"Terkadang, kita harus mengorbankan sesuatu yang kita punya untuk mendapatkan sesuatu yang kita inginkan."
***
Sehun memukul-mukul drum yang berada di depannya, kemudian bernyanyi dengan suara yang dibuat sumbang.
"Apa yang kau lakukan, eoh?" Minseok memutar bola matanya malas yang dibalas cengiran tanpa beban oleh Sehun.
"Aku lelah untuk memikirkan cara atau strategi atau apalah itu. Jadi, bernyanyi sepertinya bisa menjernihkan pikiranku, hyung."
"Bukannya menjernihkan pikiran, kau malah membuat pikiranku buntu, Oh Sehun!" Sahutnya kesal.
"Menurutku, pikiran akan lebih terbuka dengan ini, hyung." Sehun tertawa dengan lebar kemudian memukul drum itu lebih keras lagi.
"Damn! Stop it!" Minseok menghentak-hentakkan kakinya kesal,"Bisakah kau berhenti? Aku sedang memikirkan cara untuk menyelamatkan mereka!"
"Memikirkan cara, eoh? Apakah itu berhasil? Sampai sekarang, kau belum memiliki jalan keluar apapun, hyung." Jawab Sehun tanpa rasa bersalah.
Minseok menghela napas kemudian memalingkan pandangannya dengan dramatis,"Aku sedang berusaha ... aku berusaha berpikiran positif walaupun mereka dalam bahaya sekarang."
Sehun memutar bola matanya malas kemudian menghentikan pergerakan tangannya yang memukul drum dengan keras,"Kau menjijikan, hyung. Berhenti berucap seperti itu dengan gaya seperti itu karena kau membuatku hampir muntah."
Minseok membulatkan matanya,"Andai saja kau bukan adikku maka sudah kucongkel matamu, Oh Sehun!"
Sehun langsung menjulurkan lidahnya ke arah Minseok yang wajahnya sudah memerah,"Coba saja jika kau berani, hyung."
"Yak! Maknae sial-"
Kringgg
Ucapan Minseok dan pergerakan tangan Sehun langsung terhenti di waktu yang bersamaan ketika suara dering telephone yang berada di saku Sehun berbunyi dengan suara nyaring. Dia langsung merogoh sakunya dan berteriak kegirangan akan ID yang tertera di sana.
"Yeoboseyo, Chanyeol-ie hyung? Apakah kau baik-" Ucapan Sehun langsung terpotong ketika sebuah lengan kekar langsung merebut benda persegi panjang itu dari tangannya. Dia melirih kesal ke arah Minseok, si tersangka yang mengambil benda miliknya.
"Park Chanyeol! Apakah kau baik-baik saja, eoh? Kau memang senang membuat orang khawatir, ya! Dimana kau sekarang? Apakah masih berada di sana?!" Tanya Minseok dengan suara nyaring.
"Yak! Kecilkan suaramu, hyung!" Ucap Sehun menempelkan jari telunjuknya di bibirnya.
"Aku baik-baik saja. Sekarang aku sedang bersama Baekhyun dan Jonghyun hyung. Kami akan segera pulang, hyung. Kau tidak perlu khawatir. Dan, terima kasih."
"Tidak usah berterima kasih! Kau sampai di sini dengan selamat saja sudah cukup membuatku bahagia! Aku akan menunggu kalian!" Minseok berseru senang kemudian memutuskan sambungannya dengan cepat.
"Aku ke dapur dulu, Sehun-ah!" Minseok melangkahkan kakinya dengan cepat kemudian melempar benda yang diambilnya tadi ke arah Sehun yang langsung ditangkap secepat kilat oleh sang pemilik.
"Yak! Bagaimana jika handphone ku jatuh, hyung?!"
***
Chanyeol menggaruk tengkuknya yang tidak gatal kemudian memasukkan handphone nya kembali ke dalam saku celananya.
"Sudah selesai?" Jonghyun bertanya singkat kemudian dibalas anggukan oleh Chanyeol,"Mereka langsung mematikan sambungannya sebelum aku mengucapkan sesuatu, hyung!" Ucapnya kemudian mengerucutkan bibirnya.
Jonghyun tertawa singkat kemudian kembali fokus dalam kegiatannya, menyetir. Chanyeol melirik Jonghyun kemudian berdehem dan membuka suara
berat khas miliknya,"Kau bilang akan menceritakan semuanya di sini, hyung.""Kapan aku bilang seperti itu?"
Chanyeol menautkan alisnya kemudian menatap Baekhyun yang berada di pangkuannya yang mungkin sama bingungnya dengannya.
"Bercanda." Ucap Jonghyun singkat kemudian ada kekehan kecil di sana.
"Entah kenapa, sejak kita bertemu di sini, leluconmu sama sekali tidak lucu, hyung." Sahut Baekhyun.
Jonghyun menggidikkan bahunya acuh,"Kalian mau aku menceritakan kronologis kejadiannya?"
Chanyeol mengangguk dengan semangat, berbeda dengan Baekhyun yang menggumamkan kata terserah.
"Jadi, saat aku sadar, aku berada di tempat beratapkan langit dengan lantai dengan nama tanah. Entahlah, aku juga bingung mengapa aku baik-baik saja dengan orang aneh yang berada di sampingku." Ucapnya hiperbola.
"Kemudian, dengan refleks aku langsung duduk dan bertanya mengenai dirinya, dimana aku berada dan sebagainya." Lanjut Jonghyun.
"Sebagainya itu apa?" Tanya Baekhyun singkat.
"Pokoknya sebagainya." Jawab Jonghyun cepat yang dibalas dengusan oleh Chanyeol.
"Kemudian, saat dia menggumamkan kata Korea Utara aku hampir saja terlonjak. Kemudian aku kembali bertanya kita ada di mana dan dia menjawabnya dengan kata-kata yang sama, Korea Utara. Setelah itu, aku melihat sekelilingku. Aku tidak mengerti, mengapa ada banyak sekali kendaraan mewah yang terparkir di sana." Jonghyun menautkan alisnya ketika pemandangan di depannya seolah membius pikirannya untuk bekerja lebih cepat lagi.
"Singkatnya, aku meminta kendaraan mewah itu dan mengambil kunci mobil ini dari tangannya. Entah apakah dia memang tidak waras atau bagaimana karena dia berteriak dan mengucapkan kata tolong setelah itu."
"K-kau mencuri mobil ini, hyung?" Tanya Chanyeol bingung.
"Aku hanya mengambilnya dan sedikit membuatnya marah, kok. Lagipula, yang penting kita selamat, bukan?" Jonghyun tersenyum singkat, sedetik kemudian dia membanting stir mobil ke arah kanan.
"Bagaimana cara kita melewati ini?"
Tbc
[revisi selesai]
Kapan libur, atuh. Aing udah lumutan nunggunya, sekolah mulu. Gapenting si. Oke, maapkan typo karena jasmin cuma manusia biasa yang tak pernah luput dari kesalahan, apaan lebay.Keep vomment! Makasiiii
KAMU SEDANG MEMBACA
Why, Leader?
Fanfic[COMPLETED] Relung langit lagi-lagi berwarna kelabu, meluas sedemikian aksa. Dia bergemuruh, mengamuk dengan lekatan jelaga. Lalu, aku bertanya dengan bahasa malam. Kapan lara ini hilang? [Kim Junmyeon, as a main character.] ©jasminsya