Pagi-pagi sekali setelah menyelesaikan sarapan, seorang bocah lelaki yang diketahui bernama Naruto berlari ke area samping gedung Panti Asuhan. Di halaman samping terdapat kursi panjang yang terbuat dari kayu yang membelakangi hutanㅡdimana langsung ditempati oleh si bocah pirang. Senyum terukir di bibirnya. Kedua kaki yang menggantung bergoyang-goyang dan penglihatannya memandang ke arah halaman depan. Tepatnya ke pagar di depan sana. Mengharapkan seseorang muncul segera.
Naruto tidak sabar. Dia ingin segera bertemu dengan anak lelaki bertubuh lebih besar darinya; anak lelaki yang mau bicara dengannya, anak lelaki yang mau memegang tangannya dan mau dipeluk olenyaㅡNaruto ingin bertemu! Sasukeㅡidola baru si pirang. Seseorang yang telah menjadi bagian dari hidup Naruto.
Naruto masih duduk di bangku kayu panjang di halaman samping gedung Panti Asuhan. Tidak memperdulikan anak-anak lain yang asik bermain dan sesekali mencibirnya karena duduk diam tanpa melakukan apapun. Fokus si pirang hanya tertuju pada pagar di depan sana. Mengharapkan Sasuke datang. Dia akan terus menunggu sampai Sasuke benar-benar tampak di sana. Meski matahari mulai mencapai titik tertinggiㅡhari hampir siang dan terik menyengat. Lahan dimana Naruto duduk sudah tak terlindungi bayangan pohon di hutan di belakang bangku, dia telah di serang cahaya matahari siang, namun anak lelaki.itu tak beranjak dari bangku. Masih di sanaㅡmemandang ke gerbang masuk Panti Asuhan.
"Naru ...," Karin yang memang mencari anak lelaki berambut pirang tersebutㅡingin mengajak makan siangㅡterkejut mendapati Naruto duduk diam di bangku samping. Langsung saja di dekati dan duduk dj sebelahnya, "Hari sangat panas. Kau pun belum makan siang. Ayo ... nanti makananmu dingin dan tak enak di makan."
Naruto menggeleng. Tidak menoleh atau sekedar melirik Karin yang berada di sebelahnya. "Neechan, teme ...."
Teme? Ah, apa maksudnya Sasuke? Ah, dia mesti mengajari Naruto untuk memanggil remaja berambut raven kemarin dengan namanyaㅡbukan panggilan kasar begitu. Duh, kenapa Naruto ingat kata itu!
Karin menyentuh pundak si pirang, namun tak berhasil membuat Naruto mengalihkan pandangan padanya. Ia menghela sejenak, "Tidak mungkin langsung datang kemari. Dia tinggal bersama kakek dan neneknya, pasti dia harus membantu kakek dan neneknya, kan?" Karin mencoba memberi pengertian sesederhana mungkin supaya Naruto dapat mengerti.
Kepala bersurai pirang itu menunduk. Dia memahami perkataan Karin. Menoleh dan menatap kakak yang paling baik padanya di Panti Asuhan ini dengan iris yang sendu, "Neechan ... teme ... datang, kata ...."
Karena sudah biasa berinteraksi dengan si bocah pirang, gadis bermarga Uzumaki ini mengerti apa yang ingin dikatakan oleh Naruto. Kata patah-patah itu memaksudkan 'Sasuke berkata akan datang', oleh karena itu Naruto menunggu. Tak perduli pada terik matahari yang sungguh menyengat.
"Iya, dia memang bilang akan datang. Tapi, tak mungkin bangun pagi langsung kemari, kan? Sasuke harus mandi, sarapan, membantu kakek dan neneknya. Jika sudah selesai, baru dia datang." Ia menjelaskan sangat detil. Memang harus begini supaya Naruto mau mengerti, "Kau paham?" Ia bertanya untuk memastikan.
Naruto menganggukㅡtak bersemangat. Dia mengerti. Tapi ... tetap saja ... dia ingin bertemu dengan Sasuke. Dia ingin bermain dengan Sasuke. Ingin bersama dengan remaja berambut raven itu.
"Ayo, makan siang dulu. Kalau nanti Sasuke datang. Dia pasti langsung menemuimu." Ajak Karin.
Mau tak mau si pirang turun dari kursi. Berjalan bersama Karin ke arah gedungㅡmeski pandangannya terus mengarah pada gerbang masuk di halaman depan. Namun sewaktu masuk ke gedung Panti Asuhan dia belum melihat Sasuke muncul, Naruto tertunduk lesu.
Mengikuti Karin ke ruang makan. Duduk di kursi yang biasa ia gunakan dan melihat sepiring makanan di atas meja. Naruto tak berselera makan. Dia kecewa. Sedih. Kenapa Sasuke belum datang? Padahal dia sudah menunggu lama sekali. Walau sedih dan ingin menangis, si pirang tetap menyentuh makanannya. Dia sudah diajari agar tak membuang makanan. Makanan tak didapatkan dengan mudah. Jadi mesti menghargai tiap makanan yang disediakan. Dihabiskan. Tak boleh tersisa.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
FanfictionAlasan utama Uchiha Menma masuk Fakultas Farmasi adalah karena ingin menyembuhkan; mengobati kakaknya yang terbaring koma sejak ia kecil. Tapi ... ketika mereka melakukan penelitian di sebuah desa kecil di pinggiran Tokyoㅡyang disebut desa obat, Kon...