BGM :
THE RAMPAGE From EXILE TRIBE - Only One
"Kita akan mulai lagi pukul empat, ingat pukul empat! Berkumpullah sebelum itu!" Suara seorang pengajar terdengar sembari para anggota peneliti muda membubarkan diri dari aula laboratorium.
Mereka baru saja menyelesaikan jam siang. Karena para peneliti senior sedang melakukan sebuah project pengembangan terhadap suatu tanaman, mereka ikut terlibat membantu beberapa pekerjaan sehingga sewaktu makan siang tadi memang cuma mengisi perut dan kembali bekerja. Sekarang baru diberi waktu istirahat sekitar dua jam.
Menma memisahkan diri dari rekan se-grupnya. Ia berjalan sendiri keluar labor dan memandang sekeliling kebun yang memang selalu dipenuhi penduduk yang bekerja--karena belum jamnya mereka pulang--biasanya ketika matahari akan terbenam baru mereka bersiap-siap pulang. Jangan dikira pekerjaan berkebun itu mudah dan singkat. Hanya disiram, diberi pupuk dan menggemburkan tanahnya. Apalagi merawat tanaman obat. Terdapat beberapa teknik penanaman atau cara penyiraman yang baik; yang akan sulit untuk dijelaskan dengan kalimat. Jadi, mungkin tiga kali lipat lebih rumit dari tanaman biasa.
Sebenarnya pemuda bersurai raven ini sedang ingin sendirian; menenangkan pikiran sejenak karena pekerjaan di labor yang terasa begitu penat dan membutuhkan konsentrasi penuh. Dia ingin duduk di tempat yang sejuk--di bawah pohon rindang mungkin--dan merasakan angin sore yang mungkin berhembus. Rasanya pasti nikmat sekali.
Namun ..., sosok pirang di sudut kebun yang tengah menanam sesuatu tak bisa dia abaikan begitu saja kehadirannya. Ya, tentu. Sosok bersurai blonde yang memiliki ikatan darah dengannya, yang ... mungkin Menma sudah bisa menerima kenyataan jika sosok di sana adalah Ibu kandungnya, tetapi menganggapnya benar-benar 'ibu' membutuhkan kesiapan hati lebih. Bukan berarti dia tak mencoba, pemuda Uchiha ini akan selalu mencoba; mencoba benar-benar memberikan posisi ibu di pikiran dan hatinya kepada sosok itu. Dengan melangkah mendekati sosok pirang tersebut--sudah disebutkan, jika Menma tak bisa mengabaikannya, kan?--kemudian berjongkok di sampingnya.
"Naruto-san sedang apa?" Si raven membuka pembicaraan, menyapa si pria pirang yang sontak menoleh dan mengukir senyum kecil padanya.
Naruto menunjuk sebuah gundukan kecil di tanah yang tampak lembab karena baru dibongkar dan disatukan kembali, "Biji apel!"
Si pemuda Uchiha cuma mengangguk sebagai respon. Dia tak memiliki pertanyaan lain atau bahasan untuk di obrolkan bersama Naruto. Dia hanya diam dan memandangi lahan yang sebagian besar sudah ditumbuhi beberapa jenis sayuran. Lahan yang memang di sediakan bagi si pirang. Tempatnya bersenang-senang dengan tanaman.
Naruto melirik raut wajah Menma kemudian menyungging senyum kecil. Dia melepas sarung tangan yang digunakan saat menanam biji apel kemudian mengambil sesuatu dari bungkusan yang ia gantung di pinggang celana--yang biasa digunakan untuk ikat pinggang--dikaitkan plastik yang isinya sedang ia keluarkan. Ia membagi dua sesuatu berbentuk bulat dan berwarna coklat dan memberikan setengahnya pada Menma. "Hm! Pan!" Roti, maksudnya.
Si raven tersentak sedikit lalu menerima pemberian ibunya. Menatap wajah Naruto yang akhir-akhir ini senang sekali memamer senyum kemudian menyungging bibir--membalas senyum manis milik ibunya. Menma mengubah posisinya menjadi duduk, lelah berjongkok dan kakinya lumayan pegal. Dia melahap sedikit roti pemberian si pirang sembari memandang lelaki manis tersebut. Lagi, senyum Menma terukir di bibir.
Dia baik ... perhatian ..., Matanya memandangi shappire biru yang sama dengan miliknya. Tidak pernah kudengar mengeluh dan ... dan peduli. Menma ingat sewaktu ia kembali dari Tokyo beberapa hari lalu, Naruto menyambutnya dengan kekhawatiran. Entah apa yang membuat pria pirang tersebut cemas, namun dia memperlihatkannya begitu jelas. Seakan ingin menunjukkan pada Menma, ingin memberitahu Menma. Apa ini yang namanya ikatan batin? Apakah ikatan itu benar-benar ada? Entahlah, dia mulai meragukan hal-hal semacam ini.
KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
Hayran KurguAlasan utama Uchiha Menma masuk Fakultas Farmasi adalah karena ingin menyembuhkan; mengobati kakaknya yang terbaring koma sejak ia kecil. Tapi ... ketika mereka melakukan penelitian di sebuah desa kecil di pinggiran Tokyoㅡyang disebut desa obat, Kon...