Persiapan

225 11 0
                                    

Aku, Clara, dan David bersama dengan peri -peri penjaga lainnya menuju sebuah pohon besar, yang bagiku pohon ini sangat terlihat familiar. Aku seperti pernah melihatnya di dalam mimpiku, yang dimana saat itu aku bermimpi menuju pohon tersebut namun aku tidak dapat bergerak sama sekali, dan seseorang memanggil namaku dari tebing pohon kehidupan berada. Pohon ini adalah sumber kehidupan tumbuhan dan sumber air sungai yang mengalir di Negri Asfonlandia. Tanpanya semua pohon, hewan, dan air sungai tersebut tidak akan bertahan. Sungai yang mengalir dari pohon tersebut begitu jernih, daun yang berguguran tertiup angin yang terbang kesana kemari menambah keindahan pohon kehidupan ini. Bunga - bunga yang tumbuh di sekitar pohon kehidupan, mulai bermekaran. Indahnya negri ini. Aku duduk di sebuah akar besar di bawah pohon kehidupan. Menenangkan pikiranku, hatiku, dan menyegarkan tubuhku.

"Bagaimana ya keadaan  pangeran dan pak kepala desa? apakah mereka baik - baik saja?" Gumamku. 
Aku terus berpikir tentang pangeran dan pak kepala desa. Aku begitu khawatir dengan keadaan mereka. Terutama keadaan pangeran. Bagaimana ya keadaannya saat ini? dan apakah dia baik - baik saja?

Saat duduk merenung di sana tiba - tiba terdengar sebuah suara senandung dari sisi pohon sebelah kiri. Suara senandung yang begitu indah dan merdu. 

"Hmmmmm...mmmmm.... na..na..na..na........" 

"Eh....! Indah sekali senandung itu, suara senandung siapa ya itu? Sepertinya berasal dari arah sebelah sana." Aku berjalan mengikuti arah suara senandung tersebut. Semakin indah suara senandung itu terdengar. Suara seorang wanita yang begitu indah, bagaikan suara senandung malaikat. Aku terus berjalan menuju sisi sebelah kiri pohon kehidupan. Suara senandung itu semakin dekat, semakin dekat. Sampai akhirnya aku melihat seorang wanita cantik berambut oranye panjang, yang memakai gaun berwarna putih dengan bulu - bulu angsa yang menghiasi gaun tersebut. Ia terus  bersenandung sambil memainkan sebuah harpa kecil di tangannya.

"Hai Diana! Sudah lama aku menunggumu di sini." wanita itu mengenalku dan mengetahui namaku, aku begitu heran.

"Ka...ka...kau tau namaku? Si...si... siapa kau? Dan apa yang kau lakukan di sini?" Sahutku dengan perasaan gugup.

"Tentu saja aku tau namamu bodoh! Akulah Odette sang peri angsa, kemampuanku adalah meramal dan aku telah meramal bahwa Raja Theodore akan mati di tanganmu Diana!" Seru

Odette.

"Apa kau yakin dengan itu? Kekuatanku saja belum cukup kuat untuk melawan Raja Theodore. Mungkin bukan aku yang dapat menyelamatkan negri ini, percuma saja semua latihan yang telah kalian lakukan padaku." Jawabku sambil menahan air mataku.

"Tidak Diana! Kau tidak boleh berbicara seperti itu! Tidak ada yang sia - sia atas semua latihan yang telah kau lakukkan selama ini. Kau harus berusaha! Meskipun kau seorang wanita tapi aku percaya kau dapat membunuh Raja Teodore dan menyelamatkan cintamu dan pak kepala desa. Aku mohon kepadamu Diana." Rayu Odette.

Aku berpikir sejenak, setelah kupikir perkataan Odette ada benarnya juga.

"Baiklah Odette, aku akan mencoba semampuku dan aku akan berjuang untuk menyelamatkan Negri Aafonlandia! Terima kasih kau telah menguatkan dan meneguhkan hatiku."

"Kemarilah Diana, ambil pedang ini, pedang yang akan membantumu nanti saat melawan Raja Theodore, dengan kekuatan dari pedang api kau akan dengan mudah mengalahkan Raja Theodore. Saat kau membutuhkan bantuanku, tiuplah peluit ini. Aku akan datang membantumu, tapi ingat gunakan peluit ini saat pertempuran nanti, dan gunakan saat keadaan mendesak." Odette lalu menyerahkan semua benda - benda itu.

"Terima kasih Odette! Aku akan menjaga semua benda, yang telah kau berikan padaku."

Setelah itu Odette menghilang bagaikan debu, terbang entah kemana menyisakan bulu - bulu angsa yang indah. Bulu angsa yang berkilauan di bawah terik matahari.

"Diana! Sedang apakau disana? aku mencarimu sedari tadi, kita harus bersiap Diana hari pertempuran akan segera datang tinggal 3 hari tersisa. Raja Theodore telah mengirimkan surat pernyataan berperang untuk yang ketiga kalinya. Tapi tungu! Apa itu pedang api!?" Clara terkejut dengan pedang api yang ku pegang di tanganku.

"Ya, ini pedang api... tapi kenapa kau begitu terkejut Clara?" Tanyaku heran.

"A..ap..apa..kah.. kau bertemu dengan Putri Odette?"

"Iya aku bertemu dengannya barusan, lalu ia memberikanku pedang api ini. Memangnya kenapa?" Tanyaku lagi.

"Kau tahu Diana, pedang api adalah senjata pusaka para dewa, dan Putri Odette adalah seorang dewi yang menjelma menjadi seekor angsa, dialah yang menjada pohon kehidupan tetap hidup. Dan perlu kau tahu bila kau bertemu dengannya, itu merupakan suatau kabar baik! Mari kita berlatih dengan pedang api itu untuk memenangkan pertempuran!" Klara menarik tanganku dan membawaku ke tempat latihan untuk berlatih dan menyiapkan strategi yang hebat untuk pertempuran nanti.


Pangeranku sayang tunggu aku ya! aku pasti akan datang menyelamatkanmu! Aku berjanji! <3

[TAMAT] Kastil di Balik Cermin : Diana And The PrinceTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang