4

6.6K 986 55
                                    

Telinga Menma terasa tuliㅡsetelah mendengar sebaris kalimat yang diucapkan oleh pengawas perempuan yang ada di depannya. Tubuhnya membeku, namun tangan yang memegang frame foto bergetar. Iris biru miliknya memandang kosong ke depan. Seolah ... seolah dunianya seketika menggelap. Dia tiba-tiba berada di ruang hampa tak bercahaya. Sendirian.

Lalu ada suara gemuruh yang mendengung. Seakan menghantam jiwanya. Menma Uchihaㅡadalah dirinya. Anak dari Sasuke Uchiha dan Naruto? Tiㅡtidak mungkin! Tidak-tidak! Ia mengenal kedua orang tuanya, mereka yang merawatnya hingga sekarang. Bagaimana mungkin seseorang yang dia tahu adalah kakaknya merupakan orang tuanya ... ditambah Naruto? Pria yang baru ia temui beberapa hari lalu.

"Ayo, penyuluhan Kazuya-sensei sudah dimulai."

TersentakㅡMenma kembali ke kenyataan. Melihat si pengawas perempuan yang hendak beranjak dari ambang pintu, ia buru-buru menghampiri, "Tuㅡtunggu."

Si pengawas perempuan menghentikan langkahnya dan menatap si pemuda raven, "Hm?"

"Tolong ceritakan lebih banyak tentang mereka. Aku ... aku tidak tahu apapun tentang kakakku. Sejak kecil aku cuma nelihatnya berbaring di tempat tidur. Tolong ...." ia memelas. Sungguh, Menma ingin tahu apa yang sebenarnya terjadi. Kebenaran apa yang ada dibalik keadaan koma kakaknya. Apa hubungan kakaknya dengan Naruto? Apa benar mereka memiliki anak?

Menma ingin mengetahui semuanya.

Si pengawas perempuan mengamati rauy wajah pemuda bersurai raven di sampingnya lalu menghela napas. "Aku tidak tahu banyak. Ibu Kepala yang mengetahui semua yang terjadi di Panti Asuhan ini."

"Kalau begitu, aku bisa bicara dengan Ibu Kepala?" Tanya si raven.

"Baiklah. Ikuti aku," sahut si pengawas perempuan lalu menuntun Menma berjalan di lorong.

Tak lupa menutup pintu kamar yang tadi dimasuki, si pemuda Uchiha berjalan di belakang si pengawas perempuan sembari mengucap terima kasih dan dibalas anggukan. Mereka berjalan melalui kamar-kamar yang berada di sisi kanan dan kiri lorong. Ada cukup banyak kamar. Sebagai Panti Asuhan tempat ini sangat besarㅡmungkin banyak menampung anak-anak dan pengawas yang tinggal di sini.

Tak lama mereka tiba di depan sebuah pinti yang cukup besarㅡlebih besar dari pintu-pintu kamar yang Menma lihat. Si pengawas perempuan mengetuk pintu itu beberapa kali kemudian membuka dan masuk ke dalam. Sebuah ruangan yang lumayan luas ada di baliknya. Terlihat seperti kantor; sebab ada beberapa lemari yang berisi buku-buku dan binderㅡmungkin arsip dan data dari Panti Asuhan ini.

Seseorang berpakain rapi yang berada di ruangan ini yang sedang mengambil sebuah binder di lemari mengalihkan perhatiannya pada dua orang yang bertamu ke ruangannya. Si pengawas perempuan membungkuk sebentar lalu memberitahu, "Dia ingin bertemu denganmu, Karin-san."

Sang Ibu Kepala tidak terlihat berumurㅡsebagaimana bayangan yang sempat mampir di pikiran Menmaㅡatau umumnya yang mengepalai sebuah intansi seperti biasanya seseorang yang telah berumur. Menurunkan kacamata merah yang menggantung di hidungnya sedikit dan menatap Menma saksama.

Si raven segera membungkukkan badan dan memperkenalkan diri, "MeㅡMoriya-desu," maafkan aku, Moriya-san, aku pinjam namamu sebentar. Karena ini menyangkut kakaknya dan namanya sempat di sebut oleh si pengawas sebagai anak kakaknya, Menma tidak ingin memberitahu namanya terlebih dahulu.

"Ada apa?" Ibu Kepala bernama Karin mengembalikan binder yang ia pegang ke lemari lalu berjalan ke sofa yang ada di ruangan iniㅡuntuk tamuㅡdan mempersilahkan Menma duduk.

Si pengawas perempuan undur diri dan menutup pintu. Membiarkan dua orang itu berbicara, serius.

"Jadi, ada apa ingin menemuiku?" Tanya Karin.

The TruthTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang