan yeah.... Aku membalasnya di beberapa detik terakhir sebelum kami mengakhiri ciuman panas itu..
Nafasku sedikit memburu, begitu pula dengan Aldrich.
Aku yakin saat ini pipiku juga memerah!
Aku berusaha mengambil nafas sedalam-dalamnya, menenangkan gejolak aneh di tubuhku ini!
Apa aku gila?
Yah...
Aku gila karena menikmatinya dan membalas ciuman sialan itu!!
***
Please Vote n Comment guys..
thank you ^^
27-07-2017
KAMU SEDANG MEMBACA
I Love You, Chef ! (COMPLETE)
RomanceRank 11 dalam kategori selebriti mei 2019 Rank 31 dalam kategori Chef mei 2019 Rank 5 dalam kategori chef juni 2019 Rank 5 dalam kategori Selebriti juni 2019 Rank 26 dalam kategori Novel Remaja Agst 2019 Rank 18 dalam kategori Novel Remaja Juni 2020...