~Keesokan harinya sepulang sekolah~
*author's POV*
Biasanya sepulang sekolah mereka berkumpul di perpustakaan, tapi kali ini Jeonshi tidak ikut. Biasanya Jeonshi memang tidak ingin berkumpul bersama mereka, tapi selalu dipaksa dan diancam. Tapi kali ini dia benar-benar tak bisa ikut karena ada keperluan yang benar-benar penting.
Mengingat perkataan Jeonshi kemarin, Jaerin menyuruh salah satu bintang untuk mengikuti Jeoshi diam-diam.
~~
*Jeonshi's POV*
Saat sedang berjalan, tiba-tiba aku menghentikan langkahku dan membuat orang itu terkejut.
"Bersembunyi pun tak ada gunanya. Aku tau kau mengikutiku. Keluarlah." Jeonshi
Sanha pun menampakkan dirinya. Dasar bodoh. Dia tak cocok bermain detektif seperti ini.
"Kenapa kau mengikutiku? Hari ini aku ada urusan penting, sangat penting. Jadi aku benar-benar tak bisa ikut berkumpul di perpustakaan. Kau paksa pun tak ada gunanya." Kataku
Sanha tetap diam. Dia menundukkan kepalanya.
"Pulanglah. Jangan mengikutiku."
Sanha tetap diam. Astaga! Wajahnya seperti mau menangis!
Mungkinkah aku kelewatan kali ini? Tapi biasanya juga aku mengusirnya seperti ini, tapi kenapa sekarang dia seperti mau menangis?
"S-Sanha? Kau kenapa?" tanyaku
Dia melihatku dengan sorot mata dan ekspresi 'biarkan aku ikut denganmu'.
Aku membalasnya dengan tatapan 'tidak'. Tapi air matanya malah menetes. Astagaaa!!!
Aku menghela napas. "Baiklah, kau boleh ikut denganku. Tapi jangan berisik, jangan tanya apapun!"
Senyum pun segera mengembang di wajahnya. Tapi...kenapa senyumnya begitu menyebalkan? Seolah-olah...dia menang?
Dia segera menghapus air matanya. "Kau sudah memberi izin, jadi aku akan ikut denganmu!" katanya dengan nada mengejek.
Jadi tadi dia hanya berakting?!
"Aku tarik kataku tadi! Sekarang, pergi kau dari sini!" kataku
"Apaaa? Aku tidak dengar??" katanya sambil menutup telingnya.
Menyebalkan!!!
Aku pun memutuskan untuk mengalah padanya. "OK, aku menyerah. Tapi ingat, kau harus janji padaku, jangan tanya apapun."
"Siap!" jawabnya sambil memasang pose hormat.
Kami pun melanjutkan perjalanan kami.
"Ngomong-ngomong, kita sebenarnya mau kemana?" Sanha. Aku tidak menjawabnya.
Dia bodoh atau apa? Kan sudah kubilang jangan tanya apa-apa!
"Hei, jawab aku dong! Kita mau ke—"
"Sekali lagi kau bersuara, kupotong lidahmu."
Sanha segera menutup mulutnya dengan tangannya.
Kami pun berjalan dalam diam. Tapi kalau begini, rasanya canggung sekali...
"Umurmu berapa?" tanyaku. Sanha tidak bersuara, tapi dia menunjuk dirinya seakan mengatakan 'aku?'
"Iya, kamu. Ah, kamu boleh bersuara saat kuizinkan, misalnya saat aku bertanya seperti sekarang."
"Kalau di Bumi, umurku 17 tahun." Kata Sanha girang.
"Apa?! Serius? Aku lebih tua darimu!" balasku
"Eh, oh? Benarkah? J-jadi bagaimana dong?" Sanha
"Mulai sekarang kamu panggil aku 'noona'. Sebagai informasi tambahan, berpacaran dengan perempuan yang lebih tua untuk lelaki itu aneh!"
Sanha terdiam. Kali ini raut wajahnya menunjukkan bahwa dia benar-benar sedih, bukan berakting. Bagus! Ini akan membuatnya menjauh dariku.
KAMU SEDANG MEMBACA
Story of the Star [ASTRO FF]
Fanfiction"Hentikan memanggilku 'manusia'. Memangnya kalian bukan?" "Noona yang pertama kami temui, aku memilihmu!" "Tidak, apapun yang terjadi, aku tak mau terlibat dalam hal seperti dalam buku ini!" "Cinta sejati itu tidak didapat begitu saja." Jo Chika dan...