Chapter 30

926 92 22
                                    

"Orang yang tidak pernah berbuat salah adalah orang yang tidak pernah melakukan sesuatu." -albert einstein

***

Junmyeon pov

Aku sendirian.

Aku baru tahu itu.

Mereka tidak tulus.

Itu juga baru kuketahui, aku memang tak pandai membaca raut wajah seseorang, tapi kali ini aku mengetahuinya.

Kali ini aku mengetahui, alam semesta kembali tertawa mengejekku. Bergaung dan memenuhi setiap sudut pikiranku.

Aku ingin menangis.

Tapi aku tidak ingin terlihat lemah walaupun kenyataannya memang seperti itu.

Cukup sudah penyakit batin mencegahku untuk bernapas dengan lancar, bahkan sekarang penyakit fisik juga membuatku muak dengan semua ini.

Kutegaskan sekali lagi, aku muak.

Aku pernah hampir mengakhiri hidupku, kejadian itu berlangsung beberapa tahun yang lalu, aku tidak mengingatnya dengan jelas.

Saat itu, aku masih menjadi trainee dan seseorang memakai hoodie hitam dan masker hitam menolongku, menarikku sebelum keseimbangan itu mendorongku terjun bebas dari lantai 20.

Tidak usah bertanya mengapa aku melakukan hal seperti itu. Menurutku, itu bukanlah tindakan konyol yang hanya dilakukan oleh orang bodoh. Aku melakukannya karena aku ingin terbebas dari semua tekanan ini.

Aku sebatang kara, itu yang kuketahui sebelum debut. Tapi, ternyata itu tetap berlaku saat aku sudah debut. Aku hanya terlambat mengetahuinya.

Ini terjadi lagi, perasaan yang menekanku untuk melakukan hal itu lagi. Tapi, aku tak bisa. Aku ingin lari, tapi aku tak bisa. Aku ingin berteriak, tapi aku tak bisa.

Aku ingin hujan, hanya itu permintaanku untuk saat ini. Langit adalah satu-satunya temanku, dia seperti menemaniku menangis dikala hujan itu datang. Tapi kali ini dia tidak menganggapku temannya, cuaca bahkan sangat cerah dengan bintang-bintang yang bersinar dengan indahnya.

Katakanlah aku terlalu berlebihan dalam mendeskripsikan sesuatu, memang itulah kenyataannya. Tentu saja, aku bukanlah seorang munafik yang hanya berpura-pura baik di depan orang, aku ini memiliki banyak kekurangan.

Junmyeon pov end

Junmyeon mengerjapkan matanya, kenapa dia bisa di sini? Seingatnya, dia sedang berkutat dengan pikirannya, mencurahkan segala hal yang sedang membebani pikirannya.

Orang-orang memang benar, selepas menangis, hati menjadi lebih lega. Itu yang dirasakan oleh Junmyeon sekarang. Dia segera menghapus jejak air mata dan segera berdehem menetralkan suaranya yang masih sedikit serak.

"Junmyeon hyung, kau sudah bangun?"

Junmyeon tersentak, tangannya langsung bertumpu ke belakang untuk menahan dirinya yang hampir terjatuh. Walaupun dia masih berada di ranjang, tak menghilangkan kemungkinan bahwa benturan yang akan dirasakannya terasa sakit.

Why, Leader?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang