Pagi ini setelah selesai menyusun serta mengepak barang-barang yang bakal di bawa dan dimasukkan ke dalam satu koper berukuran sedang ditambah satu tas ransel, Menma Uchiha menggeret kedua tas tersebut keluar dari kamar. Meminta bantuan kepala pelayan untuk menyimpan perlengkapannya ke mobil yang sedang di panasiㅡmesinnyaㅡdi halaman depan kediaman Uchiha.
Pemuda berambut raven itu tidak langsung ikut masuk ke mobil, melainkan kembali ke dalam rumah. Melangkah menaiki tangga menuju lantai dua dan berbelok ke sebelah kiri. Dimana terdapat satu-satunya kamar di lorong tersebut. Dia membuka pintu secara perlahan dan masuk ke dalam.
Iris sebiru langit milik Menma menatap sesosok pria yang terbaring di ranjang besar berukuran king di sana. Menggerakan kakinya menghampiri kemudian menarik sebuah kursi yang tak jauh dari nakas dan menempatkannya di sisi ranjang. Ia duduk sambil masih menatap wajah pucat laki-laki yang merupakan kakaknya.
Sasuke Uchiha.
Pria yang sejak ia kecil tak pernah membuka mata. Tidur dengan damainya di sini. Dulu, Menma tidak mengerti kenapa Sasuke tidak pernah bangun. Ia membuat keributan atau berteriak keras pun, laki-laki itu tetap diam tak terpengaruh. Menma bingung. Namun belakangan sedih sebab ia tak bisa bermain dengan kakaknya. Kakak yang meski tak ia kenal tapi ia sayangi.
Sasuke Uchiha. Menderita koma sejak dua puluh tahun lalu. Orang tuanya nyaris menyerah. Tapi, Menma meyakinkan mereka jika kakaknya pasti akan bangun suatu hari nanti dan ia berjanji akan mendapatkan apapun obat yang bisa mengembalikan kesadaran sang kakak. Oleh karena itu ia bertekad dengan belajar farmasi; obatan-obatan atau ahli ilmu pengetahuan alam. Dia ingin menyembuhkan Sasuke.
Menma menyentuh tangan berbalut kulit pucat milik kakaknya. Masih terasa hangat; yang menandakan sang kakak masih bertahan walau tidak sadar.
"Hari ini aku akan pergi melakukan penelitian. Semoga ... aku dapat menemukan sesuatu untuk menyembuhkanmu," walau kemungkinannya sangat kecil, aku tidak akan menyerah. "Aku pergi dulu, niichan," katanya disusul seulas senyum.
Menma bangkit berdiri. Membungkukkan badan formal lalu berjalan keluar kamar. Sebelum menutup pintu berwarna merah maroon itu, ia menyempatkan diri memandang sekali lagi sang kakak yang tetap terbaring. Menutup mata. Bernafas dengan teratur. Ditemani alat-alat medis sebagai penyokong hidupnya.
Aku tidak akan menyerah.
...
"Dimana Otousan, Kaasan?" Tanya Menma kepada seorang perempuan paruh baya di depannya yang bermaksud menghantar kepergian si raven ini dari rumah.
Menuju Universitas dimana dari sana akan berangkat menuju sebuah desa kecil di pinggiran Tokyo yang dikenal sebagai desa obat, Konoha. Untuk melakukan suatu penelitian bersama dosen pembimbing dan beberapa teman lain yang termasuk dalam kelompok penelitian ini.
"Ada meeting mendadak, jadi Tousan tidak bisa mengantarmu. Tak apa, kan?" Mikoto Uchiha menatap pemuda di sebelahnya disertai seulas senyum. Rasanya ... baru kemarin ia menggendong Menma yang masih bayi, hari ini ia mengantar anak itu yang akan pergi selama beberapa minggu untuk penelitian.
Waktu cepat sekali berlalu. Tidak terasa.
Menma menggeleng disertai lengkungan kecil di bibirnya, "Tidak apa-apa. Kalau begitu, aku pergi, Kaasan. Sampai bertemu lagi," ujarnya seraya memeluk sang Ibu dengan erat.
"Sampai jumpa lagi. Jangan lupa menghubungiku jika sudah sampai atau ada hal-hal yang kau butuhkan," balas Mikoto seusai mereka saling melepas pelukan.
Menma sedikit cemberut, "Aku ini sudah dewasa. Aku bisa mengatasi hidupku."
"Ha ha ..., ne, ne. Hati-hati di jalan, Kaasan menantimu pulang."
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
FanfictionAlasan utama Uchiha Menma masuk Fakultas Farmasi adalah karena ingin menyembuhkan; mengobati kakaknya yang terbaring koma sejak ia kecil. Tapi ... ketika mereka melakukan penelitian di sebuah desa kecil di pinggiran Tokyoㅡyang disebut desa obat, Kon...