5

1.1K 144 19
                                    

Seokmin berputar-putar di ruang tamu apartemen Jisoo. Ia sedang berkunjung untuk melihat kondisi orang yang sudah seperti adiknya sendiri, namun seketika panik ketika mendapati apartemen itu kosong. Jangan tanya kenapa Seokmin bisa masuk ke dalam apartemen Jisoo yang mempunyai sistem keamanan cukup tinggi. Itu karena Seokmin selalu bisa menebak pikiran Jisoo untuk mengetahui password apartemen-nya.

"Kenapa tidak kau telepon saja?" Seokmin menengok ke arah Jihoon yang tiba-tiba berceletuk. Jihoon adalah sepupunya yang begitu dekat, dan sama-sama menganggap Jisoo adalah adik kandungnya.

"Sudah, ponselnya tak aktif. Yya! Lagi pula untuk apa kau kesini? Sudah izin suamimu?" Tuding Seokmin dengan ponsel yang ia genggam erat.

Jihoon memutar bola matanya malas. "Soonyoung membebaskanku untuk pergi kemana pun yang aku mau. Dia juga sibuk dengan pasiennya, dan apa tidak boleh jika aku merindukan adik manis ku?"

"Siapa yang adikmu? Soo-ie adalah adikku!"

"Kau kekanakan."

"Wajahmu yang seperti anak-anak."

"Carilah istri, hyung. Kau kurang belaian."

Seokmin hampir kembali membalas serangan mulut pedas Jihoon jika suara pintu yang terbuka membuat perhatiannya teralihkan. Ia mendapati adiknya yang merengut masam. "Bagus sekali. Aku benar-benar memiliki privasi."

Jihoon menggerakkam kepalanya untuk melihat sosok Jeonghan yang tergelak di balik tubuh kurus Jisoo. "Yya! Kau kemari lagi, Hannie?"

Yang disentak tidak menggubris, sedangkan mata elang Seokmin mengikuti sosok Jeonghan yang mencoba duduk di atas kursi mini bar. Jeonghan memang sering mampir ke rumah Jisoo ketika mereka masih di Amerika. Hingga saat ini pun Jeonghan hampir setiap minggu mengunjungi Jisoo di apartemennya. Sekedar untuk melepas lapar berkat Jisoo atau Seokmin yang mempunyai tangan dewa ketika berada di dapur.

Jihoon sudah biasa melihatnya. Namun Seokmin tampak cukup terganggu dengan kehadiran pemuda cantik itu sejak setahun yang lalu. Bukan karena ia membencinya atau hal negatif lainnya. Justru karena ia takut hatinya akan sakit ketika melihat sosok Jeonghan meskipun hanya berjauhan. Ya. Seokmin menyukai pemuda itu. Sangat menyukainya.

Jisoo tahu dengan pasti perasaan yang dimiliki kakak-nya itu pada Jeonghan. Makanya ketika Jeonghan berpacaran dengan Seungcheol, Jisoo tidak mengatakannya pada Seokmin, takut menyakitinya. Namun Jisoo tak perlu repot-repot tak enak hati. Ketika Seokmin bersikeras menjemput Jisoo di kampus, Jeonghan juga ingin ikut. Sekalian ke apartemen Jisoo katanya. Seokmin melihatnya dengan jelas. Interaksi Jeonghan yang mencium Seungcheol begitu intim sebagai perpisahan.

Seokmin tersenyum miris mengingat hal itu, sebelum penglihatannya kembali pada adiknya yang mengambil beberapa snack di dalam lemari makanan. "kalian tidak makan malam?"

Jeonghan menarik tangannya ke atas, menunjukkan sekantung plastik berisi beberapa botol soju yang tak disadari Seokmin sebelumnya. Jihoon beranjak dari sofa Jisoo dan mendekati Jeonghan. "Kalian masih muda. Jangan sering mabuk." terangnya sembari mengambil sebotol soju dari dalam plastik dan menuangkannya ke dalam sloki milik Jisoo.

"Yya! Jangan menghabiskan sebotol untuk dirimu sendiri."

"Ada 4 botol yang tersisa. Kenapa pelit sekali?"

Jisoo tergelak dari kegiatannya yang menuangkan saus pedas di atas piring kecil. "Berhentilah berdebat. Kalian sudah terlalu tua untuk mengganggu Hannie." Jeonghan menghadiahi flying kiss untuk Jisoo yang terkikik geli.

"Kau tidak memberikannya untukku juga?"

Jeonghan menatap Seokmin yang mencebikkan bibirnya. Menunjukkan jika lelaki itu masih cukup muda untuk bertingkah imut. "Apa? Soju?"

Snow Song [Cheolsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang