Hari ini seluruh anggota peneliti membantu para pekerja di laboratorium; sebagian membantu memilah-milah tanaman obat berdasarkan jenisnya untuk di ekstrak, sebagian membantu di bagian pembuatan pil atau kaplet. Sedang para sensei serta Ketua Peneliti--Orochimaru--dan Jiraiya sedang mencoba mengembangkan obat baru--mencoba meracik beberapa tanaman untuk dijadikan obat.Pekerjaan itu mereka lakukan hingga malam hari. Beristirahat siang hanya satu jam sembari mengisi tenaga--makan. Para anggota peneliti tidak menyangka jika pembuatan obat dari tanaman ternyata cukup sulit. Mereka mesti mengerti struktur tanaman, ketahanan, pengembangannya, dan meneliti baik untuk apa. Pikiran serta tubuh mereka lelah. Keluar dari laboratorium sewaktu hari sudah gelap. Sudah malam.
Para anggota peneliti dan sensei yang menginap di laboratorium mengantar yang lain keluar. Mereka saling mengucap salam perpisahan--sampai jumpa--kemudian berjalan menjauh. Sementara itu ... Seorang pemuda bersurai raven yang berjalan sendiri--entah kemana teman satu tempat ia menginap di rumah Ketua Desa--melihat gerak-gerik aneh di dekat pohon di sudut kebun. Terlihat seseorang tengah mencangkul. Mengayunkan alat berat itu kemudian menjatuhkannya ke tanah, mengeruk tanah dan menyingkirkan ke pinggir.
Mencangkul? Malam-malam begini? Ah, terserahlah. Menma tak ingin peduli. Lagipula ia lelah; ingin mandi, makan lalu tidur. Namun ketika arah jalannya melewati sosok tadi, ia mendengar erangan-erangan letih dan helaan napas berat. Mau tak mau pun ia mendekat, menghampiri orang itu. Bermaksud menyuruhnya berhenti dan melanjutkan pekerjaannya besok saja.
"Anoo ...."
"Hm?" Orang itu menoleh setelah menghentikan gerakannya yang ingin mengayun tangkai cangkul.
Iris biru Menma membesar, "Naruto-san?" Meski gelap, si pemuda Uchiha bisa mengenali sosok di dekatnya adalah Naruto. Dari sahutan barusan dan rambut jabrik pria itu--yang amat khas.
Naruto terkejut, sedikit lalu melepas pegangannya dari tangkai cangkul, "Ah, Me--Men--Menma!"
"Kenapa kau mencangkul malam-malam begini?" Ini bukan kali pertama Menma menemukan pria pirang itu mengerjakan sesuatu saat gelap. Kemarin malah ia membantu Naruto memanen sayuran. Kenapa si pirang itu hobi sekali bekerja saat malam begini? Ketika orang lain memilih pulang dan beristirahat?
Meski gelap, namun iris kelam si remaja raven dapat melihat lengkungan senyum di bibir Naruto. Pria bersurai blonde ini mengukir senyum polos, "Naru tanam obat mau! Hmph! Obat, Men--ma ... Menma!"
Hah ... Obat apa yang dia tanam? Si raven terkadang tak habis pikir. Jika ingin menanam obat kenapa tidak dari tadi siang saja mencangkul tanahnya? Tapi ..., Dia tak mungkin merungut pada Naruto. Biar bagaimana pun lelaki di depannya ini ... Ah~ lebih tua dari pada dirinya. Dia mesti menghormati orang yang lebih tua.
Menma-kun, apa baru saja kau menyangkal?
Si pemuda Uchiha menggeleng. Dia menarik napas. Masalah itu nanti saja di pikirkan. Dia meraih gagang atau tangkai cangkuk dari pegangan si pirang, "Biar aku saja," katanya sebelum Naruto sempat protes.
Menma menggantikan si pirang mencangkul tanah kemudian menyingkirkan ke sisi kanannya. Sedang Naruto berjongkok, meraup tanah menggunakan kedua tangannya dan dimasukkan ke dalam karung yang telah ia siapkan. Mereka bekerja sama mengumpulkan tanah hitam--tanah yang baik untuk menanam tumbuhan hingga karung yang di bawa Naruto penuh. Karung berukuran sepuluh kilogram.
"Hah!" Si raven menarik napas kuat dan menghembuskan kasar. Dia lelah sekali, tahu! Niatnya ingin istirahat tertunda dan menambah pekerjaan lain yang benar-benar menguras tenaga. Ah, tapi bukan bermaksud mengeluh. Dia hanya terlalu lelah.

KAMU SEDANG MEMBACA
The Truth
FanfictionAlasan utama Uchiha Menma masuk Fakultas Farmasi adalah karena ingin menyembuhkan; mengobati kakaknya yang terbaring koma sejak ia kecil. Tapi ... ketika mereka melakukan penelitian di sebuah desa kecil di pinggiran Tokyoㅡyang disebut desa obat, Kon...