⏳ 1 2 P M : 1 0 ⏳

12 8 0
                                    

Hari sudah beranjak sore tapi Ten masih bermukim di rumah Myu. Ketika mengantarkan Myu pulang, ia tidak pulang ke rumahnya melainkan ikut masuk. Untung dia sudah sering ke rumah ini bahkan bisa dikatakan setiap hari. Terkadang ia juga menginap. Tentu saja bukan tidur di kamar Myu (walaupun Ten ingin) tapi ia masih sayang nyawa. Dan tolong jangan berpikiran negatif, Ten hanya ingin tahu apakah Myu ketika tidur itu ileran atau tidak.

Ten berbaring di atas sofa ruang tamu di rumah Myu dengan si pemilik rumah duduk di bawah. Tengah berkutat dengan berbagai rumus kimia, mempersiapkan diri untuk olimpiade pekan depan. Tidak adakah sebuah keajaiban hingga olimpiade itu dibatalkan. Atau paling tidak diundur saja?

Tidak ada yang dilakukan Ten selain menyaksikan semua kegiatan Myu. Menonton Myu menulis, mengambil buku rumus lalu mencatat di buku tulis. Melihat gedis itu memegang kepala tanda tengah menghafal dan memahami rumus-rumus yang tidak Ten mengerti itu. Makanya ia mengambil jurusan IPS.  Karena setidaknya ia tidak akan merusak citra anak IPA yang selama ini selalu gemilang apabila Ten memilih jurusan itu.

Tangan Ten bergerak memainkan rambut Myu yang gadis itu gerai. "ini rambutnya enggak ganggu? Mau aku ikatkan?" Ketika mendapat anggukan dari Myu, Ten segera bangkit duduk dan mulai mengumpulkan rambut-rambut Myu menjadi satu tumpukan. Lalu mengikatnya dengan karet yang diulurkan Myu. Meski tidak rapi sebab ada beberapa jumput yang jatuh di tengkuk.

Memainkan rambut yang Ten ikat ekor kuda, ia bahkan menganyamnya. Untunglah Myu tidak merasa terganggu. Menganyam lalu melepaskannya, menganyam lagi lalu melepaskannya lagi.

"Capek!" Keluh Myu dengan kepala yang sudah bersandar di kaki Ten yang terlipat di atas sofa. Memejamkan mata kala mendapat pijatan lembut yang diberikan pacarnya itu.

"Ya udah istirahat aja dulu, aku yakin kok kamu bakal menang lagi seperti biasa."

"Tapi katanya yang sekarang tuh banyak banget saingannya, sempat dengar dari anak olimpiade se Jakarta kalau ada yang dulu dapat juara dua Jerman ikut. Pasti pinter banget, kan?"

"Dia cuma juara dua, kan? Nah kamu yang juara satu. Percaya deh, mereka bakal kalah sama kamu. Aku aja kadang ngelongo lihat kamu yang kadang jawab soal itu tanpa mikir lama. Juara se Jakarta loh kamu nih. Harus tetap berpikir positif."

Myu tiba-tiba tertawa. "hahaha, lucu ih. Kamu sejak kapan jadi waras gini ngomongnya? Bener lagi. Kayak bukan Ten yang biasa."

Ten tersenyum kecut mendengar ucapan Myu. "Ini aku yang asli, kemaren-kemaren dia lagi ngumpat makanya kamu baru ketemu sekarang."

"Apalagi tadi malu-maluin banget, dipasangin helm segala di depan anak-anak lain."

"Malu-maluin tapi pipi kamu merah. Kamu kira aku gak tahu kamu diam-diam ketawa di belakang pas kita di jalan."

Kesal ketahuan senyum-senyum gak jelas karena dipasangkan helm oleh Ten, Myu mencubit kaki pemuda itu. Ten masih menggunakan celana sekolahnya, hanya kemeja putih yang ia tanggalkan dan di simpan Myu di kamarnya agar tidak kotor dan lecek. Masih dipake satu kali lagi besok.

"Kamu enggak pulang?"

"Enggak," jawab Ten sambil mengelus kakinya hasil perbuatan Myu.

"Aku nginap aja, ya?"

"Enggak! Enak aja! Pulang sana, udah mau malam," tolak Myu. Hari memang sudah akan beranjak malam namun Ten masih saja di rumahnya.

"Biasanya juga aku nginap."

"Itu kamu nginap pas hari libur, enggak ada nginap-nginap. Pulang sana, kasihan Tante enggak ada temannya."

Beberapa menit kemudian mereka terus berdebat mengenai Ten yang tidak ingin pulang. Namun pada akhirnya Myu memenangkan perdebatan. Ten sudah duduk dengan muka tanda eskpresinya di atas motor. "hati-hati, ya, pacar aku yang hari ini aneh. Enggak usah ngebut-ngebut!" Myu melambaikan tangannya yang di balas dengan malas oleh Myu. Pemuda itu sungguh tak ingin pulang. Apa ia mengawasi Myu dari  ujung gang saja, kebetulan rumah Myu tidak jauh dari jalanan. Yah, walaupun tidak bisa memantau semua kegiatan Myu secara langsung. Tapi setidaknya ia bisa merasa tenang karena berada dekat dengan Myu.

"Kalau gitu aku pulang dulu. Om sama Tante udah di jalan, kan?"

"Udah-udah, paling udah dekat. Udah sana pulang!"

"Aku pulang." Ten melajukan motornya dengan pelan, sengaja menjauhi rumah Myu terlebih dahulu baru nanti ia akan kembali ke ujung gang.

<12PM>

Bucin banget sih part Ini. Ah sudahlah.

12 PM [TAMAT]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang