⏳ 1 2 P M : 0 7 ⏳

24 9 3
                                    


Perjalanan yang singkat Ten tempuh dari rumah ke sekolah. Sepanjang jalan ia benar-benar menantang maut dengan diiringi sahutan klakson pengendara lain. Anak-anak yang lain sudah mulai berkumpul di lapangan upacara. Beruntung, upacara belum dimulai jadi Ten bisa cepat menyusul. Dan untungnya lagi, ia tidak salah mengenakan baju. Putih abu-abu tentu saja ia kenakan. Tetapi bodohnya Ten tidak membawa tas dan parahnya pemuda itu tidak menyadari sebab ia langsung melesat usai memarkirkan motor.

Kelas Myu! Tujuannya adalah barisan kelas Myu. Ten menggeser anak-anak yang berbaris dimulai dari belakang untuk mencari Myu membuat barisan itu gaduh. Tangan Ten yang hendak menggeser bahu seorang siswi di depannya gagal dan hanya bisa menggantung di udara. Mata Ten seperti mengenal pemilik punggung itu.

Seperti di hadapkan dengan rollercoaster terekstrem di dunia, Ten merasa jantungnya akan meladak. Iya kah?

Punggung itu, sama persis. Seperti sebuah kopian. Tinggi itu juga sama. Mereka benar-benar sama? Tapi bagaimana mungkin? Bukanka dia sudah pergi? Ten memang mengharapkan sosok itu kembali dan mewarnai hidupnya. Hanya saja rasanya sulit di percaya hingga pemuda itu bertanya-tanya 'apa yang sebenarnya telah terjadi?'.

Lalu ketika sosok itu berbalik. Mata mereka bertemu. Ten merasakan tubuhnya membeku. Semua kata-katanya seolah-olah tertelan. Dan sini hanya ada mereka berdua. Benar. Sosok itu adalah Myu. Hanya saja, bagaimana bisa?

Myu yang sedari tadi menatap luruh ke arah depan diusik oleh suara gaduh teman-teman kelasnya yang berbaris di belakang. Karena tak tahan akan suara gaduh itu, itu menoleh ke belakang hendak mendiamkan teman-temannya. Matanya langsung menangkap sosok Ten yang berdiri mematung di tengah-tengah barisan--menciptakan keributan di sana. Rupanya pemuda itu yang membuat barisan kelasnya gaduh. Dan Myu seperti biasa memberikan tatapan tajam pada pemuda yang sayangnya pacarnya itu. Pacar yang gemar mencari perhatian dengan berbuat onar.

Dengan gerakan tangan dan bibirnya bergerak seolah mengatakan 'pergi ke kelas kamu!'. Tapi Ten seperti keledai dongo yang diikat di tempat oleh majikannya. Telapak tangan Myu akhirnya menepuk jidatnya sendiri. Itu bocah berulah lagi, heran suka banget nyari-nyari perhatian padahal udah gue perhatiin tiap jam-menit-detik.

Tapi entah dengan alasan apa, upacara bendera tidak jadi dilaksanakan. Semua siswa bersorak gembira sebab tak perlu mendengar ceramah kepala sekolah hari ini di bawah sinar matahari yang terasa menyengat.

Myu menghampiri Ten yang berdiri kaku layaknya tiang penyangga. Gadis itu menyentikkan jarinya di wajah Ten. "Oi, Ten!" Tapi pemuda itu hanya membalasnya dengan pelototan mata.

Ten dapat merasakan matanya seperti hendak keluar ketika memandang Myu. Ia sungguh sulit percaya. Apa yang sebenarnya telah terjadi di sini? Ini mimpi atau nyata? Tapi ia sudah disadarkan bahwa ini bukan mimpi oleh mamanya tadi pagi. Tapi kemaren terasa nyata. Sakitnya benar-benar nyata. Bagaimana mungkin?!

"Myu?" tanya Ten pelan.

"Hng. Kenapa sih? Kamu kesambet?"

"Myu!" seru Ten diiringi dengan tangannya yang meraup tubuh Myu dalam pelukannya. Tubuh yang tengah ia peluk ini nyata. Mengabaikan rontaan Myu, Ten justru semakin mempererat pelukannya. Ia hanya takut, bila ia melepaskan pelukan itu maka seketika Myu akan menghilang lagi.

Perbuatan Ten mengundang atensi siswa lainnya. Dan menyoraki mereka dengan kalimat 'cieee ... cieee' dan membuat Myu malu bukan kepalang. Dan entah siapa yang berceletuk 'itu yang lagi pelukan di tengah lapangan. Coba pelukannya di pinggir aja, enggak kasihan sama yang jomblo?'.

"Ten, lepasin! Malu di tonton banyak orang," desis Myu di tengah usahanya melepaskan jeratan Ten. Myu serasa seperti di peluk oleh gorila besar hingga ia susah melepaskan diri.

Jika bukan karena cubitan yang Myu layangkan pada perutnya, Tidak tidak akan melepaskan pelukannya. Ia menatap Myu dengan tatapan yang di selimuti berbagai gejolak emosi.

Myu tertegun melihat bagaimana cara Ten menatapnya. Dengan menahan malu, itu menyeret Ten yang seperti hewan peliharaan mengikuti ke mana Myu membawanya. Dan kelas menjadi pilihan Myu. Myu tadinya akan marah, seperti yang sudah-sudah menggantikan Klena memarahi Ten. Tapi melihat ada kesedihan di raut wajah Ten membuat gadis itu mengurungkan niatnya.

"Ten, kenapa sih? Eh-eh, kok nangis!"

<12PM>

BERSAMBUNG.

12 PM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang