Latihan

618 33 1
                                    

Krukkkkkukkk!
Suara kodok matahari membangunkanku di pagi hari yang indah dengan udara segar tertiup masuk ke dalam rumahku.
"Ahhh! Segarnya udara pagi di tempat ini. Andai udara kota bisa seperti ini, akan terasa menyegarkan." Ku buka jendela rumah jamur itu dengan perlahan. Indahnya pemandangan negri Asfondalia dari atas sini...
"Hai Diana! Selamat pagi! Sudah siap untuk melakukan latihan hari pertamamu?" Sapa Dave.
"Apa!? Latihan sepagi ini? Apalagi aku masih mengenakan pakaian tidur seperti ini." Sahutku.
"Ya iyalah latihan sepagi ini, karena udara segar akan membantu otakmu berkonsentrasi. Ya sudah cepat ganti bajumu! Aku akan menunggu di depan rumahmu"
"Ya udah deh Dave aku ganti baju dulu."
Aku pun bersiap - siap menyiapkan diriku untuk pergi latihan. Ya, walaupun aku sudah dapat mengepakkan kedua sayapku, aku masih perlu untuk melatih keseimbangan terbangku.
"Dave aku sudah siap!"
"Astaga! Kenapa kau berpakaian seperti itu!" Dave terkejut.
"Ya memangnya apa yang salah dengan gaun peri ini??"
"Kita ini mau latihan bukan mau pergi ke pesta dansa putri! Ya sudah diamlah di situ!"
Dave lalu mengayunkan tongkat perinya dan mengubah bajuku menjadi sebuah baju peri berbentuk dress pendek. Kurasa sekarang aku merasa nyaman bila akan pergi latihan dasar sihir peri.

Cring! Cring!

"Wow! Kau hebat Dave! Bagaimana caramu mengubah bajuku seperti ini?" Tanyaku penasaran.
"Sudahlah nanti juga kau akan belajar bagaimana cara menggunakan tongkat sihir peri. Sekarang ayo kita pergi menuju hutan pixie. Disana kau akan memulai latihan pertamamu."
"Baiklah ayo kita pergi!"
Aku dan Dave terbang menyusuri desa perkumpulan peri. Di desa ini banyak jenis - jenis peri berbeda yang hidup berdampingan dan saling membantu satu sama lain. Tak lama terbang aku pun sampai di hutan pixie.

"Sampai! Nah itu dia Clara sudah menunggumu!"
"Lah? Gak ada peri lain yang latihan juga ni Dave?" Tanyaku.
"Owh peri - peri lain berlatih di taman mawar. Karena latihanmu membutuhkan konsentrasi yang tinggi, kurasa hutan pixielah yang cocok." Jelas Dave
"Baiklah kalau begitu."
"Hai Clara! Aku sampai!" Sahut Dave
"Hai Dave! Hai Diana! Selamat pagi!"
"Hai dan selamat pagi juga Clara!"
"Baiklah kalau begitu aku masih ada urusan yang akan ku kerjakan, jadi aku meninggalkanmu bersama Clara untuk latihan. Aku akan kembali lagi pada sore hari. Da.. Diana! Da.. Clara!"

"Baiklah kalau seperti itu. Da.. Dave!"
Aku pun berlatih bersama dengan Clara. Aku masih penasaran apa yang akan di ajarkannya padaku.
"Baiklah Diana apa kau sudah siap?"
"Ya aku siap apa yang akan kau ajarkan padaku hari ini?"
"Baiklah. Inilah yang akan ku ajarkan padamu!"

Cling! Cling!

Sebuah bola bunga keluar dari tangan Clara. Lalu Clara memunculkan sebuah boneka untuk di jadikan target tembakan.
"Baikalah coba kau lakukan hal yang tadi ku lakukan. Keluarkanlah bola bungamu sendiri, tapi ingat untuk mengeluarkannya kau perlu berkonsentrasi penuh. Dan pusatkan semua energimu di telapak tanganmu." Jelas Clara
"Ah! Itu si gampang! Kecil lah kecil!" Sahutku dengan sombongnya.
"Wah! Sombongnya! Baiklah lakukan sekarang tembak boneka itu dengan bola bungamu!"

Ya aku termakan ucapanku sendiri saat aku mencoba untuk mengeluarkan bola itu, rasanya kepalaku serasa ingin pecah. Semua itu terlihat sia - sia. Tapi aku berusaha keras untuk fokus dan berkonsentrasi.

"Berkonsentrasilah Diana pusatkan semua kekuatanmu dari otak ke telapak tanganmu!" Sahut Clara membantu.

Aku pun berkonsentrasi dengan sekuat tenagaku. Sampai akhirnya sebuah bola bunga keluar dan melayang mengenai boneka itu.

Cring!

"Akhirnya! Lihat itu Clara! Aku berhasil!"
"Bagus Diana! Usaha kerasmu tidak sia - sia!"
Tapi tanpa kusadari saat mengenai boneka itu, bola itu terpental menjauh dari hutan pixie dan mengenai seseorang. Meskipun namanya bola bunga, tapi bola ini memiliki tingkat kekerasan seperti sebuah batu kerikil.

PLAK!!

"Aduh! Siapa ni yang ngelemparin aku!" Sahut seseorang yang terkena lemparan bola bunga.
Aku pun segera terbang bersama Clara mendekati orang tersebut.

"Hei! Kamu yang ngelempar ni bola ya! Dasar peri kecil!" Sahut orang tersebut.
"Jih! Malah nyolot! Aku juga manusia sama sepertimu! Aku pake kalung ini makannya berubah jadi peri kecil! Yaudah kalo gitu aku minta maaf kalo kamu kena lemparan bola itu!" Sahutku.
"Maaf? Gampang banget kamu minta maaf!"
"Lah trus aku harus ngapain coba?"
"Tanggung jawab ni! Obatin kepalaku benjol ni!"
"Ya udah sini deh aku obatin!"
Aku pun tak tau apa yang harus ku lakukan. Tapi aku ingat kalau di tas periku terdapat sebuah perban. Akhirnya aku pun memperban kepalanya. Tiba - tiba Clara berteriak padaku dari kejauhan.

"Tunggu Diana! Dia itu adalah....!"


Makasih udah baca...
Comment buat kebaikan..
Maaf baru update hehehehe..
Tunggu ya kelanjutannya..
IG: rav34ll

[TAMAT] Kastil di Balik Cermin : Diana And The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang