Part 14

5.2K 267 0
                                    

Happy reading^^

Tinggalkan jejak kalian yaa guys, semua vote / comment sangat membantu author supaya bs lebih baik lg ke depanny..
Thank you


-

Aldrich POV

‘Mungkin? Sial! Kenapa gue harus mengatakan seperti itu! Gue menciumnya, tetapi gue masih ragu untuk tertarik dengannya! Ini gila!! Apa Ale akan tersinggung dengan jawaban barusan?’

“Hm, bos.. Bos..”
“Ha? Kenapa?” Aku tersentak saat salah satu karyawanku menepuk bahuku pelan.
“Ee, gimana masakannya?” Tanya Dany-salah satu karyawanku.
Aku melihat masakan yang baru saja aku cicipi, aku terlalu banyak memikirkan Allena sampai tidak sadar bahwa Dany menunggu komentarku.

“Oh, ya. Sudah cukup baik. Lanjutkan. “ Jawabku.

“Al..” Hans muncul dari balik pintu.
“Kenapa?” Sahutku meninggalkan Dany yang melanjutkan aktivitas memasaknya.
“Dia balik.” Kata Hans.
“Kapan?”
“Baru aja.”
“Ck, kenapa elo biarin dia pergi?!” Marahku.

Aku bergegas keluar tanpa menunggu jawaban apapun dari Hans. Tapi terlambat saat aku melihat mobil Allena sudah pergi menjauh. Aku kembali ke dalam untuk mengambil kunci mobil dan menuju rumah Allena.

“Hans, gue titip restaurant. Untuk masalah makanan dan saus suruh Danny dan Nisya ya.”
Oke.” Jawab Hans.

-

Perjalanan aku berujung sia-sia, Allena tidak kembali ke rumah. Menurut salah satu asisten rumah tangganya, Allena memiliki jadwal syuting hari ini karena tadi managernya sempat ke rumah untuk mengambil beberapa keperluan Allena. Aku juga menghubungi ponselnya, tetapi ponselnya mati. Apa Allena sengaja mematikan ponselnya? Apa dia marah atas kelakuan aku tadi?

***

“Ale.. Ale..” Panggil Fandy.
“Ah? Oh ya.. Kenapa Fan?”
“Kenapa melamun? Ada masalah?” Tanya Fandy.
Aku hanya menggeleng lemah, tadi pagi Fandy menghubungi aku. Dia mengajakku untuk makan siang bersama dan di sinilah kami sekarang, di salah satu restaurant sushi favorite-nya yang tidak pernah berubah sejak terakhir kali kami bersama.

“Aku tau kamu sedang banyak pikiran, Ale. Kamu ada masalah sama tunangan kamu itu?” Tanya Fandy lagi.
“Hm, aku.. Hanya sedikit bingung dengan sikapnya.” Jawabku.

Sudah beberapa hari aku tidak bertemu dengan Aldrich. Perjanjian kami sudah berakhir, kejadian di dapur restaurantnya hari itu adalah hari terakhir perjanjian yang kami buat. Tidak ada alasan bagiku untuk bertemu dengannya lagi begitupula dengannya. Perjodohan kami hanyalah sebuah ucapan yang belum terlaksana hingga detik ini, karena kedua orangtuaku belum pernah membahas sama sekali denganku dan aku belum berniat untuk mempertanyakan kebenarannya. Tapi aku sedikit mensyukuri ketidakjelasan perjodohan kami ini, karena aku masih bingung dengan hatiku sendiri dan Aldrich.

“Aku sama sekali enggak tau, kamu ada masalah apa sama tunangan kamu itu. Tapi aku berharap hari ini kamu bisa melupahkan semuanya untuk sesaat. Aku ingin kamu menikmati makan siang kamu dengan baik dan aku juga berencana untuk mengajak kamu nonton setelah ini. Aku berharap kita bisa menikmati waktu kebersamaan kita ini dengan semangat.”

“Maaf, Fan. Aku benar-benar minta maaf karena mengacaukan makan siang kita. Aku akan melupahkannya untuk sesaat.” Kataku, mencoba tersenyum sebaik mungkin pada Fandy.
It’s okay, Ale. Jadi bisa kita memulai makan sekarang?”
“Tentu..” Ujarku. Aku kemudian memulai memakan jajaran sushi yang sudah tersedia di meja kami.

Beberapa kali Fandy menggodaku, terkadang ia juga mengingatkan kenangan kami dulu saat di sini. Banyak hal yang kami bicarakan, membuat aku mulai melupahkan segala macam pikiran yang ada di benakku tentang Aldrich. Fandy sudah mengetahui tentang perjodohan aku dengan Aldrich, ia meminta aku memberinya kesempatan kembali. Tapi aku menolaknya, iya aku menolaknya hari itu. Hari di mana Aldrich melihat kami berpelukan di rumahku.
Aku memaafkan segala kesalahan yang dibuat Fandy dulu, kini kami memutuskan untuk bersahabat. Meskipun hampir setiap hari Fandy berusaha meminta aku untuk memberinya kesempatan kembali. Tapi aku tetap menolaknya. Fandy menerima keputusan itu dengan berat hati, tetapi ia meminta izin padaku agar kami bisa berteman dan menghabiskan waktu bersama. Dia berkata jika Aldrich menyakiti aku, maka dia akan berusaha merebut aku dari Aldrich tidak peduli kenyataan bahwa kami akan bertunangan ataupun tidak. Dia akan mengambil segala kesempatan sekecil apapun untuk bisa kembali di hatiku.

Awalnya aku ingin menolak, tetapi Fandy berkata dia tidak ingin menyesal lagi untuk kesekian kalinya karena tidak memperjuangkan aku. Dia bilang, ini kesalahannya sendiri yang melepaskan aku dulu dan kini biarkanlah dia berjuang untuk mendapatkan aku meskipun hasilnya belum tentu sesuai dengan keinginannya.

Aku menyayangi Fandy, aku juga mungkin masih mencintainya. Tapi entah mengapa, aku tidak ingin memberinya kesempatan kembali.
Apakah hati aku sudah berubah? Apa karena Aldrich?
Entahlah.. Aku masih bingung...
Lagipula aku tidak yakin bahwa Aldrich juga menyukai aku...

***

03 - 04 - 2018

I Love You, Chef ! (COMPLETE)Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang