6

1.1K 140 18
                                    

Jisoo masih mengusak rambutnya yang basah dengan handuk ketika mendengar ketukan ringan dari pintu apartemennya. Seokmin dan Jihoon telah pulang setelah acara menonton film bersama. Menyisakan dirinya berdua dengan Jeonghan.

Oh- benar! Jisoo mengabaikan suara ketukan yang kali ini berganti menjadi denting bel. Ia berjalan ke dalam kamarnya dan mendapati Jeonghan masih tertidur pulas. Jisoo menyingkap tirai birunya, membiarkan cahaya matahari yang telah meninggi untuk masuk ke dalam kamarnya. Menampakkan salju yang telah menebal di kusen jendela.

"Hannie, bangun. Kau harus mandi." Jeonghan menggeliat tak nyaman ketika tangan kurus Jisoo menggoyangkan tubuhnya.

"Satu menit lagi?" Bisik Jeonghan dengan suara parau khas orang yang baru bangun tidur. Jisoo menggeleng. Jeonghan masih menyipitkan matanya ketika ia merasakan tubuhnya tertarik bangun untuk duduk di atas kasur Jisoo.

"Kau akan telat. Kita sama-sama punya kelas jam 10 kan? Ini sudah pukul 9.12." Sontak Jeonghan melebarkan matanya saat mendengar penuturan Jisoo. Ia melompat dari kasur Jisoo. Berteriak meminjam handuk dan Jisoo terkikik sembari menaikkan suhu penghangat ruangan ketika mendengar suara debaman pintu kamar mandi di luar kamarnya.

Seketika Jisoo terdiam. Ia merasa ada yang terlupakan.

"Ya Tuhan! Tamu!" Tak perlu waktu lama untuk Jisoo segera berlari ke arah pintu apartemennya dan membuka pintu itu tanpa repot-repot melihat layar interkom.

Sebenarnya Jisoo ingin pingsan saat ini. Wajahnya memerah ketika mengetahui siapa orang yang berada di balik pintunya.

"Seung- Seungcheol?"

Di depan Jisoo, Seungcheol terkekeh. Pemuda tampan itu memakai kemeja kelabu dan celana jeans hitam yang rekat pada kakinya. Lengkap dengan tas punggung bergambar kucing berkalung rantai yang disampirkan di lengan kanannya. Seungcheol melebarkan senyumnya ketika Jisoo tampak membatu.

Jisoo semakin mati rasa. Ia ingin bertanya banyak hal, tapi mulutnya tak mampu bergerak. Seakan senyum Seungcheol adalah anestesi total pada tubuhnya.

Jisoo harus menahan handuk yang masih setia berada di kepalanya ketika Seungcheol dengan santai menarik lengan Jisoo untuk masuk ke dalam apartemen. Seungcheol memilih sofa biru Jisoo sebagai pendaratan tubuhnya, sedangkan Jisoo masih berdiri tegang di sampingnya.

"Apa kau sebegitu terkejutnya?"

Jisoo mengangguk pelan. Seungcheol kembali terkekeh. "Duduklah. Aku tidak menggigit."

"Kenapa kau kesini? Dari- dari mana kau tahu apartemenku?" Seungcheol menaikkan kedua alisnya. Ia memilih bangkit dari sofa dan berjalan-jalan di dalam apartemen Jisoo. Memperhatikan satu persatu barang yang ada disana. Seungcheol dapat menyimpulkan jika Jisoo adalah orang yang begitu rapih.

"Hanya ingin menjemputmu. Dari Mingyu? Kau tahu dia tergila-gila dengan teman pucatmu."

Jisoo dapat merasakan pipinya menghangat. "Wonwoo?" Ia mendongak ke arah Seungcheol yang kali ini sibuk mengagumi isi kulkas Jisoo.

"Eoh. Kau sudah makan?"

Jisoo menggeleng pelan. Ia berlari kecil menghampiri Seungcheol yang masih berdiri kikuk memilih berbagai jenis pilihan bahan masakan. Tangan Jisoo meraih sekotak kimchi di dalam lemari pendingin dan mengangkatnya ke udara. "Ingin ku buatkan sarapan?"

"Apa itu?"

"Bokkeumbap."

Seungcheol tak bisa menahan dirinya untuk mengangguk antusias. Kimchi Bokkeumbap adalah yang terbaik, apalagi dengan tambahan daging spam. Matanya berbinar ketika menyadari jemari kurus Jisoo membuka kaleng spam. Seungcheol melebarkan senyumnya.

Snow Song [Cheolsoo]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang