Hari itu hari minggu. Yang mana seharusnya aku masih duduk manis di teras depan sambil menyesap teh hangat.
Awalnya begitu. Sebelum Ibuku memanggil.
Tidak. Ibu tidak menyuruh. Tapi beliau memanggil karena katanya hapeku bunyi terus menerus.
Aku menaruh teh hangat di atas meja lalu berjalan ke arah kamarku. Membuka pintu dan benar saja, aku melihat hapeku yang berada di atas nakas berkedap-kedip tanpa henti sambil menimbulkan suara.
Setelah mengusap layar, aku langsung membuka aplikasi yang terus bunyi tanpa henti.
Ternyata, pesan-pesan itu berasal dari grup panitia baksos. Aku harus mengscroll pelan-pelan karena ada seratus dua puluh tiga pesan yang belum terbaca.
Hah. Menyebalkan.
Saat itu pukul sembilan lebih tiga belas menit. Dan di grup itu tertulis, bahwa, semua panitia harus segera kumpul di sekolah pukul sepuluh. Aku masih mempunyai waktu sekitar empat puluh menit memang. Tapi, perlu ku ingatkan kembali, ini hari minggu.
Waktunya aku bersantai menikmati teh hangat di teras.
Hah. Menyebalkan.
Aku kembali menaruh hape di atas nakas dan kemudian keluar untuk mengambil handuk sekalian bilang kepada Ibu kalau aku harus ke sekolah.
Ibu tidak melarang. Malah menyetujui supaya aku tidak hanya berdiam diri di rumah.
Aku mandi dengan perasaan dongkol pastinya. Tapi itu adalah sebuah tanggung jawab. Lagipula, acara baksos dari tahun ke tahun sangat ditunggu karena dianggap seru.
Tapi ya, gitu. Para panitia harus bekerja ekstra dan merelakan hari minggunya untuk merapatkan sesuatu yang berkaitan dengan acara baksos.
Hapeku berbunyi lagi. Tapi hanya dua kali saat aku sedang menggulung lengan kemeja sampai ke siku. Sambil menyisir, aku mendekati nakas dan melihat siapa yang mengirim pesan.
DANG!
Sumpah sumpah.
Pada saat itu aku hanya memandangi nama itu tanpa berniat membuka. Bukan tidak mau, tapi aku terlalu meragu.
Takut kalau itu bukan dia. Bisa-bisa saja hapenya sedang dibajak.
Agak sakit 'kan, ketika kita sudah percaya diri, lalu tiba-tiba ada pesan masuk lagi yang berisikan; Maaf dibajak.
Hah. Mampus.
Tarik napas. Buang napas.
Oke, ini waktunya aku membuka pesan itu.
Iya. Pesan itu dari Agam.
Puas, kalian?
Ketika kolom chat itu terbuka, dan masih tertera tulisan; add, block serta report.
Iya, benar. Itu adalah pesan pertama kita. Dan Agam yang memulai semuanya.
Mulai dari meng-add Line-ku yang aku duga jelas ia tambahkan dari grup baksos. Dan ia yang memulai membuka obrolan bersamaku.
Pernah merasakan?
Demi apapun, kalau ada kata yang lebih dari sekadar senang dan bahagia aku pasti menggunakan kata itu untuk menggambarkan perasaanku pada saat itu.
Pesan itu begini isinya;
Agam R.
Mir
Ke sekolah?Elmirandha
Iya, Gam.Agam R.
Gue jemput. Otw 5 menit lg.
Gak pake nolak.Pada saat itu, aku langsung berbaring di kasur menghadap lamgit-langit. Menggenggam hapeku di atas dada sambil sesekali menggeleng tidak percaya.
Aku sudah tidak peduli lagi kemejaku yang akan kusut.
Bodo amat.
Tapi, kini masalahnya aku akan berduaan kembali dengan Agam. Dan aku gugup.
Tapi aku senang.
Aku kembali membuka obrolan itu dan memencet add serta membalas pesan Agam. Aku hanya berkata, hati-hati.
Hah. Mimpi apa aku semalam.
[]
KAMU SEDANG MEMBACA
Inilah Kita
Short StoryKalau di pikir-pikir, nggak ada salahnya berbagi tentang masa SMA yang sudah dilewati. Katanya berbagi itu indah, bukan? Apalagi, konon katanya masa-masa SMA itu adalah yang paling mengesankan. Awalnya aku nggak percaya. Tapi, setelah bertemu denga...