Tidak ada yang berubah dari aku dan Agam setelah beberapa bulan saling mengenal. Aku dan Agam tetap seperti dua orang yang menjalin pertemanan--meski, aku ingin yang lebih.
Beberapa kali sempat aku bahas saat aku dan Agam keluar, tetapi apa yang aku peroleh? Tidak ada.
Agam selalu mengalihkan pembicaraan ketika obrolan kami sudah menyinggung soal perasaan. Aku mencoba berpikir positif. Kali aja Agam terlalu nyaman kami seperti ini. Tidak ada status yang mengikat tetapi adanya dua kepercayaan yang terjaga.
Masalahnya, emang iya, Agam menjaga kepercayaanku?
Awalnya aku oke-oke saja dengan kami yang seperti ini. Toh, status juga hanya sekedar status. Tapi, aku tetap seperti perempuan lain yang membutuhkan status. Yang membutuhkan ketegasan hubungan.
Karena dengan status, kejelasaan itu ada.
Agam juga tidak pernah cerita bagaimana perasaannya untuk mantannya sekarang. Aku tidak merasa perlu bertanya, karena siapalah aku?
Aku cukup tahu diri kalau kami hanya sebatas teman.
Lambat laun, Agam jadi berbeda. Terkesan menghindari dan menjaga jarak. Di saat ia berubah, di saat itu pula aku benar-benar membutuhkan Agam untuk membagi masalahku.
Karena selama ini Agam sudah membagi masalahnya denganku. Jadi, otomatis, aku merasa perlu bercerita kepadannya saat aku ada masalah.
Ibukku ingin menikah lagi. Dan aku nggak ngerti harus bersikap seperti apa. Di satu sisi, aku senang karena akhirnya ada yang akan melindungi aku dan Ibu semenjak Ibu dan Ayah bercerai lima tahun lalu. Di sisi yang lain, aku takut.
Masih belum bisa aku jabarkan apa yang aku rasa. Intinya aku takut.
Ibu sudah memberi tahu kapan jadwal untuk bertemu ayah baruku; minggu depan saat makan malam.
Aku tidak tahu harus bersikap seperti apa.
Mengiyakan atau menolak. Jika mengiyakan, masalahnya masih sama. Aku takut.
Jika menolak, jelas aku akan mengecewakan Ibu.
Aku tidak bisa memutuskan ini sendiri. Aku butuh Agam. Karena teman yang paling dekat denganku sekarang adalah Agam.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Inilah Kita
Short StoryKalau di pikir-pikir, nggak ada salahnya berbagi tentang masa SMA yang sudah dilewati. Katanya berbagi itu indah, bukan? Apalagi, konon katanya masa-masa SMA itu adalah yang paling mengesankan. Awalnya aku nggak percaya. Tapi, setelah bertemu denga...