"Aku berpikir, dunia ini sempit karena aku sering bertemu dengan orang-orang yang kukenal. Tapi, kenyataannya bukanlah seperti itu."
***
Junmyeon pov
Aku tidak terlalu mengingat kejadian dan memoriku di waktu kecil. Aku bahkan tidak tahu siapa orang tuaku, aku tidak mengerti tentang apa yang terjadi saat itu.
Aku mungkin mengenal segelintir orang yang dekat denganku di masa lalu setelah bertemu dengan mereka yang sekarang. Aku bisa mengingat Hyesung hyung karena aku bertemu dengannya saat itu. Aku mengenal Jonghyun hyung juga karena Hyesung hyung menyebut namanya saat itu, tapi aku tidak tahu dimana dia berada sekarang. Aku masih tidak mengerti dengan perkataan Hyesung hyung yang mengatakan bahwa dia mencelakai Jonghyun hyung. Aku tidak tahu kalau Jonghyun hyung masih hidup atau tidak, tapi yang kutahu, Hyesung hyung ... sudah tiada.
Aku menyesal, sungguh. Andai saja aku bertemu dengan mereka dari dulu, aku pasti masih bisa merasakan apa itu persahabatan. Walaupun aku sudah memiliki EXO, tapi ini berbeda.
Saat itu, aku mengurung diriku di kamar. Aku tidak tahu alasannya, tapi aku benar-benar terpuruk saat itu. Kemudian, seseorang memasuki kamarku dan membujukku —aku tidak mengenalnya— tak lama kemudian, dia pergi dan kembali dengan membawa dua anak kecil di belakangnya. Mereka adalah Hyesung hyung dan Jonghyun hyung.
Pertama kali aku melihat mereka, aku mengabaikannya. Sampai itu terjadi beberapa kali, orang yang membawa Hyesung hyung dan Jonghyun hyung itu menasihatiku, mengatakan bahwa aku tidak boleh murung terlalu lama. Dan ajaibnya, aku menuruti kata-katanya, aku mulai bisa berteman dan bermain dengan mereka berdua, kami bermain berempat.
Tunggu! berempat?
Aku menyadari ada sesuatu yang ganjal di sana. Apa maksudnya ini? aku tahu ada empat orang di sana. Tapi, siapa satu orang lagi?
Aku kembali berpikir, saat itu kami bermain tembak-tembakkan. Bukan pistol asli memang, tapi sedikit menyakitkan ketika karet gelang itu mengenai kulit kami.
Hyesung hyung sangat ahli dan terlihat mahir memainkannya, tembakannya tidak pernah meleset. Sampai-sampai, anak itu menangis karena lengannya terkena karet gelang milik Hyesung. Siapa anak itu? Mengapa aku tidak bisa mengingat wajahnya?
***
Junmyeon pov
Aku mengerjapkan mataku pelan dan langsung menyipit ketika kelopak mataku tersorot cahaya yang amat menyilaukan. Aku mengadahkan tanganku untuk menghalangi cahaya itu merusak retina mataku, berlebihan memang, tapi memang itulah yang terjadi.
"Huft, kukira kau benar-benar sudah mati. Aku sudah membangunkanmu dari setengah jam yang lalu, tapi kau tidak bangun-bangun juga. Aku hampir saja memanggil polisi karena menemukan mayat di sini jika saja aku tidak menyadari bahwa denyut nadimu masih ada."
Junmyeon menurunkan tangannya ketika cahaya itu sudah hilang. Dia menatap datar pria di depannya yang sedang memegang senter yang baru saja dimatikan.
"Kau siapa?"
"Kau tidak mengenalku?" pria itu membulatkan matanya. Oh, sepertinya Junmyeon mengenal pria ini. Dia adalah orang yang menyelamatkannya dari Bogum saat itu. Pria ber-hoodie hitam.
KAMU SEDANG MEMBACA
Why, Leader?
Fanfiction[COMPLETED] Relung langit lagi-lagi berwarna kelabu, meluas sedemikian aksa. Dia bergemuruh, mengamuk dengan lekatan jelaga. Lalu, aku bertanya dengan bahasa malam. Kapan lara ini hilang? [Kim Junmyeon, as a main character.] ©jasminsya