“O-orangtuamu? Kenapa?” tanya Sanha gugup.
“Yang kumaksud adalah orangtua kandungku. Mereka sudah meninggal.” Jawabku
“O-oh…maaf…” Sanha langsung menundukkan kepalanya.
“Tidak apa-apa.” Kataku
“Lalu…orangtuamu yang sekarang?” Sanha
“Mereka orangtua angkat. Semua itu terjadi waktu aku baru masuk SMP…aku belum punya HP saat itu. Saat aku pulang ke rumah, aku tunggu sampai malam tapi orang tuaku tidak kembali juga…lalu aku mendapat telepon dari rumah sakit. Mereka meninggal karena kecelakaan. Mobil mereka jatuh ke jurang…tapi jenazahnya tidak ditemukan.” Jelasku
“Ooh…L-lalu?” Sanha
“Aku masuk ke panti asuhan. Aku jadi anak yatim piatu karena tidak punya kerabat…soalnya orangtua kandungku kawin lari, jadi mereka tak pernah menceritakan tentang keluarga mereka. Haha, menyedihkan bukan?” kataku
“Hmm…” Sanha
“Aku tetap berada di sekolah itu hingga aku duduk di kelas 3. Beberapa waktu sebelum upacara masuk kelas 3, ada yang mengadopsiku lalu aku pindah sekolah. Sebelum diadopsi hidupku agak…” aku diam sejenak.
“Agak kenapa?” tanya Sanha bingung.
“Ah, tidak. Keluarga baruku benar-benar baik. Aku bahagia bersama mereka.” Aku tersenyum padanya. “Ah! Kenapa aku malah menceritakan hal ini padamu?! Lupakan semua yang kukatakan tadi!”
“Memangnya kenapa?” Sanha
“Yah…ah, sudahlah! Ngomong-ngomong, selain melihat masa depan, apa kamu juga bisa melihat masa lalu?” tanyaku
“Aku hanya bisa melihat masa depan.” Sanha
“Begitu…”
Baguslah. Dengan begitu dia tak akan tau masa laluku…sebab sebelum aku diadopsi, aku ditindas selama kelas 1 dan 2 SMP.
*Jihyun’s POV*
“Aku bosan…” kataku pada Jinjin yang sedang duduk di sebelahku.
“Kau bosan padahal kau punya banyak game disini?” Jinjin
Selain apartemen besar, isinya memang termasuk lengkap karena ada banyak game disini. Aku tinggal memilih mau main PS4, PS3, XBOX, dll. Tapi tetap saja membosankan.
“Kalau begitu ayo tanding satu game lagi denganku!” kata Jinjin bersemangat
“Tidak mau! Tiap kali main denganmu aku menang! Kamu terlalu payah!” balasku. Ya, tak hanya dalam kehidupan sehari-hari, dalam bermain game pun dia lamban.
Setelah kubalas begitu semangatnya langsung hilang.
“Kalau begitu aku! Aku mau tanding denganmu!” kata MJ yang datang begitu mendengar kata ‘game’. Aku sering meihatnya bermain bersama Jinjin dimana saat mereka bermain penontonnya adalah aku dan Eunwoo, walau tentu saja Jinjin kalah. Semoga saja dia bisa menghilangkan rasa bosanku…
Kami bermain racing game di PS3. Permainan itu berlangsung tak lama. Cukup sengit, tapi siapa pemenangnya? Tentu saja aku!
“Nice play! Kau jauh lebih baik daripada Jinjin.” Kataku
“Tapi kalah! Biarlah, lebih baik daripada Jinjin yang selalu jadi nomor buntut!” balas MJ. Kami berdua pun tertawa terbahak-bahak.
“Apa salahku?! Memangnya nomor buntut itu salah?” Jinjin mengeluh.
“Permainanmu bagus. Bagaimana kalau tanding sekali denganku?” tanya Eunwoo yang sedari tadi baru muncul. Aku tak yakin akan kalah dengannya…aku tak pernah melihatnya bermain.
“Kamu yakin? Aku tak pernah melihatmu bermain.” Kataku
“Aku sering melihat kalian bermain, setidaknya aku tau cara mainnya.” Eunwoo tersenyum. “Kita tak akan tau hasilnya sebelum mencoba kan?”
Dia balik menantang! Kamu kira akan menang dariku? Kamu bahkan belum pernah bermain!
“Aku suka semangatmu. Bagaimana kalau kita buat perjanjian?” kataku
“Boleh juga. Yang menang bisa meminta apapun yang dia mau pada yang kalah. Berarti yang kalah harus menuruti yang menang.” Eunwoo.
“Setuju.”
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of the Star [ASTRO FF]
Fanfiction"Hentikan memanggilku 'manusia'. Memangnya kalian bukan?" "Noona yang pertama kami temui, aku memilihmu!" "Tidak, apapun yang terjadi, aku tak mau terlibat dalam hal seperti dalam buku ini!" "Cinta sejati itu tidak didapat begitu saja." Jo Chika dan...