"If I get lost I would have found a way out."
***
Junmyeon menggigil pelan, dia mengeratkan mantel yang melekat di tubuhnya. Ucapkan terima kasih kepada otak genius Junmyeon yang masih mengingatkan pemiliknya tentang dinginnya udara malam hari sebelum dia berangkat ke sini.
Dia menggerutu pelan, nyaris dua jam berdiri di sana. Junmyeon juga manusia dan kakinya mulai terasa pegal sekarang. Salahkan halte bus ini yang tidak memiliki tempat duduk sama sekali. Atau halte bus memang tidak ada tempat duduk? Sudahlah, dia pusing memikirkan hal tidak penting seperti itu.
Apa aku berjalan kaki saja, ya?
Oke, pemikiran gila bahkan muncul di kepala Junmyeon sekarang. Bisa jadi kan kalau tempat Yesung bekerja ternyata dekat dari sana? Tidak ada yang tahu selain Tuhan dan Yesung,'kan? Dan mungkin beberapa kenalan Yesung juga mengetahuinya.
Tapi, bagaimana jika ternyata itu jauh lalu aku sudah setengah perjalanan dan ternyata masih sangat jauh lagi dan akhirnya aku menyerah dan ingin pulang tetapi sudah sangat jauh dari stasiun?
Oke, itu juga pemikiran yang sangat jauh. Dan ... berhenti mengatakan kata jauh lagi! Oke, aku mengatakannya lagi, maaf.
"Oke! Perang batin macam apa ini?! Aku ingin bertemu dengan Yesung hyung secepatnya, jadi jangan membuang-buang waktu dengan hal seperti ini!" Junmyeon berseru kesal kepada dirinya sendiri layaknya orang gila yang berdiri sendirian tengah malam di halte bus. Oke, itu memang kenyataannya kecuali kata 'orang gila' heol, dia masih waras asal kalian tahu.
Ah, kalian memang tahu, ya? Tolong maafkan aku sekali lagi.
Junmyeon menghela napas kesal, sebelum ini berlanjut lagi, dia melangkahkan kakinya lebar-lebar untuk segera beranjak dari sana. Siapa tahu keberuntungan memihak padanya dan dia bertemu Yesung di tengah jalan, bukan?
***
"Yak! Yak! Leeteuk ahjussi! Di sini saja!" Sehun berseru kemudian menunjuk-nunjuk ke bawah dengan tangan kanannya.
"Yak! Jangan panggil aku ahjussi, Oh Sehun!" Leeteuk menggerutu kesal,"Dan jangan ribut di sini, duduklah dengan tenang,"
"Hyung, apakah tidak lebih baik kita turun di sini saja?" Minseok menggaruk tengkuknya yang tidak gatal seraya melirik Sehun dengan mata berbinar di sebelahnya.
"Kenapa?"
"Karena bocah ini memaksaku membujukmu," Jawab Minseok.
"Baiklah, aku akan menurunkan kalian," Leeteuk mengambil napas,"Turunlah,"
"Eoh?" Mata Sehun mengerjap bingung seolah menyadari bahwa pemiliknya merasakan sesuatu yang janggal di sana.
"Turunlah," Ulang Leeteuk sekali lagi.
"Kau mau menyuruh kami turun, hyung?! Sekarang?!" Minseok berseru tak terima,"Oke, baiklah. Kalau begitu, dimana parasutnya?"
"Aku hanya bercanda! Aish, kenapa kalian kaku sekali?!" Leeteuk menggerutu,"Aku akan mendaratkan helikopter ini dulu, duduklah dengan tenang,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Why, Leader?
Fanfiction[COMPLETED] Relung langit lagi-lagi berwarna kelabu, meluas sedemikian aksa. Dia bergemuruh, mengamuk dengan lekatan jelaga. Lalu, aku bertanya dengan bahasa malam. Kapan lara ini hilang? [Kim Junmyeon, as a main character.] ©jasminsya