"When you come?"
***
"Apakah kalian.. Baekhyun EXO dan Chanyeol EXO?"
Baekhyun langsung tertawa mendengar pertanyaan tersebut, sedangkan Chanyeol memandang gugup Baekhyun yang menjalani perannya dengan sangat baik.
"Siapa itu Baekhyun EXO dan Chanyeol EXO? Aku tidak mengenal mereka." Ucap Baekhyun sembari memegang perutnya yang terasa kram karena tertawa.
"Jangan berbohong."
"Berbohong apa maksudmu? Aku tidak berbohong, aku tidak mengenal mereka." Baekhyun tersenyum ramah sedangkan Chanyeol menelan saliva nya dengan susah payah.
"Eum, apakah temanmu bisu? Mengapa dia tidak berbicara sedari tadi?" Namja itu melirik Chanyeol yang masih terdiam di tempatnya.
"Aku tidak bisu, sialan!" Seru Chanyeol, tentu saja dia tidak terima dikata seperti itu.
"Aku hanya bertanya, salahmu sendiri tidak berbicara sedari tadi." Namja itu mengangkat bahu nya acuh,"Oh ya, namaku Park Jihoon."
"Namaku Park Chany-awh!" Chanyeol meringis ketika kaki nya diinjak oleh Baekhyun dengan keras.
"Namanya Byun Yeolchan." Sela Baekhyun cepat,"Dan namaku.. eum, Park Baekki."
"Nama yang aneh." Ucap Jihoon singkat.
"Salahkan orang tua ku yang memberikan nama itu!" Ucap Baekhyun kesal, tentu saja dia kesal, itu nama yang tak sengaja terlintas di pikirannya sebelum riwayat nya habis karena kecerobohan Chanyeol.
"Ah,.. iya." Chanyeol mengusap tengkuknya yang tidak gatal.
"Apakah kau tahu jalan ke Korea Sel-awh!" Chanyeol kembali meringis ketika kaki nya diinjak oleh Baekhyun untuk kedua kalinya.
Jihoon mengerutkan kening nya, menatap ke arah Chanyeol yang sedang mengusap-usap kakinya dengan tatapan curiga.
"Eum, apakah kau melihat seorang namja yang bernama.. Kim Jonghyun? Ah, aniyo.. sekalipun kau melihatnya kau pasti tidak tahu karena kau tidak mengenalnya. Bagaimana ini?" Chanyeol mengoceh dengan Baekhyun yang mendelik kepadanya.
"Kim Jonghyun?"
***
"Ingat kata-kataku." Minseok menatap Hyesung dengan tatapan aku-sudah-memperingatkanmu-jadi-jangan-macam-macam.
Hyesung memutar bola matanya malas."Cepatlah masuk."
Sehun mendorong pintu tersebut dengan perlahan, sedangkan Minseok masih mengawasi Hyesung.
"Junmyeon hyung!" Sehun berteriak panik kemudian segera berlari masuk. Minseok yang mendengar teriakan Sehun langsung masuk ke ruangan itu dan membulatkan matanya.
"Minseok hyung! Bantu aku melepaskan ikatan ini! Apakah kau ada pisau?!"
"Jangan mendekat." Mata Sehun melebar kala melihat sebuah pistol yang ditodongkan kepadanya.
"S-siwon hyung." Hyesung berucap dengan gugup membuat Sehun langsung mundur beberapa langkah.
"Ugh.." Junmyeon mengerjapkan matanya, memfokuskan pandangannya ke objek yang berada di depannya.
"Sehun-ie? Minseok hyung?" Junmyeon melirik ke arah Siwon yang berada di depannya, matanya membulat ketika melihat Siwon yang mengarahkan pistolnya kepada Sehun.
"T-tunggu dulu, kenapa mereka bisa disini? Apa yang terjadi?" Junmyeon membatin, bertanya-tanya kepada dirinya sendiri.
"Tenang saja, itulah gunanya aku disini." Ucap Hyesung, tersenyum ke arah Sehun. Hyesung berjalan pelan kemudian berdiri tepat di depan Sehun.
"H-hyesung hyung?" Junmyeon membulatkan matanya. "Sedang apa dia disini? Menghilang bertahun-tahun dan muncul di hadapanku dengan situasi seperti ini?!"
"Hyesung-ah, aku tidak akan segan-segan untuk menembakmu sekalipun kau adalah dongsaeng ku." Ucap Siwon tajam.
"Hei." Hyesung menoleh kemudian menatap Sehun dan Minseok lekat-lekat.
"Bilang pada Jonghyun, maafkan aku, aku tidak bermaksud untuk mencelakai sahabatnya, aniyo, sahabatku dan dia. Aku hanya berusaha menjadi dongsaeng yang patuh kepada hyung ku saja. Dan juga, aku benar-benar minta maaf, aku tidak bermaksud untuk menembaknya, aku hanya.." Hyesung menunduk.
"Berusaha Menembak temannya." Hyesung menarik nafasnya, cukup berat untuk mengatakan semua ini. Kemudian, Hyesung menatap lurus-lurus ke arah Junmyeon yang masih dalam kondisi terikat dan mulut dibekap dengan kain hitam.
"Myeon-ie, apakah kau sudah melupakanku? Haha, aku tahu, tentang kenangan yang kita buat bersama Jonghyun dan...." Hyesung menunduk.
"Dan adikmu." Hyesung kembali mendongak,"Aku benar-benar minta maaf karena sudah pergi dan tidak pernah mengabarimu sama sekali, kita benar-benar putus kontak, benar kan?" Hyesung tertawa kecil kemudian menghapus air mata di sudut matanya.
"Aku bersalah soal itu, aku bukanlah teman yang baik. Aku selalu membuat janji konyol tentang persahabatan kita tapi aku sendiri yang melanggarnya, mianhae." Junmyeon menggelengkan kepalanya, dia ingin memeluk Hyesung tapi keadaan tidak memungkinkan itu untuk terjadi.
"Apalagi, aku sudah mencelakai Jonghyun, maafkan aku. Aku juga sudah membuatmu menderita disini, maafkan aku. Kata maaf mungkin tidak akan cukup untuk membuatmu kembali tersenyum seperti dulu lagi, Junmyeon-ie."
Pupil Junmyeon melebar saat itu juga. Mencelakai Jonghyun? apa maksudnya?
Siwon berdecih, dia ingin mengakhiri semua ini, tapi sepertinya membuat dongsaeng nya bernostalgia untuk beberapa saat tidak ada salahnya.
"Maafkan aku, mungkin hanya ini yang bisa kulakukan sebelum aku benar-benar pergi untuk selamanya." Hyesung tersenyum tulus yang dibalas gelengan kuat oleh Junmyeon.
"ANDWAE! ANDWAE! APA MAKSUDMU?" Andaikan dia bisa melepaskan ikatan ini, mungkin Junmyeon sudah berlari dan tidak akan membiarkan Hyesung mengatakan sesuatu yang menurutnya ambigu.
Tbc
[revisi selesai]
maafkan typo readersdeul:)) and, akhirnya bang holkay muncul ugha wkwkwk, mianhae baru dimunculin sekarang:") author ini labil gengs, padahal niatnya mau dimunculin pas chapter sebelumnya, tapi akhirnya malah dimunculin di chapter ini, maapkan😂keep vomment, gomawo❤️
KAMU SEDANG MEMBACA
Why, Leader?
Fanfiction[COMPLETED] Relung langit lagi-lagi berwarna kelabu, meluas sedemikian aksa. Dia bergemuruh, mengamuk dengan lekatan jelaga. Lalu, aku bertanya dengan bahasa malam. Kapan lara ini hilang? [Kim Junmyeon, as a main character.] ©jasminsya