Harus aku akui kamu adalah yang pertama.
Yang membahagiakan dan lawan katanya.
Senang dan sesedih apapun bersamamu, aku selalu bersyukur pernah bertemu dan mengenal lebih lanjut.
Orang sepertimu yang selalu terlihat baik-baik saja, ternyata menyimpan segudang rahasia yang tidak pernah aku duga sebelumnya.
Aku tidak tahu rahasia itu hanya aku yang tahu, atau beberapa teman yang dekat denganmu juga mengetahuinya. Sejujurnya, aku ingin hanya aku yang tahu. Tapi mungkin, tidak penting lagi bagiku karena jika kamu sudah menceritakan padaku, itu artinya kamu memercayai aku.
Itu saja bagiku sudah sangat cukup.
Kamu yang pertama. Meskipun aku selalu di nomor dua 'kan.
Bertahan di sisimu ternyata tidak cukup bagimu. Karena kamu justru lebih memilih orang yang tidak pernah di sisimu saat kamu membutuhkan.
Kamu ingat, waktu kamu butuh sandaran? Coba jawab siapa yang ada di sisimu waktu itu.
Aku, bukan?
Meskipun, kamu menginginkan dia, aku tidak lari dan pergi meninggalkanmu. Justru aku diam di sampingmu, sambil mengusap bahumu.
Walaupun aku tahu betul, perlakuanku kamu anggap itu dia yang melakukannya.
Pada saat itu, aku tidak apa-apa. Dan memikirkan supaya kamu tidak bersedih lagi. Jadi ... meskipun kamu anggap aku adalah dia, aku terima-terima saja.
Tapi, izinkan aku menyebut kisah ini dengan kisah kita.
Meskipun sejujurnya, tak pernah ada kata kita. Yang ada hanya aku dan kamu.
Inilah Kita di suatu masa. Yang tak pernah bersama.
Tapi, sekali lagi, aku memohon menyebut aku dan kamu dengan kita, karena hanya itu yang mampu membahagiakan aku.
Bahagia ku memang fana. Tak pernah ada.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Inilah Kita
Short StoryKalau di pikir-pikir, nggak ada salahnya berbagi tentang masa SMA yang sudah dilewati. Katanya berbagi itu indah, bukan? Apalagi, konon katanya masa-masa SMA itu adalah yang paling mengesankan. Awalnya aku nggak percaya. Tapi, setelah bertemu denga...